Tinta Halal Jelang Pemilihan Umum Serentak disorot Dunia

Halal Ink: Muslim-majority Indonesia Set for Polls

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Tinta Halal Jelang Pemilihan Umum Serentak disorot Dunia
Foto: AFP/MailOnline

MENCELUPKAN jari dengan tinta halal untuk mencegah pemilih ganda, rakyat Indonesia akan memberikan suara mereka pada Rabu dalam pemilihan presiden, pesaing kandidat petahana Joko Widodo sudah mengancam akan menantang kecurangan Pemilu.

Jajak pendapat dari negara terbesar berpenduduk mayoritas Muslim itu - dengan lebih dari 190 juta pemilih dan 245.000 kandidat bersaing untuk jabatan presiden, parlemen, dan lokal - sebagian besar merupakan referendum mengenai upaya yang digerakkan oleh infrastruktur Widodo untuk meningkatkan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.

Namun, yang membayangi latar belakang, dua dasawarsa perolehan demokrasi beresiko terkikis, kata para analis, ketika militer merayap kembali ke kehidupan sipil di bawah Joko Widodo, dan rivalnya, Prabowo Subianto, seorang mantan jenderal, memandang reformasi yang mengingatkan kembali pada kediktatoran Suharto.

Jika dia kalah, kubu Prabowo telah memperingatkan akan menantang hasil atas penyimpangan daftar pemilih.

"Ini taruhan besar dalam pemilihan ini," kata Evan Laksmana, seorang peneliti senior di Pusat Studi Strategis dan Internasional yang berbasis di Jakarta seperti dikutip AFP yang dilansir MailOnline.

DIPPING their fingers in halal ink to prevent double voting, Indonesians cast their ballots Wednesday in a bitterly contested presidential election, with the main rival to incumbent Joko Widodo already threatening to challenge the result over voter-fraud claims.

The Muslim-majority nation's biggest-ever polls -- with more than 190 million voters and 245,000 candidates vying for the presidency, parliament and local positions -- is largely a referendum on Widodo's infrastructure-driven bid to rev up Southeast Asia's largest economy.

But, looming in the background, two decades of democratic gains are at risk of being eroded, analysts said, as the military creeps back into civilian life under Widodo, and his trailing rival Prabowo Subianto, a former general, eyes reforms that harken back to the Suharto dictatorship.

If he loses, Subianto's camp has already warned it will challenge the results over voter-list irregularities.

"It's high stakes in this election," said Evan Laksmana, a senior researcher at the Jakarta-based Centre for Strategic and International Studies.

"We simply don't know what (Subianto) would do if he won and we don't know if the institutional constraints in place would contain him."