Hasil Survei Terbaru Nyatakan Jokowi Tetap Unggul jadi Sorotan Dunia

Indonesia President has Big Poll Lead as Election Nears

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Hasil Survei Terbaru Nyatakan Jokowi Tetap Unggul jadi Sorotan Dunia
Foto: Associated Press/MailOnline

JAJAK pendapat dua pekan menjelang pemilihan presiden dan legislatif di Indonesia, negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, memperlihatkan Presiden RI Joko Widodo dan koalisinya sebagai petahana masih memimpin hasil polling dari sejumlah lembaga survei.

Empat survei nasional yang dilakukan pada paruh kedua Maret menunjukkan Widodo memimpin antara 13 dan 20 persentase dari Prabowo Subianto, meskipun pemilih yang ragu-ragu mencapai 20%.

Hasil jajak pendapat terus bergulir sejak akhir tahun lalu, tetapi sebagian hasil jajak pendapat memastikan Jokowi, yang telah memimpin selama berbulan-bulan, terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang padat penduduk, menuju kemenangan dalam pemilihan 17 April.

Jokowi, presiden Indonesia pertama dari luar elit Jakarta, telah berkampanye tentang hasil pembangunan infrastruktur dan menekan angka kemiskinan. Jokowi berhasil mengalahkan Prabowo Subianto pada pemilihan presiden 2014.

Menyikapi hasil jajak pendapat, Prabowo bersama timnya belum lama ini mempertanyakan integritas dari lembaga penyelenggara pemilihan umum, untuk menyikapi kegagalan pada Pilpres 2014.

Kampanye Prabowo fokus pada apa yang dia lihat sebagai kelemahan Indonesia di dunia dibandingkan dengan luasnya tanah yang kaya akan sumber daya alam dan populasi lebih dari 260 juta.

Dia menyoroti masalah signifikan yang dihadapi negara ini termasuk kemiskinan dan khususnya kekurangan gizi pada anak di bawah 5 yang menyebabkan gangguan fisik dan mental seumur hidup.

Namun pemerintah telah mampu menunjukkan kemajuan dalam meringankan krisis yang sudah berlangsung lama itu.

Organisasi Pangan dan Pertanian AS dan lembaga internasional lainnya mengatakan awal pekan ini bahwa persentase anak-anak Indonesia yang menderita stunting turun menjadi 30,8% dari hampir 38% antara 2013 dan 2018.

Selama periode yang sama, pengurangan jumlah orang yang kelaparan dan kurang gizi, termasuk anak-anak, terhenti di banyak bagian Asia lainnya, menurut badan-badan yang memasukkan UNICEF, Organisasi Kesehatan Dunia dan Program Pangan Dunia.

Sementara itu, Pusat Penelitian Pew, dalam penelitian yang dirilis Kamis, mengatakan bahwa orang Indonesia semakin optimis tentang situasi ekonomi negara mereka saat ini dan masa depan.

Pada musim panas lalu, dua pertiga orang Indonesia mengatakan ekonomi berjalan baik dibandingkan dengan jumlah yang hampir sama yang mengatakan keadaannya buruk sebelum Jokowi terpilih pada 2014.

Survei pendapat bulan Maret menunjukkan koalisi partai-partai yang telah bergabung di sekitar Jokowi sejak pemilihannya akan mendapatkan sekitar 60% suara dibandingkan dengan 37% untuk partai-partai yang berkoalisi dengan Prabowo. 

Agama belum memperhitungkan kampanye pemilihan seperti yang diharapkan di negara yang mayoritas Muslim. Jokowi setidaknya sebagian menetralkan kritik bahwa ia tidak cukup Muslim dengan menyebut seorang ulama konservatif, Ma´ruf Amin, sebagai pasangannya.

Perbedaan kepribadian juga tampaknya berhasil untuk kepentingan Jokowi.

Prabowo, seorang tokoh elit yang terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia selama masa kediktatoran Suharto, adalah seorang pembicara yang kuat tetapi seringkali tampak tidak stabil dan emosional selama kampanye. Jokowi mengembangkan persona manusia biasa yang bersahabat yang berakar pada latar belakang kelas menengah ke bawah seperti dikutip Associated Press yang dilansir MailOnline.

OPINION surveys two weeks ahead of presidential and legislative elections in the world´s third-largest democracy show Indonesian President Joko Widodo and his ruling coalition maintaining a large lead over the rival camp.

Four nationwide surveys conducted in the second half of March show Widodo between 13 and 20 percentage points ahead of former special forces general Prabowo Subianto, though undecided voters are as high as 20%.

The race has tightened modestly since late last year, but pollsters say Widodo, who has had a commanding lead for months, especially in populous East and Central Java, is headed for victory in the April 17 election.

Widodo, the first Indonesian president from outside the Jakarta elite, has campaigned on progress in upgrading inadequate infrastructure and reducing poverty. He narrowly defeated Subianto in the 2014 president election.

Far behind in the polls, Subianto and his team have recently resorted to questioning the integrity of the upcoming vote, apparently setting the groundwork for a repeat of his unsuccessful challenge to the 2014 results.

Subianto´s ultra-nationalistic campaign has focused on what he sees as Indonesia´s weakness in the world relative to its vast land area rich in natural resources and population of more than 260 million.

He has highlighted significant problems facing the country including poverty and particularly the tragedy of stunting - malnutrition in children younger than 5 that causes lifelong physical and mental impairment.

But the government has been able to show progress in alleviating those long-standing crises.

The U.N.´s Food and Agriculture Organization and other international agencies said earlier this week that the percentage of Indonesian children suffering from stunting fell to 30.8% from nearly 38% between 2013 and 2018.

During the same period, the reduction in the number of hungry and malnourished people, including children, has come to a standstill in many other parts of Asia, according to the agencies that included UNICEF, the World Health Organization and World Food Program.

Meanwhile, the Pew Research Center, in research released Thursday, said Indonesians are increasingly optimistic about their country´s current and future economic situation.

As of last summer, two thirds of Indonesians said the economy was doing well compared with almost the same number saying it was doing poorly before Widodo was elected in 2014.

The March opinion surveys showed the coalition of parties that has coalesced around Widodo since his election would gain about 60% of the vote compared with 37% for the parties allied with Subianto.

Religion has not figured in the election campaign as prominently as expected in the predominantly Muslim nation. Widodo at least partially neutralized criticism he is insufficiently Muslim by naming a conservative cleric, Ma´ruf Amin, as his running mate.

Personality differences also appear to have worked in Widodo´s favor.

Subianto, an elite figure linked to human rights abuses during the Suharto dictatorship, is a powerful speaker but has often appeared volatile and emotional during the campaign. Widodo has cultivated a friendly common man persona that has roots in his lower middle-class background.