Obama Apresiasi Keberagaman Indonesia dan Salut pada Kemajuan Jakarta

Obama Pushes Tolerance, Respect in Childhood Home Jakarta

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Obama Apresiasi Keberagaman Indonesia dan Salut pada Kemajuan Jakarta
Dia mengenang kepindahannya ke Jakarta pada 1967 saat berusia 6 tahun, katanya dalam bahasa Indonesia, "Indonesia adalah bagian dari diriku!" (Foto: MailOnline)

SETELAH satu pekan penuh perseteruan antara media dengan Presiden AS Donald Trump, pendahulunya tampil di Indonesia memberi wejangan dari sisi lain dunia tentang toleransi dan tetap menarik perhatian dunia.

"Saya tidak khawatir dengan apa yang ada di surat kabar hari ini," kata mantan Presiden AS Barack Obama pada Sabtu dalam sebuah kunjungan nostalgia ke Jakarta, ibukota Indonesia, rumah masa kecilnya. "Apa yang saya khawatirkan adalah, 'Apa yang akan mereka tulis tentang saya 20 tahun dari sekarang ketika saya melihat ke belakang?'"

Obama berupaya menjauh dari politik AS dan pemerintahan Donald Trump, tapi dia berhasil menyelesaikan pekerjaan dengan baik sebagai prestasi seorang pemimpin AS.

"Di Paris, kami berkumpul dalam kesepakatan paling ambisius dalam sejarah tentang perubahan iklim, sebuah kesepakatan bahwa meski dengan tidak adanya kepemimpinan Amerika Serikat, masih dapat memberi kesempatan pada anak-anak kami," katanya.

Trump mengejutkan banyak negara bulan lalu dengan mengumumkan bahwa dia menarik diri dari kesepakatan tersebut. Dia juga memiliki hubungan yang sulit dengan wartawan dan baru-baru ini dikecam oleh Demokrat dan Republik karena cuitannya di Twitter melecehkan reporter wanita MSNBC.

Obama menekankan pentingnya melangkah menjauh dari situs berita yang hanya memuat berita yang mereka sukai untuk disiarkan, dan memperingatkan media sosial yang memicu kebencian terhadap kelompok minoritas dan perlakuan buruk terhadap sejumlah pihak.

Mantan presiden itu disambut oleh ribuan orang, termasuk para pemimpin, pelajar dan pebisnis, di Jakarta, di mana dia membuka Kongres Keempat Diaspora Indonesia. Dia sangat populer di Indonesia, di mana banyak orang memandangnya sebagai anak angkat. Sebuah patung anak laki-laki menjadi pengingat bahwa ada 'Barry', panggilan bocah Obama, pernah mengecap pendidikan SD di kawasan Menten, Jakarta Pusat.

Dia mengenang kepindahannya ke Jakarta pada 1967 saat berusia 6 tahun, katanya dalam bahasa Indonesia, "Indonesia adalah bagian dari diriku!"

Obama mengatakan bahwa dia telah menikmati makanan Indonesia begitu tiba di Jakarta.

"Ketika musim hujan tiba, banjir akan datang dan kami harus membersihkan lantai di rumah kami dan kemudian mengejar ayam karena mereka pergi ke tempat lain," katanya sambil tertawa terbahak-bahak. "Hari ini, Jakarta adalah pusat perdagangan yang berkembang yang ditandai dengan jalan raya dan gedung-gedung tinggi. Begitu banyak yang telah berubah, begitu banyak kemajuan telah dicapai."

Obama tinggal di Indonesia dengan ibunya, seorang antropolog, dan ayah tirinya dari Indonesia. Pasangan ini berpisah setelah adik tirinya, dan Obama kembali ke Hawaii saat berusia 10 tahun untuk tinggal bersama kakek dan neneknya. Tapi dia bilang dia tidak pernah melupakan tahun-tahun yang dihabiskannya di Indonesia.

"Waktu saya di sini membuat saya menghargai rasa hormat terhadap perbedaan," katanya, mencatat bagaimana dia dan keluarganya baru saja mengunjungi dua candi bersejarah Borobudur, candi Budha dan Prambanan, candi Hindu - di negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia.

Pidato Obama menjadi akhir dari perjalanan liburan selama 10 Indonesia. Selain mengunjungi candi-candi di Yogyakarta, dia dan istrinya, Michelle, dan anak perempuannya, Sasha dan Malia, juga mengikuti arung jeram dan mengunjungi destinasi wisata terkemuka di Bali. Pada Jumat, ia bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor di Jawa Barat.

