Stop Impor Jagung Target Kementan 2017, setelah 2016 Turun 66%

Indonesia is Determined to Stop Corn Import from This Year

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Stop Impor Jagung Target Kementan 2017, setelah 2016 Turun 66%
Lahan milik BUMN di Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara seluas 50.000 hektar dikembangkan Kementerian Pertanian menjadi sentra produksi jagung di Sulawesi (Foto: B2B/Mac)

Karawang, Jawa Barat (B2B) - Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman menargetkan stop impor jagung dari Amerika dan Argentina tahun ini, setelah pada 2016 menurunkan impor jagung hingga 66% setelah Indonesia selama puluhan tahun terbelenggu jagung impor dari Amerika Serikat dan Argentina untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

"Saya kerap sedih kalau mengingat kita harus membeli jagung dari Amerika dan Argentina padahal kita dapat memanfaatkan sejengkal tanah dan setetes air. Tahun lalu kita berhasil tekan impor hingga 66 persen, insya Allah tahun ini impor jagung kita setelah puluhan tahun lenyap di 2017," kata Mentan Amran Sulaiman di Kecamatan Jayakerta, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat, Selasa (18/4) pada kegiatan Apel Siaga Toko Tani Indonesia (TTI) menghadapi Ramadan dan Lebaran 2017.

Menurutnya, Kementerian Pertanian berupaya mencapai target luas tanam hingga dua juta hektar di seluruh Indonesia sehingga dapat memenuhi kebutuhan di dalam negeri tanpa harus tergantung lagi pada jagung impor, sementara impor jagung Januari - Mei 2016 hanya 880.837 ton dari periode yang sama pada 2015 hingga 1,6 juta ton atau turun hingga 47,5% sehingga Indonesia menargetkan stop impor jagung mulai tahun depan.

"Kita antisipasi keterbatasan lahan dengan menanam jagung bukan sekadar sebagai tanaman sela di sawah tapi integrasi dengan kelapa sawit atau karet," kata Mentan.

Di samping menghemat devisa, kebijakan menekan impor jagung berdampak pada harga yang dinikmati petani. Pengendalian impor jagung berdampak pada bergairahnya harga di petani yang naik dari Rp1.500 per kg menjadi Rp3.150 per kg atau setara dengan nilai Rp30,1 triliun.

"Secara keseluruhan dampak pengendalian impor dan mendorong ekspor telah menghasilkan surplus neraca perdagangan sektor pertanian Rp69,6 triliun dan berdampak pada bergairahnya perekonomian di pedesaan," kata Mentan Amran Sulaiman.

Kebutuhan Industri
Kementan berhasil menekan impor pada 2015 di bawah tiga juta ton, sementara realisasi impor pada 2014 mencapai 3,1 juta ton, dan realisasi hingga Oktober 2015 mencapai 2,5 juta ton dari rencana sebelumnya hingga 3,5 juta ton.

Mentan menambahkan pengendalian impor jagung tersebut bertujuan menjaga harga jagung di tingkat petani tetap tinggi, mengingat jagung bukan kebutuhan pokok sehingga produksi petani harus dilindungi.

Dia tidak menampik kecenderungan pada industri pakan ternak mengambil jalan pintas impor ketimbang menyerap produksi jagung petani, meskipun hal itu bertentangan dengan semangat pemerintah untuk mendukung produksi jagung nasional, dan impor jagung hanya untuk mencukupi kebutuhan.

"Kita impor jagung sesuai kebutuhan saja bukan karena keinginan semata," kata Amran Sulaiman.

Karawang, West Java (B2B) - Indonesian Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman targets stop imports of corn from the US and Argentina this year, after 2016 lowered maize imports by 66% after Indonesia tens of years shackled imported corn to meet domestic demand.

"I am often sad why Indonesia should import corn from America and Argentina whereas we can plant because our land is fertile and lots of water. Last year we were able to suppress imports up to 66 percent, insha Allah this year we stop importing corn after decades," said Minister in Jayakerta subdistrict on Tuesday (April 18).

According to him, the Indonesian the Agriculture Ministry is targeting two hectares of the corn to meet domestic needs without relying on mport, while imports in January to May 2015 to reach 1.6 million tons, and in the same period last year only 880,837 tonnes, down by 47.5%, it encourages Indonesia stop the import of maize starting from next year.

"We anticipate limited land with corn planting in oil palm and rubber plantations besides farmland," Minister Sulaiman said.

In addition to saving foreign exchange, the policy to stop imports of corn has an impact on farmers' profits. The control of corn imports had an impact on farm-gate prices of 1,500 rupiah per kg rising to 3,150 rupiah per kg or equivalent to 30.1 trillion rupiah.

"Overall impact of import control and boost exports has resulted in a trade surplus of agriculture trade 69.6 trillion rupiah, and impact on rural economy," he said.

Industrial Needs
The ministry ensures maize imports in 2015 under three million tons, while import realization in 2014 reached 3.1 million tons, and realized until October 2015 reached 2.5 million tons of the previous plan up to 3.5 million tons.

Minister Sulaiman said import control of maize aims to keep prices at the farm level remains high, because the corn is not a staple food so that farmers´ interests must be protected.

He did not dismiss the tendency in the animal feed industry took a shortcut through imports than to buy of farmers, even though it is against the government´s program to support the national corn production, and import of just to make ends meet.

"We import the corn as needed, not for the interest," Mr Sulaiman said.