Ditjen PKH Kementan Rekomendasi Mitigasi Risiko `Demam Babi Afrika`

Indonesian Govt Recommends Mitigating the Risk of African Swine Fever

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Ditjen PKH Kementan Rekomendasi Mitigasi Risiko `Demam Babi Afrika`
RAPAT KOORDINASI: Direktur Kesehatan Hewan - Ditjen PKH Kementan, Fadjar Sumping Tjatur Rasa [kiri] [Foto: Humas Ditjen PKH]

Jakarta [B2B] - Mitigasi risiko yang efektif, komprehensif, dan terintegrasi antar sektor terkait merupakan kunci untuk mencegah masuk dan menyebarnya virus demam babi Afrika atau African swine fever [ASF] di Indonesia. Langkah-langkah yang dapat dilakukan, dengan membentuk tim surveilans untuk melakukan pengawasan dan respon penyakit secara partisipatif bersama masyarakat dengan edukasi, pendampingan dan penyeliaan peternak/rumah tangga peternak babi.

Direktur Kesehatan Hewan - Ditjen PKH, Fadjar Sumping Tjatur Rasa mengatakan pentingnya melaporkan dan memberikan rekomendasi kepada Bupati/Walikota untuk penerbitan Peraturan Bupati/ Walikota untuk pembatasan lalu lintas babi dan produk babi, penutupan wilayah serta mengupayakan dana tanggap darurat pada pemerintah kabupaten/kota.

"Kita juga harus melakukan tindakan mencegah masuknya ASF ke wilayah dan peternakan yang belum tertular dengan memperketat kebijakan impor, dan mengontrol setiap produk babi yang masuk ke Indonesia," kata Fadjar STR di Jakarta, Rabu [16/10].

Selain itu diperlukan program komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) untuk peningkatan pengetahuan yang baik di kalangan peternak dan masyarakat umum terutama di daerah dengan populasi babi yang banyak. 

Hal penting lain, menurut Fadjar, adalah pentingnya pemahaman tentang ASF dan penerapan biosekuriti yang ketat dan berkelanjutan oleh peternak babi dan peternakan komersial. Ini dilakukan dengan cara peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui bimbingan teknis terstruktur. 

"Pemerintah daerah juga harus mulai mengidentifikasi dan meregistrasi pedagang atau pengepul dan pemotong babi serta alat angkut yang digunakan. Hal ini diperlukan agar tidak ada kontaminasi oleh virus ASF dan mengurangi risiko penularan/penyebatan" jelasnya. 

Menghindari keresahan masyarakat terhadap bahaya ASF, Fadjar menegaskan bahwa penyakit ini tidak berbahaya bagi manusia atau bukan merupakan masalah kesehatan masyarakat (non-zoonosis). 

Kendati begitu, virus ini dapat bertahan lama dalam suhu dingin maupun panas dan relatif tahan terhadap disinfektan serta sampai saat ini belum ada vaksin yang efektif melawan virus ASF. 

"Setelah babi terinfeksi, cara paling efektif untuk mencegah penyebaran adalah dengan memusnahkan populasi babi yang tertular" pungkasnya. 

ASF  adalah penyakit virus menular yang menyerang babi. Penyakit ini menyebabkan kematian hingga 100% pada babi yang diternakkan [domestikasi], juga dapat menulari babi liar yang lebih tahan dan dapat menjadi reservoir virus. Penyakit ini diketahui mengakibatkan kerugian ekonomi yang tinggi pada sektor peternakan babi.

Jakarta [B2B] - The Indonesian government seeks to anticipate the potential spread of the African Swine Fever disease outbreak to Indonesia, which is anticipated early by the Indonesian Directorate General of Livestock and Animal Health at the Agriculture Ministry since the notification of a similar outbreak in China, September 2018, according to the senior official of the agriculture ministry.