Putin Teken Perjanjian Krimea jadi Bagian dari Rusia

Putin Signs Bill to Annexe Crimea and Pull Territory Back into Russia

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Putin Teken Perjanjian Krimea jadi Bagian dari Rusia
Penguasaan Krimea oleh Moskow, dikecam Barat sebagai tidak sah dan melanggar undang-undang dasar Ukraina, menyebabkan kemelut paling parah Timur-Barat sejak akhir Perang Dingin (Foto2: Mail Online)

Moskow (B2B) - Presiden Rusia Vladimir Putin, dengan menentang keberatan Ukraina dan sanksi Barat, pada Selasa menandatangani perjanjian membuat Krimea bagian dari Rusia serta menyatakan tidak berencana merebut wilayah lain Ukraina.

Dalam pidato keras patriotik pada sidang gabungan parlemen Rusia di Kremlin, diselingi berdiri tepuk tangan, sorak-sorai dan airmata, Putin mengecam Barat untuk yang ia disebut kemunafikan. Negara Barat mendorong kemerdekaan Kosovo dari Serbia, tapi sekarang menolak hak sama Krimea, katanya.

"Anda tidak dapat menyebut hal sama hari ini hitam dan besok putih," katanya pada gempita tepuk tangan, dengan menyatakan "mitra" Barat melewati batas atas Ukraina dan berperilaku tidak bertanggung jawab, seperti dilansir Yahoo! News.

Ia menyatakan pemimpin baru Ukraina, yang berkuasa sejak penggulingan presiden pendukung Moskow Viktor Yanukovich pada Februari, termasuk Nazi baru, benci Rusia dan Yahudi.

Putin menyatakan penentuan pendapat rakyat Krimea pada Minggu, yang diadakan di bawah pendudukan Rusia, menunjukkan kehendak luar biasa rakyat untuk bersatu kembali dengan Rusia sesudah 60 tahun sebagai bagian dari republik Ukraina.

Untuk lagu kebangsaan Rusia, Putin dan pemimpin Krim menandatangani perjanjian untuk membuat Krimea bagian dari Rusia. Dalam pidatonya, Putin terganggu oleh setidak-tidaknya 30 kali tepuk tangan.

"Dalam hati dan pikiran rakyat, Krim selalu dan tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari Rusia," kata Putin.

Ia berterima kasih kepada China untuk yang disebutnya dukungan, meskipun Beijing abstain pada resolusi PBB tentang Krim, yang ditolak Moskow, dan menyatakan yakin Jerman akan mendukung kehendak rakyat Rusia untuk berstau kembali, seperti Rusia mendukung penyatuan kembali Jerman pada 1990.

Ia juga berusaha meyakinkan rakyat Ukraina bahwa Rusia tidak berupaya memecah negara mereka. Ketakutan terungkap di Kiev bahwa Rusia mungkin bergerak ke daerah berbahasa Rusia di bagian timur Ukraina.

"Jangan percaya kepada yang mencoba menakut-nakuti Anda pada Rusia dan yang berteriak bahwa daerah lain akan mengikuti sesudah Krimea," kata Putin, "Kami tidak ingin memecah Ukraina. Kami tidak perlu itu."

Saat mengemukakan pandangan Moskow tentang peristiwa penyebab penggulingan Yanukovich dalam pemberontakan rakyat pada Februari, Putin mengatakan yang disebut pihak berwenang di Kiev mencuri kekuasaan dalam kudeta dan membuka jalan bagi ekstrimis, yang tidak akan menghasilkan apa pun.

Dengan menjelaskan keprihatinan Rusia atas kemungkinan perluasan persekutuan tentara NATO pimpinan Amerika Serikat ke Ukraina, ia mengatakan, "Saya tidak ingin disambut pelaut NATO di Sevastopol (markas armada Laut Hitam Rusia di Krimea)."

Penguasaan Krimea oleh Moskow, dikecam Barat sebagai tidak sah dan melanggar undang-undang dasar Ukraina, menyebabkan kemelut paling parah Timur-Barat sejak akhir Perang Dingin.

Sebelum Putin pidato, perdana menteri sementara Ukraina, Arseniy Yatseniuk, berusaha meyakinkan Moskow atas dua perhatian utama, dengan mengatakan dalam pidato televisi disampaikan dalam bahasa Rusia bahwa Kiev tidak berusaha bergabung dengan NATO, persekutuan tentara pimpinan Amerika Serikat, dan akan melucuti milisi nasionalis Ukraina.

Moscow - In a gilded Kremlin hall used by czars, Vladimir Putin redrew Russia´s borders Tuesday by declaring the Crimean Peninsula part of the motherland — provoking a surge of emotion among Russians who lament the loss of empire and denunciations from Western leaders who called Putin a threat to the world.

In an ominous sign, a Ukrainian serviceman and a member of a local self-defence brigade were killed by gunfire in Crimea just hours after Putin´s speech, the first fatalities stemming from the Russian takeover.

While Putin´s action was hailed by jubilant crowds in Moscow and cities across Russia, Ukraine´s new government called the Russian president a threat to the "civilized world and international security," and the U.S. and Europe threatened tougher sanctions against Moscow.

In an emotional 40-minute speech televised live from the Kremlin´s chandeliered St. George hall, Putin said the time has come to correct a historical injustice and stand up to Western pressure by incorporating Crimea.

"In people´s hearts and minds, Crimea has always been an integral part of Russia," he declared.

He dismissed Western criticism of Sunday´s Crimean referendum — in which residents of the strategic Black Sea peninsula voted overwhelmingly to break off from Ukraine and join Russia — as a manifestation of the West´s double standards.

"They tell us that we are violating the norms of international law. First of all, it´s good that they at least remember that international law exists," Putin said, pointing at what he called the U.S. trampling of international norms in wars in Serbia, Iraq, Afghanistan and Libya.

"Our Western partners led by the United States prefer to proceed not from international law, but the law of might in their practical policies," he said.

Often interrupted by raucous applause, Putin said the rights of ethnic Russians in Ukraine had been abused by the new Ukrainian government and insisted Crimea´s vote to join Russia was legitimate and reflected its right for self-determination.

Denouncing what he called Western arrogance, hypocrisy and pressure, Putin warned that the West must drop its stubborn refusal to take Russian concerns into account. He pointed at NATO´s eastward expansion, the alliance´s U.S.-led missile defence plans and, finally, the Western moves to pull Ukraine into its orbit.

"If you push a spring too hard, at some point it will spring back," he said. "You always need to remember this."

Only hours after Putin boasted that the Russian takeover of Crimea was conducted without a single shot, a Ukrainian military spokesman said a Ukrainian serviceman was killed and another injured when a military facility in Crimea was stormed Tuesday by armed men.

A Crimea police spokeswoman, Olga Kondrashova, later was quoted by Interfax news agency as saying that a Ukrainian serviceman and a member of a local self-defence brigade were killed by gunfire coming from the same location, and two other people were wounded.

Ukrainian Prime Minister Arseniy Yatsenyuk declared the violence showed the conflict "has gone from the political stage to the military by the fault of the Russians."