Optimalisasi Sumber Air, Ditjen PSP Dukung Kebutuhan 3,1 Juta Ha Sawah

Indonesian Govt Optimizes Rainwater to Irrigate Rice Fields

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Optimalisasi Sumber Air, Ditjen PSP Dukung Kebutuhan 3,1 Juta Ha Sawah
AIR HUJAN: Dirjen PSP Kementan, Sarwo Edhy [kiri] dan tabel kinerja 2015 - 2019 [Foto & Tabel: Humas Ditjen PSP Kementan]

MENTERI Pertanian RI Andi Amran Sulaiman mendambakan "air hujan tidak langsung mengalir ke laut, tapi dapat dimanfaatkan untuk pertanian" setelah analisis dan tinjauan lapangan bahwa ketersediaan air menjadi faktor penentu pencapaian target produksi selain fungsi lahan pertanian.

"Pemerintah ingin menjadikan semua lahan tadah hujan bisa diairi. Solusinya adalah membangun embung, sumur dangkal, sumur dalam yang didukung embung-embung kecil di seluruh wilayah sawah tadah hujan," kata Mentan Amran Sulaiman kepada pers dalam berbagai kesempatan kunjungan kerja di seluruh RI.

Dengan begitu, kata Mentan, air hujan dapat di-recycle atau tidak hanya satu kali dimanfaatkan, tetapi berulang kali dengan mewujudkan pengembangan 30.000 unit embung di seluruh Indonesia dalam dua tahun terakhir.

Guna menjamin ketersediaan air, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian - Kementerian Pertanian RI [Ditjen PSP Kementan] mengamanatkan agar pada 2019 pelaksanaan kegiatan Ditjen PSP di daerah dapat dilaksanakan dengan serius dan cepat. Aspek alat dan mesin pertanian, irigasi, lahan, pembiayaan dan aspek pupuk yang sudah tertera dalam DIPA atau POK agar segera dilaksanakan.

Dirjen PSP Kementan, Sarwo Edhy mengatakan khusus untuk kegiatan air irigasi, pada 2019 akan difokuskan pada optimalisasi pemanfaatan sumber air untuk meningkatkan intensitas pertanaman (IP). Untuk itu, dia meminta bila ada daerah yang memiliki potensi sumber air agar mengajukan kegiatan irigasi.

"Bila lokasi sumber air cukup jauh dari lahan, bisa mengajukan kegiatan pipanisasi. Bahkan kalau perlu pompa air akan disiapkan," kata Sarwo Edhy.

Dirjen PSP meyakini dapat mengantisipasi potensi kekeringan yang melanda beberapa wilayah di Indonesia. Khususnya pada bulan Juli – September 2019. Tiga tahun belakangan ini Kementan telah melakukan berbagai upaya telah dilakukan dengan membuat program jangka panjang dan jangka pendek.

Jangka pendek dengan membuat sumur pantek dan pompanisasi air sungai di wilayah potensial, penyediaan benih unggul tahan kekeringan, pongaturan pola tanam, minimalisir risiko kekeringan, penyediaan asuransi usahatani dan menggenjot pertanaman di lahan rawa, lebak, pasang surut.

"Sedangkan jangka panjang melalui program perbaikan irigasi, bantuan alsintan, pembangunan embung, pengembangan tata air mikro di lahan rawa dan pasang-surut," kata Sarwo Edhy.

Lintas Kementerian
Kementan menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat [PUPR] terkait pembangunan bendungan, dam, jaringan irigasi primer dan sekunder, normalisasi sungai, serta pembangunan irigasi.

"Sementara untuk penyediaan air irigasi berkelanjutan, Kementan juga bekerja sama dengan Kementerian Desa dan PDT dalam pembangunan embung di seluruh Indonesia," kata Dirjen PSP Kementan, Sarwo Edhy kepada pers di Jakarta, belum lama ini.

Menurutnya, optimalisasi sumber air ini akan meningkatkan jumlah produksi lahan dua kali lipat. Artinya dapat mengantisipasi ancaman paceklik pada November, Desember hingga Januari 2020.

Ditjen PSP telah mengantisipasi ancaman musim kemarau melalui beberapa upaya antara lain menyebarluaskan informasi Prakiraan Iklim Musim Kemarau 2019 dan peningkatan kewaspadaan terhadap kekeringan kepada seluruh gubernur dan dinas provinsi terkait.

Langkah tersebut didukung budidaya pertanaman sesuai iklim dan kondisi setempat, dengan melakukan penanaman menggunakan varietas padi tahan/toleran kekeringan dan berumur, melakukan budidaya tanaman hemat air/SRI serta melakukan pemantauan langsung secara intensif. Langkah tersebut diantisipasi Ditjen PSP Kementan sejak 2016 dengan memberikan jaminan asuransi pertanian untuk petani melalui program  Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). [Sur]

INDONESIAN Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman expects "rainwater not directly into the sea, but can be used for agriculture" after analysis and field review that water availability is a determining factor for increasing agricultural production.

"The government wants to make all rainfed land irrigated. The solution is to develop reservoirs, shallow wells, deep wells supported by small ponds across the rainfed rice fields," Minister Sulaiman told the press on various work visit in the regions.

That way, he said, rainwater can be recycled or not only used once, but repeatedly by realizing the development of 30,000 small ponds across the country in the last two years.