Harga Gabah Anjlok, Jerit Serentak Petani Desak Bulog Beli Sekarang

The Price of Grain Dropped, Indonesian Rice Farmers Complained to Bulog

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Harga Gabah Anjlok, Jerit Serentak Petani Desak Bulog Beli Sekarang
PANEN RAYA: Para petani menyambut gembira masa panen raya tapi khawatir merugi karena Bulog tidak kunjung datang untuk menyerap gabah/beras petani [Foto B2B/Mac]

Jakarta [B2B] - Sejumlah petani dari beberapa sentra produksi beras padi di seluruh Indonesia mengeluhkan harga gabah anjlok di tengah kegembiraan menyambut panen raya padi, mereka semua menjerit atas lambannya Perum Badan Urusan Logistik [Bulog] melaksanakan fungsi pokoknya melakukan stabilisasi pasokan beras melalui beli dan jual, dengan menyerap gabah/beras petani menjadi cadangan pangan dan kelebihannya dimanfaatkan sebagai komoditas ekspor.

Penanggung Jawab Serapan Gabah/Beras  Kementerian Pertanian RI, PJ Sergap Nasional Agung Hendriadi mengatakan telah mengerahkan seluruh PJ Sergap tingkat provinsi/kabupaten/kota hingga koordinator lapangan di kecamatan dan desa untuk memantau areal persawahan yang sudah panen maupun segera panen, sehingga memudahkan Bulog untuk mengerahkan divisi regional dan subdivisi regional [Divre dan Subdivre] mengerahkan personel untuk mendukung sukses Sergap.

"Sekarang ini sudah masuk masa panen seperti Jawa Timur, Jateng, NTB, Sumsel, Kalsel, Lampung, sementara Jawa Barat akan panen akhir Maret. Kalau Bulog tidak segera menyerap sekarang, harga terlanjur jatuh, Bulog akan kesulitan melakukan stabilisasi harga beras sesuai tupoksi-nya. Kita tahu kemampuan Bulog terbatas," kata Agung Hendriadi kepada pers, Senin [18/3].

Tim PJ Sergap Nasional di Badan Ketahanan Pangan - Kementerian Pertanian RI [BKP] mendapat laporan dari sejumlah kelompok tani di sentra produksi utama yang menjerit karena ´khawatir harga gabah anjlok, dan minta Bulog melakukan pembelian sekarang´ sebelum petani merugi.

Lalu Saleh, petani dari Lombok Barat di Nusa Tenggara Barat [NTB] mengeluhkan sudah seminggu ini harga gabah kering panen [GKP] menyentuh Rp4.000 per kg.

"Sudah seminggu ini harga gabah mencapai Rp4.000 dan cenderung turun ke Rp3.800 per kg. Bulog harus cepat bertindak untuk menyerap gabah," kata Lalu S.

Keluhan serupa dilontarkan oleh Hj Sarjiah Bolo dari Kabupaten Takalar di Sulawesi Selatan. Harga gabah saat ini menyentuh Rp3.800 per kg. 

"Saya sangat cemas kalau begini terus. Harapan saya, Bulog harus segera turun tangan agar harga gabah segera kembali normal. Paling tidak harganya Rp4.200 per kg," kata Hj Sarjiah Bolo.

Zainal Abidin, petani dari Kabupaten Nganjuk di Jawa Timur mengatakan harga gabah terus turun dalam 10 hari terakhir. 

"Sepuluh hari lalu harga gabah masih Rp4.300, tapi sekarang sudah anjlok ke Rp3.700 per kg. Kondisinya makin parah dengan turunnya hujan. 

"Bulog harus segera melakukan pembelian, agar kami tidak semakin merugi, apalagi kami tidak punya alat pengering," katanya.

Keluhan serupa dikemukakan Sugeng, petani dari Kecamatan Geneng di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

"Gabah kami banyak diambil pembeli dari luar kota dengan harga berkisar Rp3.900 sampai Rp4.100 per kg, karena Bulog tidak pernah terlihat. Mestinya disaat seperti ini, Bulog hadir melakukan pembelian."

Petani penggarap seluas satu hektar, Ibu Fendi dari Desa Palang Jiwa Tretek di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta menyatakan, "harga gabah saat ini hanya Rp3.700 sampai Rp3.800 per kg karena hasil panen kurang bagus, sehingga kami merugi. 

"Mestinya saat begini Bulog turun membeli gabah kami. Kalau tidak Bulog, kepada siapa lagi kami menjual?" katanya.

Menyikapi jeritan para petani, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan [KTNA] Winarno Tohir mengaku prihatin atas kondisi tersebut, dan mengharapkan Bulog menjalankan perannya, dan sudah saatnya mencari pasar baru, jangan hanya berharap pada pemerintah.

"Saya lihat serapan Bulog semakin menurun. Mestinya Bulog harus kreatif mencari pasar agar bisa melakukan penjualan, sehingga bisa menyerap gabah petani," kata Winarno.

Lalu Saleh, West Lombok farmers in West Nusa Tenggara province complained that this week the price of dried grain had dropped to IDR 4,000 per kg.