Kementan Siapkan 29 Fungsional PLP Dukung `Teaching Factory` di SMKPP dan STPP

Indonesia Prepares Functional Personnel for Teaching Factory Agricultural Polytechnic

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Kementan Siapkan 29 Fungsional PLP Dukung `Teaching Factory` di SMKPP dan STPP
Kegiatan belajar dan mengajar di STPP Yogyakarta dan data PLP dari STPP dan SMKPP di bawah binaan BPPSDMP Kementan (Foto: B2B dan Tabel: Humas Badan SDM Kementan)

Lampung (B2B) - Kementerian Pertanian RI menyiapkan 29 orang personel berkompeten dan berintegritas untuk mengisi jabatan fungsional pranata laboratorium pendidikan (PLP) melaksanakan fungsi motoris, untuk mendukung pengembangan politeknik pembangunan pertanian (Polibangtan) pada sekolah menengah kejuruan pertanian pembangunan (SMKPP) dan sekolah tinggi penyuluh pertanian (STPP) yang akan menerapkan teaching factory/teaching farm (TEFA) pada sekolah binaan Badan SDM Pertanian.

Kepala Bidang Program dan Kerjasama Pendidikan pada Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan) BPPSDMP, Bambang Sudarmanto mengatakan penyiapan 29 fungsional PLP sebagai jawaban atas transformasi lembaga pendidikan vokasi SMKKPP dan STPP menjadi Polibangtan, yang mengintegrasikan proses pembelajaran dengan produksi dan menumbuhkan jiwa wirausaha pada pelajar dan mahasiswa melalui model pembelajaran utama, TEFA.

"Dari workshop ini diharapkan tersedia PLP yang memahami konsep dan teknis untuk jabatan fungsional PLP secara utuh, yang akan dilaksanakan di masing-masing instansi serta menjadi suatu prasyarat dalam kenaikan pangkat, dan mengantisipasi TEFA sebagai model pembelajaran pada tiap Polibangtan," kata Bambang Sudarmanto pada workshop ´tenaga kependidikan jabatan fungsional pranata laboratorium pendidikan (PLP) di Lampung, belum lama ini.

Dia mengingatkan kepada peserta workshop untuk mendapatkan pemahaman tentang profesionalisme PLP dan sistem karir, peraturan perundangan yang mendasari, pengelolaan laboratorium, dan pengembangan profesi.
Peserta workshop adalah tenaga pengajar STPP dari enam kota yakni Medan (Sumut), Bogor (Jabar), Magelang (Jateng), Malang (Jatim), Gowa (Sulsel), dan Manokwari (Papua) dan pengajar SMKPP di Sembawa (Sumsel), Banjarbaru (Kalsel) dan Kupang (NTT).

"Para PLP kelak diharapkan mampu merumuskan jenis kegiatan TEFA di masing-masing Polibangtan, memiliki kemampuan untuk melakukan pemberkasan, perhitungan angka kredit, pengajuan penilaian angka kredit, dan memperoleh status peningkatan jenjang fungsional.

TEFA Polinela
Di sela kegiatan workshop, Bambang Sudarmanto memimpin para peserta mengunjungi TEFA yang dikelola oleh Politeknik Negeri Lampung (Polinela) untuk melihat langsung kebun praktik mahasiswa yang berbasis industri dalam proses pembibitan kelapa sawit.

"Disini bukan saja praktik, tetapi juga bisa menghasilkan bibit kelapa sawit bersertifikat, tidak hanya itu, TEFA Polinela juga mengembangkan tanaman hidroponik seperti melon dan sayuran. Sementara hasil pertanian belum banyak karena masih dipasarkan secara internal, kalau beras dijual ke luar," kata Wakil Direktur III Bidang Kemahasiswaan Polinela, Bambang Utoyo.

Sebagaimana diketahui, prinsip dasar TEFA adalah mengintegrasikan pengalaman dunia kerja ke dalam kurikulum sekolah, yang merupakan perpaduan dari pembelajaran berbasis produksi dan pembelajaran kompetensi.

"Semua peralatan dan bahan serta pelaku pendidikan disusun dan dirancang untuk melakukan proses produksi dengan tujuan menghasilkan produk atau jasa," kata Bambang Sudarmanto.

Menurutnya, dalam pembelajaran berbasis produksi, pelajar dan mahasiswa terlibat langsung dalam proses produksi, sehingga kompetensinya dibangun berdasarkan kebutuhan produksi. Kapasitas produksi dan jenis produk menjadi kunci utama keberhasilan pelaksanaan pembelajaran.

Lampung (B2B) - Indonesian agriculture ministry prepares 29 competent and integrity personnel to fill the functional positions of institution educational laboratory, or PLP, to support the development of agricultural polytechnic education in vocational high schools of agricultural development, or SMKPP, and agricultural extension academy, or STPP by integrating learning process with production and entrepreneurship to students through teaching factory and teaching farm, or TEFA.

Head of Program and Education Cooperation at Center for Agricultural Education in the ministry, Bambang Sudarmanto said the preparation of 29 functional PLP anticipates the transformation of SMKKPP and STPP into a polytechnic, which integrates the learning process with production and fosters entrepreneurial spirit to students and students through the main learning model, TEFA.

"By the workshop is expected the PLP will understand concept and technical to carry out its duties and obligations, and understand TEFA as a model of learning in agricultural polytechnics," Mr Sudarmanto said here in the TEFA workshop, recently.

He reminded the workshop participants to gain an understanding of professionalism and career system, underlying regulatory rules, laboratory management, and professional development.

The participants of the workshop are STPP lecturers from six cities, namely Medan (North Sumatra), Bogor (West Java), Magelang (Central Java), Malang (East Java), Gowa (South Sulawesi), and Manokwari (Papua) and teachers of SMKPP in Sembawa (South Sumatera), Banjarbaru (South Borneo) and Kupang (East Nusa Tenggara).

"The PLP is expected to be able to formulate the TEFA activities in each polytechnic, able to do the filing, calculate the credit score, filing semester credit assessment, and functional level status, he said.

Study Tour
During the workshop, Bambang Sudarmanto led the participants to visit TEFA managed by Lampung State Polytechnic, or Polinela, to review the industry-based palm oil breeding gardens.

"This is not just a practice, but also produces certified palm seeds, not only that, but also developing hydroponic plants like melons and vegetables," said Deputy Director of Student Affairs of Polinela, Bambang Utoyo.

As is known, the basic principle of TEFA is the integration of work experience into the school curriculum as a combination of production-based learning and competence.

"Equipment and teachers are designed for the process of making products or services," Mr Sudarmanto said.

According to him, production-based learning encourages students to engage in the production process, building competencies based on production needs, by knowing the capacity and type of products.