Presiden Filipina Tindak Tegas Pengedar dan Pecandu Narkoba, 3.700 Ditembak Mati di Jalan

Streets Running with Blood and 3,700 Dead after Philippine President Rodrigo Duterte 100 Days in Office

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Presiden Filipina Tindak Tegas Pengedar dan Pecandu Narkoba, 3.700 Ditembak Mati di Jalan
Razia narkoba Duterte terjadi setelah dia mengatakan sedikitnya 3,7 juta warga Filipina kecanduan metamfetamin, dikenal warga lokal sebagai sabu (Foto2: MailOnline)

TEKAD Presiden Filipina memerangi narkoba mencapai puncaknya dengan jumlah korban tewas di atas 3.700 orang dan kini beredar kabar mengejutkan tentang upaya Filipina menghentikan kerjasama militernya dengan Amerika Serikat (AS) setelah berlangsung 65 tahun.

Pernyataan berani Presiden Rodrigo Duterte, tergolong sensasional dengan pernyataan meremehkan bahwa aliansi Filipina dengan AS lebih banyak mudaratnya, dan mendesak pasukan AS segera hengkang dari negara tersebut.

Kegusaran Duterte pada AS dan sekutunya menyikapi reaksi internasional terhadap pembantaian pecandu narkoba dan bandarnya di tangan warga yang sebal dan polisi.

Presiden Filipina kini dijuluki 'The Punisher', menyusul banyaknya kecaman pada aksi kerasnya memerangi peredaran narkoba dengan korban tewas lebih dari 3.700 dalam waktu kurang dari tiga bulan, menurut Al Jazeera.

Duterte memerintahkan penumpasan narkoba untuk menunaikan janjinya saat Pemilu Presiden sehingga menelan banyak korban - disamakan dengan 36 warga Filipina tewas setiap hari dalam 100 hari dia menjabat presiden - dan aksinya terekam pada foto-foto di atas.

Razia narkoba Duterte terjadi setelah dia mengatakan sedikitnya 3,7 juta warga Filipina kecanduan metamfetamin, dikenal warga lokal sebagai sabu, nama yang sama seperti di Indonesia.

Duterte malah mendorong warganya untuk bertindak tegas 'main hakim sendiri' dibantu polisi dan dia juga diduga mengerahkan tim khusus untuk memerangi narkoba.

The Huffington Post melaporkan bahwa pembunuhan terjadi setelah 'mencegat' target yang diincar oleh pengendara sepeda motor bersenjata atau dibunuh oleh polisi terlatih maupun regu khusus tidak resmi.

Kasus pembunuhan ini turut menewaskan seorang bocah perempuan lima tahun yang tewas setelah pria bersenjata menembaki kakeknya bersama ayah dan putranya tengah mengisap sabu yang kemudian dipukuli dan ditembak mati saat ditahan di kantor polisi.

Khawatir menjadi korban pembantaian memicu aksi pengedar untuk menyamar sebagai polisi, dengan lebih dari 26.000 orang ditangkap dan puluhan ribu lainnya menyamar menjadi petugas.

Kondisi tersebut mengakibatkan penuh sesaknya penjara-penjara dan terbatasnya daya tampung pada 44 pusat rehabilitasi di seluruh negeri tersebut.

Kebijakan dan tindakan tegas tersebut medorong melambungnya popularitas Duterte di dalam negeri, dan hasil survei Social Weather Stations Survey pada akhir September menunjukkan 8 dari 10 warga Filipina menyatakan puas dengan pemenuhan janji kampanya untuk menindak tegas para pengedar dan pecandu narkoba seperti dilansir MailOnline.

THE PHILIPPINES president's war against drugs has reached new macabre heights with the death toll surging above 3,700 and he is now sensationally halting the nation's military alliance with the US after 65 years.

The bombastic president Rodrigo Duterte, has sensationally disparaged the country's alliance with the US ordering its troops to leave his shores.

The potential ending of an alliance comes as a reaction to the international outrage of the slaughter of drug addicts and criminals at the hands of vigilantes and police in the Philippines.

The Filipino president, dubbed 'The Punisher', has been heavily lambasted for his ruthless crackdown on drugs with the Philippines' death toll reaching more than 3,700 in less than three months, according to Al Jazeera.

Duterte ordered the drug crackdown as an election promise fuelling widespread bloodshed - equating to 36 Filipinos dying every day in his first 100 days in office - and the terror can be seen in the graphic photos above.

Duterte's drug raids come after he said at least 3.7 million Filipinos have become addicted to methamphetamine, known locally as shabu.

He has claimed to have encouraged citizens to take matters into their own hands with the help of police and alleged secret death squads.

The Huffington Post report that the killings occur in 'encounters' with motorcycle vigilante gunmen or killed by trained police or unofficial death squads.  

Cases include a five-year-old girl tragically killed as gunman opened fire on her grandfather and a father and son smoking shabu beaten and shot to death in police custody.

The fear of being shot has triggered drug dealers to turn themselves into police, with more than 26,000 people arrested and tens of thousands turning themselves into authorities.

This had lead to despicable conditions in jails and the limited 44 rehabilitation centres across the nation.

The fear tactic has seen Duterte's popularity sky-rocket, with a Social Weather Stations Survey in late September showed 8/10 Filipino residents are satisfied with the campaign promise to crackdown on drug users and dealers.