Patung Guan Yu di Tuban yang Ditutupi Kain Putih Disorot Dunia

Statue of Chinese God Stokes Tension in Muslim-majority Indonesia

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Patung Guan Yu di Tuban yang Ditutupi Kain Putih Disorot Dunia
Foto: istimewa

INDONESIA mendesak para pejabat untuk bangkit menghadapi tekanan massa setelah para pemrotes Muslim dan nasionalis meminta patung dewa Tionghoa setinggi 30 meter yang didirikan di kompleks kuil di sebuah kota di Jawa Timur untuk dirobohkan.

Patung Guan Yu yang dicat dengan warna terang, seorang mantan jenderal yang disembah oleh warga keturunan China, diresmikan pada bulan Juli di sebuah kompleks vihara di Kabupaten Tuban dan merupakan representasi dewa tertinggi di Asia Tenggara.

Patung di Tuban, berjarak sekitar 100 km barat kota Surabaya, kemudian ditutup dengan kain putih setelah diprotes, yang melakukan provokasi dengan pujian maupun ejekan melalui media sosial di negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia.

"Jika mereka meminta patung tersebut dirobohkan, pihak berwenang tidak semestinya tunduk pada tekanan seperti itu," kata Teten Masduki, Kepala Staf Kepresidenan Joko Widodo, kepada wartawan.

Pengunjuk rasa melakukan unjuk rasa di luar gedung DPRD Jawa Timur di Surabaya pekan ini untuk memprotes keberadaan patung tersebut, beberapa mengenakan pakaian paramiliter dan melambaikan spanduk yang bertuliskan "Hancurkan" dan "Kami bukan pemuja berhala".

Membiarkan pendirian patung seorang jenderal asing adalah "simbol pengkhianatan terhadap bangsa ini," kata seorang pemrotes yang tidak disebutkan namanya dalam sebuah video demonstrasi.

Pengelola Vihara Kwan Sing Bio di Tuban menolak memberikan komentar, namun media telah mengutip warga yang mengatakan bahwa patung tersebut sebenarnya menarik untuk pengembangan pariwisata.

Indonesia adalah negara hukum yang konstitusinya yang memberikan kebebasan beragama dan pluralisme, namun ada kekhawatiran meningkatnya intoleransi mengancam reputasi Indonesia yang menerapkan Islam moderat.

Populasi Muslim sekitar 85 persen dari seluruh penduduk, dan sisanya adalah penganut agama Buddha, Kristen, Hindu dan minoritas lainnya.

Ketegangan antarumat beragama terlihat meningkat tahun ini setelah demonstrasi besar-besaran oleh warga Muslim yang menentang majunya gubernur petahana Basuki T Purnama atau Ahok sebagai minoritas ganda, keturunan China dan Kristen, yang dikecam atas tuduhan penghinaan terhadap Alquran.

Ahok kemudian dipenjara selama dua tahun karena penistaan agama, kelompok hak asasi manusia dan badan internasional mengecam dipenjaranya Ahok yang dikecam sebagai tidak adil dan dipolitisasi.

Protes terhadap patung tersebut terutama menyangkut nasionalisme, kata Suli Da'im, seorang anggota parlemen di Jawa Timur.

"Apa yang mereka protes adalah patung itu tidak mewakili jenderal atau komandan mereka," katanya, seraya menambahkan bahwa izin untuk patung tersebut juga belum disetujui.

Nasib patung tersebut, yang dilaporkan dibangun dengan biaya Rp2,5 miliar rupiah kemudian menjadi kontroversi dan perdebatan di media sosial.

"Syukur Alhamdulillah, perdebatan yang ramai di media sosial berhasil memastikan patung berhala itu telah ditutup. Saya harap segera dirubuhkan," kata Muhammad Syahrir, yang menggunakan akun @Muhamma37029013 melalui Twitter.

Pengguna Twitter lainnya menertawakan para pemrotes seperti dikutip Reuters yang dilansir MailOnline.

"Seperti tidak ada yang bisa dilakukan selain melakukan protes terhadap patung," kata Paring Waluyo, dengan akun @paringwaluyo. "Sebaliknya mereka harus memprotes Tuban sebagai kabupaten miskin di Jawa Timur."

INDONESIA has urged officials to stand up to mob pressure after Muslim and nationalist protesters called for a 30-metre-tall (100-ft-) statue of a Chinese deity erected in a temple complex in an East Java town to be torn down.

The brightly-painted statue of Guan Yu, a former general who is worshipped by some Chinese, was inaugurated in July in a temple complex in the fishing town of Tuban and is claimed to be Southeast Asia's tallest such representation of the deity.

The statue in Tuban, about 100 km (60 miles) west of the city of Surabaya, has been partially covered up after the protests, provoking both praise and ridicule on social media in the world's most populous Muslim-majority country.

"If they ask for the statue to be torn down, authorities cannot bow to such pressure," Teten Masduki, chief of staff to President Joko Widodo, told reporters.

Protesters demonstrated this week outside Surabaya's parliament against the statue, some wearing paramilitary-style outfits and waving placards that read "Demolish It" and "We are not worshippers of idols".

Allowing a depiction of a foreign general was "a symbol of treason to this nation," an unnamed protester said in a video of the rally on news portal Kompas.com.

Officials of the Kwan Sing Bio Temple in Tuban declined to comment, but media have quoted residents as saying the statue was good for tourism.

Indonesia is a secular state whose constitution enshrines religious freedom and diversity, but there are concerns that rising intolerance threatens its reputation for moderate Islam.

Muslims form about 85 percent of the population, but there are also substantial Buddhist, Christian, Hindu and other minorities.

Religious tension has soared this year after Islamist-led rallies saw Jakarta's incumbent governor, a member of a so-called double minority who is ethnic Chinese and Christian, put on trial during city elections over Koran insult allegations.

Basuki Tjahaja Purnama was later jailed for two years for blasphemy, a sentence rights groups and international bodies condemned as unfair and politicised.

The protests against the statue were primarily about nationalism, said Suli Da'im, a lawmaker in East Java.

"What they were protesting about is that the statue did not represent their general or commander," he said, adding that a permit for the statue had also not yet been approved.

The fate of the statue, reported to have cost 2.5 billion rupiah ($190,000) to build, has sparked sparring on social media.

"Praise be to God, the noisy fighting in social media succeeded in ensuring the idolatrous statue has been covered. I hope it will soon be taken down," Muhammad Syahrir, using the handle @Muhamma37029013, said on social network Twitter.

Another Twitter user ridiculed the protesters.

"Like they have nothing else to do but to protest against a statue," said Paring Waluyo, under the handle @paringwaluyo. "Instead they should be protesting about Tuban being among the poor regencies of East Java." ($1=13,368.0000 rupiah)