La Nina Datang! Peneliti NOAA Perkirakan Picu Curah Hujan Tinggi di Indonesia

La Nina is Coming! Researchers Say this `Slow-motion Wave` Could Signify Developing La Nina

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


La Nina Datang! Peneliti NOAA Perkirakan Picu Curah Hujan Tinggi di Indonesia
Ilustrasi & Data: MailOnline

MENURUT catatan dari dampak kuat El Nino, pakar iklim mengungkapkan bahwa dunia harus bersiap menghadapi kedatangan La Nina.

Data terbaru menunjukkan ada 75 persen kemungkinan pola iklim akan berkembang hingga musim gugur, ketika suhu permukaan di Pasifik bisa anjlok lebih dari 0,5 derajat Celcius di bawah rata-rata di dekat khatulistiwa.

Sebuah animasi 3D terbaru dirilis pekan ini oleh National Oceanic and Atmospheric Administration dari AS yang menunjukkan tingkat kedalaman, suhu air yang mengarah ke arah timur - sebagai ´gelombang lambat´ yang dapat menjadi pertanda perkembangan La Nina.

Dampaknya tidak terlampau merusak seperti halnya El Nino, dan La Nina tidak selalu ditandai dengan suhu laut yang luar biasa dingin pada garis khatulistiwa di Samudera Pasifik.

Animasi menunjukkan bagaimana kondisi yang mendukung berkembangnya fenomena La Nina, menggambarkan di mana suhu pada garis khatulistiwa di Samudera Pasifik yang hangat atau lebih dingin dari rata-rata di atas 300 meter.

Ini berfokus pada periode lima hari yang masing-masing diperkirakan berlangsung pada waktu musim semi ini: 14 Maret, 13 April dan 3 Mei.

´Sepekan minggu berlalu, lapisan air hangat di permukaan air ke Pasifik tengah menjadi sangat dangkal, pertanda bahwa saatnya El Niño beranjak hilang," tulis Rebecca Lindsey, kontraktor untuk Kantor Program Iklim NOAA yang dilansir MailOnline.

´Dengan petunjuk akhir dari animasi, kolam dingin hanya melewati permukaan Pasifik timur di luar Amerika Selatan."

La Nina adalah fase dingin dari pola iklim ENSO, kata Lindsey.

Pola ini, berlangsung singkat untuk Osilasi - Selatan El Nino, sebagai fluktuasi alami pada kondisi di Pasifik di lepas pantai Amerika Selatan.

Hal ini dapat mempengaruhi cuaca di seluruh dunia, yang mempengaruhi angin, tekanan udara, dan hujan, dan bahkan menggeser gelombang permukaan laut.

Sedangkan El Niño adalah pola iklim yang dikenal untuk membawa kondisi hangat dan hujan, La Nina lebih dingin, menurunkan kelembaban.

La Nina, adalah kata dari bahasa Spanyol untuk sebutan ´gadis´, cenderung terjadi tak terduga setiap dua sampai tujuh tahun dan dampak hebatnya dikaitkan dengan banjir dan kekeringan.

Menurut sebuah blog NOAA, telah terjadi 14 kali peristiwa La Niña peristiwa yang tercatat dalam sejarah sejak tahun 1950.

Memiliki hubungan ´saling mengintip´ dengan El Nino, La Nina dapat membuat lebih aktif musim badai di Atlantik, dan berkurang aktivitasnya di Pasifik.

La Nina ini tidak selalu mengikuti setelah El Nino, namun berdasarkan catatan sejarah, tampaknya ada kemungkinan bahwa dampak kuat El Nino lebih mungkin untuk memicu terjadinya La Nina.

Pusat pengamat iklim menyampaikan hasil diskusi mendalam tentang kondisi fisika yang mendasari siklus El Niño menawarkan kajian tentang terjadinya efek El Nino ke La Nina.

´El Nino menghasilkan gelombang skala besar di laut (ini tidak seperti gelombang yang memecah di permukaan air),´ katanya.

´Satu rangkaian, disebut gelombang Kelvin, bergerak dari barat ke timur dan menyebabkan pemanasan, akan meningkatkan El Nino.´

Satu rangkaian gelombang lain, yang dikenal sebagai gelombang Rossby, bergerak dari arah berlawanan hingga sampai di Indonesia, dan kemudian bergerak kembali ke timur.

Ketika gelombang Rossby memicu El Nino, akan membawa udara dingin dan membawa fenomena cuaca berakhir.

Ketika terjadi El Nino yang sangat kuat, akan memicu gelombang Rossby, yang dapat memicu terjadinya La Nina.

La Nina dapat membawa memicu lebih hebat terjadinya musim dingin yang kering melanda California dan curah hujan tinggi di Asia Tenggara.

ON THE HEELS of one of the strongest El Niños on record, climate scientists reveal the world may soon be bracing itself for the arrival of La Niña.

Recent data shows there is a 75 percent chance the climate pattern will develop by fall, when surface temperatures in the Pacific could drop more than 0.5°C below average near the equator.

A new 3D animation released this week by the National Oceanic and Atmospheric Administration shows the path of deep, cool water as it makes its way eastward – a ‘slow-motion wave’ that could signify a developing La Niña.

Typically less damaging than El Niño, La Niña is characterised by unusually cold ocean temperatures in the equatorial Pacific Ocean.

The animation shows how the conditions favourable for La Niña could be developing, illustrating where temperatures in the equatorial Pacific Ocean were warmer or cooler than average in the top 300 meters.

It focuses on five-day periods which each centre around a particular date this spring: March 14, April 13, and May 3.

‘As the weeks pass, the layer of warm water at the surface contracts to the central Pacific and becomes very shallow, a sign that the current El Niño is on its way out,’ writes Rebecca Lindsey, a contractor to NOAA’s Climate Program Office.’

‘By the final frame of the animation, the cold pool is just breaching the surface of the eastern Pacific off South America.’

La Niña is the cool phase of the ENSO climate pattern, Lindsey explains.

This pattern, short for El Niño-Southern Oscillation, is a naturally occurring fluctuation in the conditions at the central-eastern tropical Pacific.

This can affect weather around the world, influencing wind, air pressure, and rain, and even shifting jet streams.

Whereas El Niño is a climate pattern known to bring warm and rainy conditions, La Niña is a cooler, drier state.

La Niña, Spanish for ´the girl´, tends to occur unpredictably every two to seven years and severe occurrences have been linked to floods and droughts.

According to a NOAA blog, there have been 14 La Niña events in recorded history dating back to 1950.

Having a ‘seesawing’ relationship with El Niño, La Niña can make for a more active hurricane season in the Atlantic, and less activity in the Pacific.

La Niña´s don´t always follow after El Niños, but based on historical records, it seems there is a chance that a strong El Niño is more likely to generate a La Nina.

Climate Central provides an in-depth discussion about how the underlying physics of the El Niño cycle offers a reason to think that strong El Niños lead to La Niñas.

´El Niños generate large-scale waves in the ocean (these aren´t like the waves that break on the water´s surface),´ it says.

´One set, called Kelvin waves, travel from west to east and cause warming, enhancing the El Niño.´

Another set of waves, called Rossby waves, travel in the opposite direction until they reach Indonesia, where they head back east.

When the Rossby waves hit El Niño, they cool it and bring the weather phenomenon to an end.

During a particularly strong El Niño, stronger Rossby waves will be created, which could trigger a La Nina event.

La Niña could bring a higher chance of a dry winter in drought-stricken California and more rainfall in Southeast Asia.