Gelar Juara Shanghai Shenhua pada 2003 Dicoret

Shanghai Shenhua was Stripped of its 2003 Title

Editor : Heru S Winarno
Translator : Parulian Manalu


Gelar Juara Shanghai Shenhua pada 2003 Dicoret
Ilustrasi: dailyrecord.co.uk

MENYANGKUT masalah korupsi sepak bola di Asia, China melancarkan serangkaian hukuman dan denda besar bagi yang tersangkut skandal pengaturan pertandingan, sehingga beberapa pejabat sepak bola masuk penjara.

Gelar Shanghai Shenhua, mantan klub Didier Drogba dan Nicolas Anelka, dicoret pada 2003. Poin mereka dikurangi satu untuk musim mendatang, karena ambil bagian dalam masalah kontroversial itu.

Di Thailand, Selasa, koran The Nation melaporkan adanya tuduhan bahwa laga final Piala FA November antara Buriram United dan Army United merupakan sasaran target para pengatur pertandingan.

Skandal lain di wilayah ini, termasuk kompetisi Liga Korea Selatan atau Liga-K - salah satu kompetisi paling sukses di Asia - tapi ternyata banyak pemain yang kena hukum pada 2011.

Malaysia, tuan rumah laga AFC dan tetangganya Singapura, juga tak luput dari masalah serius itu dan badan sepak bola Asia sendiri tersangkut skandal korupsi sampai akhirnya ketuanya Mohemed Bin Hammam, dituduh terlibat masalah suap.

Velappan, Sekjen AFC selama 30 tahun hingga 2007, mengatakan badan sepak bola tidak mampu memecahkan masalah itu sendirian, sehingga perlu mendapat bantuan dari kepolisian dan pemerintah.

"Asosiasi sepak bola tidak punya kekuatan atau kemampuan untuk memecahkan masalah itu. Ini masalah kriminal dan hanya pemerintah dan polisi yang dapat menanganinya. Tapi tidak ada kemauan politik dari mereka," kata Velappan seperti dikutip Channel News Asia.

Velappan menyatakan, masalah pengaturan pertandingan itu sudah berjumlah "ribuan", bukan "ratusan", dan ia menambahkan bahwa hal itu merupakan "ancaman serius dalam sepak bola."

"Perang terhadap pengaturan hasil pertandingan harus dimulai dari sekarang dan diberantas hingga ke akarnya. Bila tidak, sepak bola Asia tidak akan pernah membaik, bila semua laga masih diatur," kata Vellapan.

Konferensi selama dua hari yang dimulai Rabu akan diisi beberapa pembicara kunci termasuk kepala Interpol.

INDICATING the scale of football corruption in Asia, China handed out a series of bans and heavy fines following investigations into its biggest ever match-fixing scandal, which left senior officials in jail.

Shanghai Shenhua, the former club of Didier Drogba and Nicolas Anelka, was stripped of its 2003 title and handed a points deduction for the coming season for its part in the controversy.

And in Thailand on Tuesday, The Nation newspaper reported allegations that November's FA Cup final between Buriram United and Army United was targeted by fixers.

Other scandals around the region include one that engulfed South Korea's K-League, one of Asia's most successful competitions, where corruption revelations in 2011 left dozens of players banned.

Malaysia, home to the AFC and neighbouring Singapore, has also suffered serious problems and the Asian body itself has been caught up in corruption claims after its ex-president, Mohamed bin Hammam, was accused of bribery.

Velappan, who was AFC secretary-general for 30 years until 2007, said football bodies were incapable of dealing with match-fixing on their own and needed help from police bodies and governments.

"Football Associations do not have the power or skill to deal with this. These are criminals and only governments and the police can handle them. But there is no political will," Velappan.

Velappan claimed rigged matches were "in the thousands" rather than hundreds, and said match-fixing is a "serious threat to football".

"The war against match-fixing, tracking down agents, must go right down to the roots. If not, Asian football will never improve if everything is fixed," Velappan said.

The two-day conference starts on Wednesday with keynote speakers including Interpol chief Noble.