Vaksinasi Ulang Disaksikan Presiden Jokowi jadi Sorotan Dunia

Indonesia Begins Re-vaccinating Victims of Fake Drug Ring

Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Vaksinasi Ulang Disaksikan Presiden Jokowi jadi Sorotan Dunia
Presiden RI Joko Widodo dan Ibu Iriana didampingi Menkes Nila F Moeloek menyaksikan vaksinasi ulang kepada anak-anak di Puskesmas Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur pada Senin (18/7) Foto: istimewa

INDONESIA pada Senin memulai kembali vaksinasi kepada hampir 200 anak yang mendapat suntikan vaksin palsu yang dilakukan oleh sindikat pemalsu vaksin dan terbongkar bulan lalu dan telah beroperasi lebih dari satu dekade.

Presiden RI Joko Widodo meminta publik tenang setelah digemparkan oleh terkuaknya vaksin palsu yang dilakukan oleh sindikat selama beberapa tahun terakhir untuk mengeruk keuntungan.

Skandal memalukan tersebut akibat kelemahan utama dalam pengawasan di sektor kesehatan, yang berkembang pesat bersama meningkatnya jumlah kelas menengah di Indonesia.

Tidak ada penyakit atau kematian akibat langsung terkait dengan vaksin palsu, kata para pejabat.

"Saya meminta masyarakat tetap tenang karena aksi pemalsuan ini berlangsung lama," kata Presiden Jokowi kepada pers di sebuah klinik di Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur yang melaksanakan vaksinasi ulang.

"Kita perlu lebih banyak waktu untuk menyelidiki sehingga kami bisa mendapatkan data pasti tentang mereka yang mendapat vaksin palsu."

Aksi pemalsuan dilakukan dengan mencuci ampul vaksin hasil curian dan labelnya diganti agar terlihat seperti vaksin asli yang diimpor, produksi oleh GlaxoSmithKline dan Sanofi. Perusahaan BUMN Bio Farma memproduksi hampir semua vaksin yang tersedia di Indonesia.

Pada 28 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di seluruh Indonesia, termasuk Jakarta dan Pulau Bali, diduga memanfaatkan vaksin palsu untuk hepatitis B, difteri, tetanus dan batuk rejan.

Para pejabat kesehatan mengatakan vaksin palsu mengandung antibiotik gentamisin dan cairan infus dan tidak berbahaya dan jumlahnya hanya 1% dari total vaksin di Indonesia.

Penyidik Polri berupaya melakukan penyelidikan dan penyidikan seberapa luas obat palsu dibagikan.

Polisi telah menangkap belasan orang termasuk produsen obat, apoteker, dokter dan perawat.

Polisi telah mengidentifikasi setidaknya 197 anak harus menjalani vaksinasi ulang, tetapi diperkirakan jumlahnya lebih banyak yang belum mengkonfirmasi.

Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan kepada  Reuters bahwa para pejabat kementerian mengetahui peredaran vaksin palsu sejak 2013 namun dia menolak untuk mengatakan mengapa tidak ditindak lebih cepat. Presiden Jokowi telah memerintahkan perombakan pada Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Seorang ibu, Rina Herlina Sari, kepada Reuters mengaku tidak lagi percaya pada klinik swasta.

"Pemerintah harus mencabut izin mereka," katanya.

Reuters melaporkan telah mengunjungi klinik-klinik kesehatan yang diduga memberi vaksin palsu pada putri Rina Herlina Sari, dan anak-anak lainnya, disuntik vaksin palsu, dan ternyata masih beroperasi. Bidan di klinik telah ditangkap tapi staf klinik masih bekerja.

"Secara umum klinik kesehatan tersebut adalah fasilitas kesehatan di daerah tersebut sehingga tetap diberi kesempatan untuk melayani masyarakat," kata Agung Setya, Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Mabes Polri kepada Reuters seperti dilansir MailOnline.

"Terserah Kementerian Kesehatan untuk memutuskan apakah akan menutupnya."

INDONESIA on Monday began re-vaccinating nearly 200 children who received fake versions of imported inoculations from a drug-counterfeiting ring broken up last month after operating for more than a decade.

President Joko Widodo urged calm as public uproar intensified over revelations that health officials knew about the syndicate producing the fake vaccines for several years but did little to stop it.

The scandal has exposed major weaknesses in the oversight of the health sector, which has expanded rapidly alongside a growing middle class.

No illnesses or deaths have been directly linked to the fake vaccines, officials have said.

"I want to ask people to stay calm because this incident happened over such a long time," Widodo told reporters at a Jakarta clinic offering re-vaccinations.

"We need more time to investigate so we can get the real data of people who suffered from these fake vaccines."

The ring used stolen vials and forged labels to make the fake medicine look like imported vaccines produced by GlaxoSmithKline and Sanofi. State-owned Bio Farma produces nearly all vaccines available in Indonesia.

At least 28 health care facilities throughout the country, including Jakarta and the tourist resort island of Bali, were suspected of buying fake booster vaccines for hepatitis B, diphtheria, tetanus and whooping cough.

Health officials said the sham vaccines contained the antibiotic gentamicin and saline solution and were not harmful and made up only 1 percent of total vaccines in Indonesia.

Investigators are trying to determine how widely the fake drugs were distributed.

Police have arrested nearly two dozen people, including drugmakers, pharmacists, doctors and nurses.

Police have identified at least 197 children for re-vaccination, but many more are expected to be confirmed.

Health Minister Nila Moeloek told Reuters officials knew fake vaccines were being distributed in 2013 but she declined to say why action was not taken sooner. The president has ordered an overhaul of the food and drug monitoring agency.

One mother, Rina Herlina Sari, told Reuters she no longer trusted private clinics.

"The government should revoke their permits," she said.

Reuters reporters visited the clinic accused of giving Sari's daughter, and other children, fake vaccines, and found it operating. Its main midwife had been arrested but other staff were working.

"The overall facility is a health facility with other areas of care so we have to allow it to continue," Agung Setya, director of criminal police investigations, told Reuters.

"It is up to the health ministry to decide whether to shut it down."