Potensi Kerugian Ekonomi, Kementan Perkuat Waspada Dini Cegah ASF Masuk RI

Indonesian Govt Recommends Mitigating the Risk of African Swine Fever

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Potensi Kerugian Ekonomi, Kementan Perkuat Waspada Dini Cegah ASF Masuk RI
SEMINAR INTERNASIONAL ASF: Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan [PKH Kementan] I Ketut Diarmita tampil sebagai keynote speech Seminar International African Swine Fever [ASF] di Bogor, Sabtu [19/10] Foto: Humas Ditjen PKH

Cianjur, Jabar [B2B] - Kementerian Pertanian RI di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan [Ditjen PKH] meningkatkan kewaspadaan dini dalam penanganan dan pencegahan penyebaran wabah penyakit ´Demam Babi Afrika´ yang dikenal sebagai African Swine Fever [ASF], karena sangat menular pada ternak babi dan babi hutan dan mengakibatkan kematian tinggi, yang berdampak pada kerugian ekonomi. Potensi kerugian pada peternakan babi diperkirakan mencapai Rp7,6 triliun mengacu pada 30% populasi terdampak.

"Indonesia termasuk wilayah terancam, mengingat populasi babi yang sangat tinggi di Provinsi Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Papua dan Papua Barat. Tindakan kewaspadaan dini terhadap ASF harus segera diwujudkan melalui tindakan teknis yang meliputi pengamatan dengan deteksi cepat, pelaporan cepat dan pengamanan cepat," kata Dirjen PKH Kementan, I Ketut Diarmita saat menjadi keynote speech Seminar International African Swine Fever [ASF] di Bogor, Jabar pada Sabtu [19/10].

Ketut menambahkan Kementan terus berupaya meningkatkan kewaspadaan dini dalam penanganan dan pencegahan penyebaran wabah penyakit ini. Langkah terpenting menurut Diarmita adalah pemerintah siap melakukan langkah cepat dan eksekusi bila penyakit ini terjadi. 

Menurutnya, upaya yang dilakukan selama ini sudah tepat, dalam mengamati perkembangan penyakit yang sangat cepat dan telah mendekati perbatasan wilayah Indonesia. Potensi ancaman masuknya penyakit ini ke Indonesia sangatlah besar. 

"Terkait dengan kondisi tersebut, tindakan kewaspadaan dini terhadap penyakit ini harus segera diwujudkan dalam bentuk tindakan teknis," kata Dirjen I Ketut Diarmita.

Pemerintah telah menyiapkan pedoman kesiapsiagaan darurat veteriner ASF [Kiatvetindo ASF] dengan empat tahapan penanggulangan: investigasi, siaga, pperasional dan pemulihan. 

Hal penting lain, kata Direktur Kesehatan Hewan Fajar Sumping CR katanya, adalah sosialisasi ASF di wilayah-wilayah risiko tinggi, dengan nenyediakan dan mendistribusikan bahan komunikasi, informasi dan edukasi untuk dipasang di bandara. Langkah tersebut diikuti pemantauan dan respon terhadap kasus kematian babi yang dilaporkan melalui iSikhnas, membuat penilaian risiko masuknya ASF ke Indonesia sehingga membantu meningkatkan kewaspadaan, dengan langkah cepat dapat dilakukan sedini mungkin.

Sementara Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Agus Sunanto menegaskan bahwa pihaknya telah melakukan upaya antisipatif, diantaranya memperketat serta meningkatkan kewaspadaan pengawasan karantina di berbagai tempat pemasukan negara, dengan merangkul dukungan dari instansi terkait khususnya di bandar udara, pelabuhan, pos lintas batas negara [PLBN] seperti Ditjen Bea dan Cukai, Ditjen Imigrasi, maskapai penerbangan, biro perjalanan wisata dan pemerintah daerah melalui dinas peternakan.

"Kementan beberapa kali berhasil menggagalkan masuknya komoditas yang berpotensi membawa virus, seperti daging babi, dendeng, sosis, usus dan olahan babi lainnya," kata Agus Sunanto.

Karantina Pertanian Soekarno Hatta hingga September 2019, petugas karantina menahan komoditas petensial sebanyak 225,28 kg, yang berasal dari barang bawaan penumpang.

Menurutnya, Kementan telah mengitung potensi kerugian kematian akibat ASF. Apabila dihitung 30% saja populasi terdampak, maka kerugian peternakan babi dapat mencapai Rp. 7,6 T.

"Indonesia juga akan kehilangan pasar ekspor dan potensinya, baik untuk babi maupun produknya. Saat ini Indonesia memiliki banyak peternakan babi, dan merupakan salah satu pemasok utama bagi pasar Singapura," katanya.

Bogor of West Java [B2B] - The Indonesian government seeks to anticipate the potential spread of the African Swine Fever disease outbreak to Indonesia, which is anticipated early by the Indonesian Directorate General of Livestock and Animal Health at the Agriculture Ministry since the notification of a similar outbreak in China, September 2018, according to the senior official of the agriculture ministry.