13 April 2019, Batas Akhir Kampanye Pemilu yang Dimulai Hari Ini
Indonesia Kicks Off Presidential Race as Currency Slumps
Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi
KAMPANYE untuk Pemilihan Presiden RI pada April 2019 dimulai pada Minggu, petahana Joko Widodo bersaing menghadapi mantan jenderal Prabowo Subianto untuk menjadi presiden dari negara demokrasi terbesar ketiga di dunia.
Hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa Jokowi, yang membangun infrastruktur yang ambisius membuatnya populer di kalangan pemilih, melampaui jumlah pendukung dari lawannya, Prabowo Subianto.
Namun upaya Jokowi untuk jabatan presiden periode kedua menghadapi tantangan atas catatan ekonomi, ketika kurs rupiah berada di posisi terendah dalam dua dekade, dan kekhawatiran kampanye hoax (berita bohong) yang bertujuan untuk menjatuhkan popularitasnya.
Sekitar 186 juta pemilih di negara mayoritas Muslim terbesar di dunia akan menuju kotak suara pemilihan presiden pada 17 April, yang akan berlangsung serentak dengan pemilihan legislatif (Pileg) untuk tingkat pusat (MPR/DPR/DPD) dan daerah (DPRD).
Kedua kandidat presiden - mengenakan pakaian adat daerah - menghadiri peluncuran kampanye damai di Jakarta Minggu pagi, kandidat dan partai-partai politik berikrar untuk menjalankan kampanye damai bebas dari hoax dan politisasi etnis dan agama.
Sebagian besar rakyat Indonesia menentang terulangnya Pilkada DKI 2017, yang ditandai dengan demonstrasi jalanan besar-besaran yang dipimpin oleh Muslim garis keras yang menentang mantan gubernur DKI Jakarta dari etnis China dan non Muslim.
Pengamat politik mengatakan kampanye Pileg dan Pilpres diperkirakan fokus pada ekonomi, ketidaksetaraan, politik identitas dan meningkatnya intoleransi di seluruh Indonesia.
Jokowi yang mengejutkan banyak orang Indonesia pada Agustus dengan memilih calon wakil presiden adalah ulama Islam konservatif KH Ma´ruf Amin.
KH Ma´ruf Amin, 75, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang mengeluarkan fatwa, dan dikenal karena pandangannya yang meremehkan minoritas tertentu.
Sekitar 90 persen dari 260 juta penduduk Indonesia secara tradisional mengikuti bentuk moderat Islam, tetapi ada kekhawatiran bahwa hal itu cenderung konservatif.
Jokowi dan Ma´ruf Amin akan bersiap melawan Prabowo dan mantan wakil gubernur Jakarta Sandiaga Uno, seorang pengusaha.
Prabowo, yang kalah dari Widodo pada 2014, adalah tokoh militer penting sebelum Presiden Soeharto digulingkan oleh protes mahasiswa pada 1998.
Setelah kejatuhan Soeharto, dia mengakui memerintahkan penculikan aktivis demokrasi dan dibuang dari militer.
Survei besar pertama oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) setelah pendaftaran kandidat ditutup menunjukkan Jokowi dan Amin dengan dukungan 52 persen di depan Prabowo dan Uno pada 30 persen.
Widodo memiliki tingkat dukungan yang sama pada awal kampanye pada tahun 2014, hanya untuk melihat kesenjangan menyusut secara dramatis saat hari pemungutan suara mendekati.
Para pakar mengatakan Widodo, yang telah menyewa miliarder, ketua Inter Milan, Erick Thohir sebagai manajer kampanyenya, paling rentan dalam hal ekonomi dan ketidaksetaraan.
