Berantas OPT, Koordinator Upsus Pajale Bali Dorong Burung Hantu Masuk Regulasi Daerah

An Owl Breeding will be a Regulation of Local Government in Indonesia`s Bali

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Berantas OPT, Koordinator Upsus Pajale Bali Dorong Burung Hantu Masuk Regulasi Daerah
Koordinator Upsus Pajale Provinsi Bali, Djajadi Gunawan (batik merah, ke-5 kanan) bersama para peserta Bimtek OPT burung hantu di Tabanan, Bali (Foto: Humas BBPP Ketindan)

Tabanan, Bali (B2B) - Efektivitas burung hantu menjadi predator alami pemberantas tikus sawah, mendorong Kementerian Pertanian RI untuk membahas burung dari spesies tyto alba menjadi topik utama rapat koordinasi Upsus Pajale di Provinsi Bali dalam waktu dekat, predator alami ini akan diusulkan masuk dalam peraturan bupati di Tabanan, dan usulan tersebut disambut positif oleh pimpinan daerah dengan menerbitkan peraturan setingkat kepala dinas kabupaten untuk diimplementasikan di seluruh Tabanan.

Koordinator Upaya Khusus Padi, Jagung dan Kedelai (Upsus Pajale) Provinsi Bali, Djajadi Gunawan mengatakan keberhasilan petani Demak di Provinsi Jawa Tengah dimanfaatkan untuk replikasi pemberantasan organisme pengganggu tanaman (OPT) di Kabupaten Tabanan, sehingga dapat mendukung langkah sosialisasi kemudian akan direplikasi oleh kabupaten lain di Bali.

"Saya harapkan replikasi predator alami burung hantu di Demak bermanfaat pula bagi petani Tabanan dan Bali ke depan, untuk mendukung peningkatan produksi tanaman pangan," kata Djajadi Gunawan, yang juga menjabat Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan - Malang, Jawa Timur pada bimbingan teknis (Bimtek) bertajuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) di Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali pada Rabu (22/11).

Bimtek OPT di Tabanan yang digagas oleh BBPP Ketindan didukung oleh dinas pertanian Provinsi Bali dan Kabupaten Tabanan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali. Bimtek dihadiri perwakilan dari dinas pertanian di seluruh Bali, penyuluh pertanian lapangan, petani, dan hadir pula Sutedjo dan Pudjo inisiator burung hantu di Demak yang diundang khusus ke Tabanan sebagai narasumber.

Djajadi mengharapkan seluruh instansi pertanian, penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan TNI AD di tingkat komando daerah militer (Kodam), komando resort militer (Korem), komando distrik militer (Kodim) dan bintara pembina desa (Babinsa) di komando rayon militer (Koramil) mendukung pengembangbiakkan burung hantu dan pemanfaatannya sebagai predator alami.

"Pemantauan, evaluasi, dan supervisi secara priodik akan terus dilakukan oleh BBPP Ketindan dalam pengembangan burung hantu sebagai predator. Hal itu selaras dengan program dan kebijakan Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika mencanangkan 'Bali Organik' dan mendukung peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pertanian maupun sektor pariwisata di Bali, seperti halnya Desa Tlogoweru di Kabupaten Demak, yang kini berkembang menjadi desa wisata andalan di Provinsi Jawa Tengah.

Djajadi Gunawan mengapresiasi Sutedjo dan Pudjo sebagai inisiator burung hantu menjadi predator tikus sawah sehingga Desa Tlogoweru di Demak dikenal sebagai desa unik. Bahkan kantor berita asing Reuters membuat video berita bertajuk 'Desa di Indonesia Mempekerjakan Kembali Burung Hantu' dengan menyebut bahwa burung hantu tidak diburu tapi diperlakukan sebagai hewan peliharaan dengan memberi ruang untuk berkembang biak.

"Selama ini banyak yang studi banding dan belajar ke Tlogoweru mulai dari Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan, bahkan dari mancanegara seperti Malaysia, Hong Kong, Kanada dan lainnya," kata Djajadi mengutip Sutedjo.

Tabanan, Bali (B2B) - The effectiveness of owls becomes a natural predator of rat eradication, the Indonesian Ministry of Agriculture encourages to discuss species of tyto alba as main topic of coordination meeting on increasing the production of Bali's food crops in the near future, it will proposed in the regent's regulation in Tabanan, and the proposal was positively welcomed by local leaders by issuing district regulation to be implemented across the district.

The Coordinator for Increasing Production of Food Crops of Bali Province, Djajadi Gunawan aid the success of Demak farmers in Central Java province is used for replication of rat eradication in Tabanan district, so it will be replicated by other districts in Bali.

"I expect the natural predator replication of the owl in Demak is also beneficial for Tabanan and Bali farmers to support the increase of food crop production," said Mr Gunawan who also served as the Director of Ketindan's Agricultural Research Center, or BBPP Ketindan, on technical guidance ebtitled 'controlling plant pest organisms' here on Wednesday (November 22).

The activity in Tabanan was initiated by BBPP Ketindan supported by district and provincial government, Bali's Agricultural Technology Assessment, agricultural extension workers, farmers, and there were also Sutedjo and Pudjo inisiator owl in Demak were specially invited as guest speaker in Tabanan.

Mr. Gunawan expects support of relevant parties and the Army at level of regional military command (Kodam), subregional military command (Korem), district military command (Kodim), and the village counselor in subdistrict military command (Koramil)  support the breeding of owls and their utilization as natural predators.

"The monitoring, evaluation and supervision will be carried out priodically by BBPP Ketindan for the development of owls as predators. It is in line with program and policy of Bali Governor, I Made Mangku Pastika declared 'Bali Organic' and support the increase of local revenues from agricultural sector as well as tourism sector in Bali, such as Tlogoweru village in Demak district, which is now developed into a mainstay tourist village in Central Java province.

Mr Gunawan appreciated Sutedjo and Pudjo as the owl initiator to be a rat predator so that Tlogoweru village in Demak is known as the tourist village. Even the Reuters news agency made a video message titled 'village in Indonesia employs owl' by mentioning that the owls are not hunted but are treated as pets by giving space to breed.

"So far, many of the study visits to Tlogoweru such as from Sumatra, West Java, East Java, Borneo, even from abroad such as Malaysia, Hong Kong, Canada and others," he said quotes Sutedjo.