Diskusi Forwatan, Ali Jamil Elaborasi Strategi Barantan Dukung Ekspor Pertanian
Five Strategies of Indonesian Agricultural Quarantine Support Exports
Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Depok, Jabar [B2B] - Lima strategi Badan Karantina Pertanian - Kementerian Pertanian RI [Barantan] menjadi terobosan penting untuk mendukung peningkatan komoditas ekspor pertanian dielaborasi oleh Kepala Barantan Ali Jamil: perijinan terpadu [OSS], melibatkan generasi milenial melalui Agro Gemilang, koordinasi dengan eksportir [Inline Inspection], data sentra komoditas pangan [i-Mace] dan sertifikat elektronik [e-Cert].
Hal itu diuraikan oleh Ali Jamil pada diskusi bincang asyik pertanian [Bakpia] bersama Forum Wartawan Pertanian [Forwatan] di Depok, Jabar pada Jumat [9/8] yang dihadiri Karo Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri dan Direktur PT Cakrawala Skyland, Indah Sofiati, eksportir jeruk purut ke Eropa.
"Terobosan pertama Barantan adalah OSS merupakan program perijinan terpadu agar lebih cepat. Sebelumnya, ijin keluar tiga tahun lalu tiga bulan dan kini prosesnya hanya tiga jam. Kalau berkas, mungkin di bawah tiga jam," kata Ali Jamil.
Kedua, Barantan mendorong generasi milenial untuk menjadi eksportir melalui program Agro Gemilang. Kementan memberikan bimbingan teknis terkait sanitary phyto sanitary [SPS], persiapan di lapangan dan bimbingan dalam ground handling practices [GHP].
“Kita inginkan generasi milenbial ikut andil dalam kegiatan ekspor. Barantan konektivitas dengan daerah dan petani. Untuk good agricultuer practices atau GAP ada di kantor dinas dan GHP menjadi tugas pusat," katanya.
Ketiga, kebijakan inline inspection, dalam program ini Barantan melakukan kunjungan langsung ke eksportir, dari tingkat budidaya hingga handling sehingga mempermudah pelaku usaha menangani produk ekspor.
“Contohnya saat di Jeneponto ada markisa bagus sekali, bahkan mengalahkan markisa Medan, tapi ada hama lalat buah. Kita bantu penanganan dengan bimbingan balai penyuluhan pertanian di BPP dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian atau BPTP sementara Barantan membantu handling-nya,” kata Ali Jamil.
Keempat, i-Mace yang dapat digunakan sebagai bahan kebijakan gubernur dan bupati untuk membangun pertanian di daerahnya. Misalnya dengan membangun kawasan sentra produksi pertanian yang berpotensi ekspor.
Aplikasi e-Cert adalah terobosan kelima, untuk menjamin produk pertanian yang akan diekspor sehingga negara tujuan ekspor menerima sertifikasi secara online, kemudian langsung diperiksa dan diteliti. “Setelah semua oke, barang bisa jalan sehingga produk ekspor tidak akan ditolak di negara tujuan.”
Menurutnya, saat ini empat negara telah menerapkan e-Cert: Belanda, Selandia Baru, Australia dan Vietnam. Ke depan, Ali Jamil berharap akan bisa bekerjasama dengan negara lain, terutama Uni Eropa.
Direktur PT Cakrawala Skyland, Indah Sofiati mengatakan apabila sebelumnya mengalami kesulitan dalam perijinan, kini dengan bimbingan Barantan menjadi lebih mudah. “Kami bisa melancarkan ekspor jeruk purut padahal tidak mudah masuk Eropa, apalagi ke Perancis.
Dia juga mengaku tidak mudah mendapatkan pasokan jeruk purut, selain pasokan tidak kontinyu juga terpaksa berhadapan dengan tengkulak sehingga harganya lebih tinggi dari harga tingkat petani.
“Mungkin petani tidak mengambil untung banyak, karena harganya hanya sekitar Rp8 ribu hingga Rp10 ribu per kg, tapi di ditengkulak mencapai Rp25 ribu per kg,” katanya.
Depok of West Java [B2B] - Five strategies of the Indonesian Agricultural Quarantine Agency [Barantan] have become important breakthroughs to support the improvement of agricultural export commodities elaborated by Director General of Barantan, Ali Jamil: integrated licensing [OSS], involving millennial generation through Agro Gemilang program, coordination with exporters [Inline Inspection], food commodity data centers [i-Mace] and electronic certificates [e-Cert].