"Pihak oposisi akan menggunakan isu-isu ekonomi dalam kampanye mereka, termasuk utang luar negeri dan kontrol asing atas sumber daya alam," kata Syamsuddin Haris, seorang analis politik di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Mata uang Indonesia telah merosot dalam beberapa pekan terakhir, jatuh ke tingkat yang tidak terlihat sejak negara itu terlibat dalam krisis keuangan di seluruh wilayah yang memicu kehancuran ekonomi dan protes jalanan yang menyebabkan jatuhnya Soeharto.
Klaim salah urus ekonomi, bersama dengan pembunuhan karakter terang-terangan, diharapkan akan diperkuat oleh viral media sosial dan kampanye berita palsu.
Widodo bertahun-tahun dituding oleh berita bohong yang menyesatkan bahwa dia adalah etnis Cina, seorang Kristen, dan anggota partai komunis Indonesia yang dilarang seperti dikutip AFP yang dilansir MailOnline.
CAMPAIGNING for Indonesia´s presidential election in April kicked off Sunday, pitting incumbent Joko Widodo against a former military general in the race to lead the world´s third-biggest democracy.
Opinion polls show Widodo, whose down-to-earth style and ambitious infrastructure drive have made him popular with many Indonesians, well ahead of his main challenger Prabowo Subianto.
But his bid for a second term is facing headwinds over his economic record, with the Indonesian rupiah sitting at two-decade lows, and fears of a fake news campaign intended to disrupt his re-election.
Some 186 million voters in the world´s largest Muslim-majority country are expected go to the polls on April 17, in an election which will also decide members of national and local parliaments.
Both leaders -- dressed in traditional Indonesian folk costumes -- attended an official campaign launch in central Jakarta Sunday morning, in which they pledged to run a peaceful contest free from hoaxes and the politicisation of ethnicity and religion.
Many Indonesians will be keen to avoid a repeat of the Jakarta gubernatorial elections in 2017, which were marked by massive street demonstrations led by hardline Muslims opposed to the capital´s former governor who is ethnic Chinese and a Christian.
Analysts say campaigning is likely to focus on the economy, inequality, identity politics and rising intolerance across the sprawling Southeast Asian archipelago.
Widodo, who is popularly known as Jokowi, surprised many Indonesians in August by choosing to run alongside conservative Islamic cleric Ma´ruf Amin.
Amin, 75, is chairman of the country´s top Islamic authority, the Indonesian Ulema Council (MUI), which issues fatwas, and is known for his disparaging views towards certain minorities.
About 90 percent of Indonesia´s 260 million people have traditionally followed a moderate form of Islam, but there are concerns that it is taking an increasingly conservative turn.
The pair will square off against Prabowo and former deputy Jakarta governor Sandiaga Uno, a businessman and private equity tycoon.
Prabowo, who lost to Widodo in 2014, was a top military figure in the chaotic months before dictator Suharto was toppled by student protests in 1998.
Following the strongman´s downfall, he admitted ordering the abduction of democracy activists and was discharged from the military.
The first major survey by the Indonesian Survey Circle (LSI) after candidate registration closed showed Jokowi and Amin with 52 percent support ahead of Prabowo and Uno on 30 percent.
Widodo had a similar level of backing at the start of campaigning in 2014, only to watch the gap shrink dramatically as polling day neared.
Pundits say Widodo, who has hired billionaire Inter Milan chairman Erick Thohir as his campaign manager, is most vulnerable when it comes to the economy and inequality.
"The opposition will use economic issues in their campaigns, including foreign debt and foreign control of natural resources," said Syamsuddin Haris, a political analyst at the Indonesian Institute of Sciences (LIPI).
Indonesia´s currency has slumped in recent weeks, falling to levels not seen since the country was embroiled in a region-wide financial crisis that sparked economic ruin and the street protests that led to the downfall of Suharto.
Claims of economic mismanagement, along with outright character assassination, are expected to be amplified by viral social media and fake news campaigns.
Widodo has been dogged for years by misleading hoaxes that he is ethnic Chinese, a Christian, and a member of the outlawed Indonesian communist party.