Pacquiao Gagal Tekuk Mayweather, Tak Terkalahkan 48 Kali Tanding

Mayweather Too Good for Pacquiao to Make His Record 48 Unbeaten

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Pacquiao Gagal Tekuk Mayweather, Tak Terkalahkan 48 Kali Tanding
Mayweather membuktikan dirinya sekali lagi sebagai grand master dari seni membela diri (Foto2: MailOnline)

PERTANDINGAN Tinju Terbaik Abad Ini sebenarnya tidak lebih dari Pertandingan Tinju Terbaik Tahun Ini.

Baik Floyd Mayweather atau Manny Pacquiao nyaris bertarung hingga knockout (KO) yang jadi tekad kuat the Money Man meski harus kecewa dan PacMan mengakhiri pertarungan dengan buruk.

Pertarungan diawali aksi serupa kucing memburu tikus, Mayweather menghindar dan melawan, Pacquiao terus merangsek namun kerap memukul angin.

Pertandingan tinju termahal sepanjang masa ini akan diingat ribuan juta orang, penasaran banyak orang, diperbincangkan banyak orang, liputan media paling maniak sepanjang masa.... dan laga catur fisik antara dua juara.

Mayweather membuktikan dirinya sekali lagi sebagai grand master dari seni membela diri. Itu sudah cukup untuk menjawab argumentasi sebagai salah satu petinju terbesar di generasinya. Petinju tak terkalahkan dalam 48 pertandingan tinju profesional.

Para hakim mungkin bertindak tidak adil terhadap Pacquiao dengan skor 118-110 dan dua skor 116-112. Namun tidak ada keluhan resmi terhadap penilaian juri, seperti dilansir MailOnline.

Meskipun Pacquiao protes: "Saya pikir saya memenangkan pertarungan. Saya memukulnya lebih sering daripada dia memukul saya. Saya menyakitinya lebih banyak daripada dia menyakiti saya."

Namun pada kenyataannya begitu banyak putaran yang begitu dekat bahwa preferensi untuk gaya tinju sudah cukup untuk mempengaruhi hasilnya. Floyd adalah petinju cerdik, Manny adalah kawan bertarung yang baik hati.

Pacquiao menyatakan terkejut pada keputusan juri tetapi sebenarnya gaya bertinjunya mendorong juri menjadi bersimpati padanya meskipun pukulannya lebih banyak menghantam angin. Meskipun begitu ia melakukannya dengan gaya berbeda.

THE FIGHT of the Century will not even be the Fight of the Year.

Neither Floyd Mayweather nor Manny Pacquiao came close to the knockout which the Money Man desired so desperately and the PacMan ended up needing so badly.

The bright start ebbed into a game of cat and mouse, Mayweather dodging and countering, Pacquiao charging and probably missing too often.

The richest fight of all time will be remembered for the mega-millions, the gigantic hype, the hordes on the Strip, the most manic media coverage of all time… and a physical chess match between two old masters.

Mayweather proved himself once again the grand master of the noble art of self defence. It was enough to settle the argument as to which of them is the greatest boxer of his generation. The man who is unbeaten in his 48 fights as a professional.

The judges may have done Pacquiao less than justice with scores of 118-110 and 116-112 twice. But although I had it a draw there can be no complaint.

Pacquiao protested: ‘I thought I won the fight. I hit him more times than he hit me. I hurt him more than he hurt me.’

But in reality so many of the rounds were so close that a preference for a style of boxing would have been enough to sway the outcome. Floyd is a clever chap, Manny a fun fellow.

Pacquiao expressed surprise at the width of the decision but in truth he left himself at the mercy of the judges by not throwing his usual volume of punches. Had he done so it might have been different.