Kunjungan Indonesia menandai perjalanan pertama Obama ke Asia sejak meninggalkan Gedung Putih. Dia mendesak Indonesia menjadi negara demokrasi dan tiada henti menghargai dan menghormati perbedaan.
Indonesia menghadapi peningkatan radikalisme Islam dan serangan anti-gay, dan baru-baru ini dikecam oleh kelompok hak asasi manusia karena memenjarakan mantan gubernur Jakarta, minoritas ganda, karena kasus penistaan agama, seperti dikutip Associated Press yang dilansir MailOnline.

"Semangat negara ini harus menjadi salah satu tolok ukur toleransi, yang diabadikan dalam konstitusi Indonesia, disimbolkan oleh masjid dan pura dan gereja berdiri berdampingan," kata Obama. "Semangat itu adalah salah satu hal yang menentukan tentang Indonesia. Ini adalah salah satu karakteristik terpenting untuk dijadikan contoh bagi negara-negara Muslim lainnya di seluruh dunia."

FOLLOWING another week of dust-ups between the media and President Donald Trump, his predecessor shared a bit of wisdom from the other side of the world about tolerance and taking the daily news cycle in stride.

"I wasn't worried about what was in the newspapers today," former President Barack Obama said Saturday during a nostalgic visit to Indonesia's capital, his childhood home. "What I was worried about was, 'What are they going to write about me 20 years from now when I look back?'"

Obama has largely stayed away from U.S. politics and the Trump administration, but he did tout one of his accomplishments while in office.

"In Paris, we came together around the most ambitious agreement in history about climate change, an agreement that even with the temporary absence of American leadership, can still give our children a fighting chance," he said.

Trump shocked many countries last month by announcing he was pulling out of the accord. He has also had a difficult relationship with members of the press and was recently condemned by Democrats and Republicans for a tweet that attacked a female MSNBC host.

Obama stressed the importance of stepping away from news sites where only like-minded views are shared, and warned about social media giving rise to resentment of minorities and bad treatment of people.

The former president was greeted by a crowd of thousands, including leaders, students and businesspeople, in Jakarta, where he opened the Fourth Congress of Indonesian Diaspora. He is wildly popular in Indonesia, where many view him as an adopted son. A statue of the boy still remembered as "Barry" stands outside his old elementary school.

He reminisced about moving to Jakarta in 1967 when he was just 6 years old, shouting, "Indonesia bagian dari diri saya!" or "Indonesia is part of me!"

Obama said he had been gorging on the local food since arriving.

"If the rainy season came, the floods were coming and we had to clean out the floors in our house and then chase the chickens because they had gone someplace else," he said to roaring laughter. "Today, Jakarta is a thriving center of commerce marked by highways and high-rises. So much has changed, so much progress has been made."

Obama lived in the country with his mother, an anthropologist, and his Indonesian stepfather. The couple split up after having his half-sister, and Obama moved back to Hawaii when he was 10 to live with his grandparents. But he said he has never forgotten the years he spent in Indonesia.

"My time here made me cherish respect for people's differences," he said, noting how he and his family had just visited two of the most treasured ancient temples - Borobudur, a Buddhist complex, and the Hindu compound of Prambanan - in the world's most populous Muslim country.

Obama's speech came on the final leg of his 10-day vacation in Indonesia. In addition to visiting the temples in the city of Yogyakarta on the island of Java, he and his wife, Michelle, and daughters, Sasha and Malia, also went rafting and toured the resort island of Bali. On Friday, he met Indonesian President Joko "Jokowi" Widodo at the grand Bogor Palace in West Java, just outside Jakarta.

The Indonesian visit marked Obama's first trip to Asia since leaving office. He urged the country to be a light of democracy and to never stop embracing differences. Indonesia has faced a rise in Islamic radicalism and anti-gay attacks, and was recently condemned by rights groups for jailing Jakarta's former governor, an ethnic Chinese Christian, for blasphemy.

"The spirit of this country has to be one of tolerance. It's enshrined in Indonesia's constitution, it's symbolized by mosques and temples and churches beside each other," Obama said. "That spirit is one of the defining things about Indonesia. It is one of the most important characteristics to set as an example for other Muslim countries around the world."