Gafatar dan Pengikutnya Terusir dari Kalimantan Disorot Media Asing

Indonesia Evacuates Hundreds of Members of Sect After Clashes

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Gafatar dan Pengikutnya Terusir dari Kalimantan Disorot Media Asing
Demo menentang Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara) Foto: harianterbit.com

PASUKAN keamanan Indonesia, pada Rabu, mengevakuasi ratusan anggota dari organisasi masyarakat (Ormas) yang dituding menyebarkan ajaran sesat, setelah aksi warga lokal mengusir mereka dari pemukiman mereka di Kalimantan Barat.

Media asing menyebutkan bahwa Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, yang mayoritas menganut keyakinan Sunni moderat, dan mengakui enam agama termasuk agama Hindu, Katolik dan Budha, tetapi minoritas, bahkan di dalam Islam, menghadapi meningkatnya intoleransi dalam beberapa tahun terakhir.

Pria, wanita dan anak-anak terkait dengan kelompok yang disebut Gafatar, yang disebut oleh Majelis Ualama Indonesia (MUI) menyebarkan aliran sesat, diusir pekan lalu oleh warga di Kalimantan Barat yang menentang keyakinan mereka.

Para penyerang membakar rumah dan mobil, seperti dilaporkan media lokal, namun tidak ada laporan korban tewas.

Lebih dari 700 orang yang menumpang kapal perang RI (KRI) milik TNI AL tiba di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Mereka akan ditempatkan di tempat penampungan pemerintah sebelum direlokasi, kata para pejabat.

Salah satu pengungsi, Ateng, 42, yang tiba di Jakarta bersama istri dan enam anak, mengecam kekerasan yang mereka alami.

"Ini adalah pelanggaran demokrasi," katanya kepada Reuters seperti dikutip MailOnline.

"Hukum menjamin hak untuk berkumpul dan berorganisasi."

Pihak berwenang menganggap ajaran Gafatar sebagai "berbahaya" dan kelompok ini telah dilarang tahun lalu.

Orang yang terkait dengan kelompok mengatakan itu adalah organisasi sosial dan tidak terkait dengan agama.

Kalimantan, yang kaya sumber daya alam di Indonesia, juga pernah dilanda kekerasan serupa di masa lalu.

Beberapa ratus warga dari Jawa dan Madura tewas dalam serangan oleh orang-orang pribumi Dayak pada 2001.

Sekitar 2.000 lebih orang yang berafiliasi dengan Gafatar memilih bertahan di Kalimantan Barat dan akan segera direlokasi untuk keselamatan mereka, kata para pejabat.

INDONESIAN security forces on Wednesday evacuated hundreds of members of a group authorities have called a deviant religious organisation to the capital, Jakarta, after sectarian violence drove them from their homes in West Kalimantan province.

Indonesia has the world's largest population of Muslims, the majority of whom adhere to moderate Sunni beliefs, and it recognises six religions including Hinduism, Catholicism and Buddhism, but minorities, even within Islam, have faced rising intolerance in recent years.

Men, women and children associated with a group called Gafatar, which the country's highest Islamic council considers a deviant sect, were attacked last week by other West Kalimantan residents who oppose their beliefs.

The attackers burned houses and cars, media reported, but there were no reports of any deaths.

More than 700 people arrived on a navy vessel at Jakarta's main port. They will be housed in government shelters before being relocated, officials said.

One of the evacuees, Ateng, 42, who arrived in the capital with his wife and six children, denounced the violence against them.

"This is a violation of democracy," he told Reuters.

"The law guarantees the right to assemble and organise."

Authorities consider Gafatar's teachings "dangerous" and the group was outlawed last year. People associated with the group say it is social organisation and not a religious one.

Kalimantan, the resource-rich Indonesian part of Borneo island, has seen outbreaks of similar violence in the past.

Several hundred migrants from Java and Madura islands were killed in attacks by indigenous Dayak people there in 2001.

About 2,000 more people affiliated with Gafatar remained in West Kalimantan and would be relocated soon for their safety, officials said.