`Petani Rindu Penyuluh`, Target Ideal Mentan SYL Inisiasi KostraTani

Indonesian Govt Socialization Revitalizing Agricultural Extensionist across the Country

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


`Petani Rindu Penyuluh`, Target Ideal Mentan SYL Inisiasi KostraTani
SOSIALISASI JABAR: Kepala BPPSDMP, Prof Dedi Nursyamsi [depan, jas hitam] bersama para koordinator BPP 12 kabupaten di Jabar dan pejabat Badan SDM Kementan [Foto: Humas BPPSDMP]

Bandung, Jabar [B2B] - Penyuluh pertanian seharusnya ´dirindukan dan dicintai petani´ karena terjalinnya proses komunikasi dan interaksi rutin melalui silaturahim yang berlangsung harmonis, hal itu akan mendukung kinerja petani meningkatkan hasil produksi dan produktivitas pertanian.

"Apabila petani tidak melihat penyuluh yang biasa menyambanginya tidak datang, petani merasa rindu. Dia bertanya, kemana penyuluh kita. Adakah dia sakit? Adakah dia punya kesibukan lain dan sebagainya," kata Kepala BPPSDMP Kementan, Prof Dedi Nursyamsi di Bandung, Jumat [29/11] pada sosialisasi KostraTani di Provinsi Jawa Barat.

Menurutnya, penyuluh pertanian ideal bagi Indonesia tersebut dikemukakan oleh Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo [SYL] terkait pengembangan gerakan Komando Strategis Pembangunan Pertanian [KostraTani]. Tujuannya, mengatasi kendala dan tantangan peningkatan kapasitas dan kompetensi penyuluh pertanian mendukung kinerja petani sebagai produsen utama sektor pertanian.

Menurutnya, kiat menjadi ´penyuluh yang dirindu dan dicintai petani´ tidak terjadi begitu saja, namun melalui proses panjang terkait komunikasi dan interaksi antara petani dan penyuluh pertanian.

"Saya yakin penyuluh dirindu karena kerap mendengar keluh kesah petani. Pasti penyuluh sering membantu mencari jalan keluar permasalahan petani," kata Dedi Nursyamsi kepada para koordinator balai penyuluhan pertanian [BPP] yang ditunjuk menjadi bagian dari pilot project KostraTani 2019.

Dia menambahkan penyuluh ideal juga membuat pimpinan merasa senang dan tenteram ketika bertemu penyuluh dimaksud. Mulai para Kabid penyuluhan di kabupaten/kota hingga provinsi pun merasa tenteram ketika ´penyuluh yang dirindukan´ berada di dekat mereka. "Apalagi sampai Kepala BPPSDMP pun senang berada di dekatnya, artinya penyuluh tadi sudah berhasil."

"Sebaliknya, kalau penyuluh agak jauh dari pimpinan. Kabid merasa galau. Kepala dinas merasa kehilangan. Itu penyuluh yang berhasil," kata Dedi Nursyamsi.

60 BPP di Jabar
Mentan SYL telah menetapkan lima ´program jangka pendek´ meliputi akurasi data lahan dan produksi pertanian dan pengembangan Agriculture War Room [AWR]; membangun KostraTani hingga tingkat kecamatan untuk revitalisasi badan penyuluhan pertanian [BPP]; menjamin ketersediaan pangan strategis tiga bulan ke depan; sinergitas penguatan manajemen pembangunan pertanian lintas kementerian, melibatkan perguruan tinggi dan didukung pemerintah daerah; pembiayaan pertanian melalui perbaikan konsep asuransi dan inisiasi bank pertanian.

Sebelum KostraTani melibatkan BPP di seluruh Indonesia, maka di penghujung 2019, Kementan menargetkan pengembangan 534 KostraTani terdiri atas 400 Kostratani di tingkat kecamatan, 100 Kostrada [kabupaten], dan 13 Kostrawil [provinsi] sebagai pilot project KostraTani. Sementara jumlah BPP yang menjadi target pilot project sebanyak 100 BPP di 13 provinsi sentra produksi pangan.

Kepada penyuluh Jabar, Dedi Nursyamsi mengingatkan bahwa 60 BPP pada 12 kabupaten di Provinsi Jawa Barat ditunjuk menjadi pilot project KostraTani bersama 360 BPP dari 12 provinsi. 12 provinsi lain adalah Sumatera Utara [40 kecamatan/BPP di 9 kabupaten]; Sumatera Selatan [30 BPP di 9 kabupaten]; Jambi [15 BPP di 5 kabupaten]; Lampung [25 BPP di 6 kabupaten]; Jawa Tengah [50 BPP di 12 kabupaten]; Jawa Timur [50 BPP di 12 kabupaten]; Kalimantan Timur [10 BPP di 4 kabupaten]; Kalimantan Selatan [20 BPP di 7 kabupaten]; Kalimantan Utara [10 BPP di 3 kabupaten]; Sulawesi Selatan [40 BPP di 8 kabupaten]; Sulawesi Tengah [25 BPP di 7  kabupaten]; Sulawesi Tenggara [25 BPP di 6 kabupaten].

Bandung of West Java [B2B] - The West Java provincial government stated that it supports the agricultural extension program revitalization program [KostraTani] to improve the welfare of farmers and achieve strategic food self-sufficiency, especially rice, according to senior provincial government officials in Bandung, the provincial capital.