Pusluhtan Kunjungi Al Ittifaq, Santri Tani Eksis sejak 1993 di Ciwidey

Indonesian Boarding School Developing Potential of Youth to become Farmer

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Pusluhtan Kunjungi Al Ittifaq, Santri Tani Eksis sejak 1993 di Ciwidey
LAHAN WORTEL: Manajer Bisnis Alif Mart, Dadang Ahmad [kiri] memaparkan keunggulan wortel produk Al Ittifaq kepada Kasubbid Septalina Pradini [tengah] dan Penyuluh Pertanian Kementan, Sumardi [Foto: B2B/Mac]

Bandung, Jabar [B2B] - Santri di Pondok Pesantren [Ponpes] Al Ittifaq ternyata tidak hanya belajar ilmu agama Islam dan mengaji Alquran. Sejak 1993, santri dididik dan dibina KH Fuad Affandi yang memadukan kegiatan keagamaan dengan sektor pertanian.  Filosofinya sederhana bahwa bertani adalah pekerjaan paling mudah tanpa persyaratan khusus, semua orang bisa bertani berbekal tekad dan kemauan, dan Allah SWT menjamin tempat terbaik di Akhirat untuk petani atas pengabdiannya di dunia memproduksi pangan untuk umat manusia.

Hasilnya? Alumni santri bahu-membahu bersama santri yang mondok di Ponpes Al Ittifaq memasok sebagian kebutuhan sayur-mayur dataran tinggi pada sejumlah pusat perbelanjaan modern di Bandung hingga Jakarta seperti SuperIndo dan AEON. Komoditas yang diproduksi antara lain buncis, kentang, daun bawang, tomat, cabe hijau, paprika, sawi putih, lobak, seledri, kacang merah, wortel dan jagung semi adalah sebagian kecil dari 126 produk sayuran dari Al Ittifaq.

Tercatat 4.000 petani yang merupakan alumni santri Al Ittifaq bernaung pada 270 kelompok tani [Poktan] di bawah koordinasi sembilan gabungan kelompok tani [Gapoktan] di Kecamatan Ciburial, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat memasok Alif Mart, sebagai koperasi pondok pesantren [Kopontren] sekaligus mengemban misi ´pusat inkubator agribisnis´ Al Ittifaq. 

"Al Ittifaq adalah bukti bahwa santri tani bukan isu baru, tapi eksis sejak 1993 di Ciburial. Kementan setelah menyadari potensi pesantren maka diluncurkan menjadi program nasional untuk membangkitkan potensi generasi muda, khususnya dari kalangan santri menjadi petani muda milenial," kata Sumardi, penyuluh pertanian utama Kementerian Pertanian RI saat berkunjung ke Ponpes Al Ittifaq, didampingi Kasubbid Informasi dan Materi Penyuluhan Pertanian [Pusluhtan BPPSDMP Kementan] Septalina Pradini, Rabu petang [19/6].

Kunjungan tim dari BPPSDMP Kementan di bawah koordinasi dan arahan Kepala Pusluhtan, Siti Munifah diterima oleh pimpinan Alif Mart yakni Direktur Setia Irawan dan Manajer Bisnis Dadang Ahmad. Hadir pula tim peninjau dari Japan International Cooperation Agency [JICA] dipimpin Tsutomu Nishimura selaku Project Team Leader JICA Partnership Program; tenaga ahli dari Balai Penelitian Koperasi [Balitkop] Pemprov Jabar dan tim dari Ditjen Hortikultura Kementan.

"Alhamdulillah ... kita bisa kumpul bareng. Mohon maaf apabila semua tamu dari instansi berbeda saya ajak duduk bersama, kebetulan saya baru pulang dari Belanda tadi pagi," kata Setia Irawan, salah satu sosok muda yang diberi amanah KH KH Fuad Affandi mendukung pengelolaan agribisnis Al Ittifaq.

Setia Irawan mengapresiasi langkah Kementan meluncurkan program Santri Milenial, karena memang potensinya besar untuk mendukung pembangunan pertanian nasional. KH Fuad Affandi, cucu dari KH Mansyur, pendiri Ponpes Al Ittifaq pada 1 Februari 1934, kemudian pada 1970 menyadari potensi santri dan pertanian adalah ´kekuatan luar biasa´ mendukung kebutuhan pangan yang tetap menjadi kebutuhan utama umat manusia hingga Hari Kiamat.

Saat ini, jumlah santri yang mondok mencapai 1.400 orang terdiri atas madrasah Ibtidaiyah [setara SD], Tsanawiyah [SMP], dan Aliyah [SMA] dan Salafiyah [pesantren konvensional] dan mereka tidak menyia-nyiakan lahan 14 hektar milik pesantren untuk menjadi ´laboratorium lapangan´ menjadi santri tani.

"Pertanian dipilih karena sesuai dengan potensi alam di sekitar pesantren, wilayah pegunungan berhawa sejuk di kawasan wisata Ciwidey. Bertolak dari pemikiran sederhana bahwa di muka bumi ini tak ada pekerjaan yang paling mudah selain bertani. Tidak membutuhkan syarat-syarat khusus dan siapa pun boleh melakukannya. Kenapa ini disia-siakan," kata Setia Irawan mengutip nasihat KH Fuad Affandi yang akrab disapa Mang Haji.

Bagi Al Ittifaq, pesantren memiliki kekuatan lintas batas teritorial. Bukan hanya desa, kecamatan bahkan antar negara. Dari kekuatan itulah menjadi belajar berbagi ilmu, kebutuhan, budaya, dan pengalaman. Setiap santri digali dan dimanfaatkan potensinya. Misalnya santri tunanetra tidak diajak mencangkul agar tidak kelilipan tetapi dilatih memijat. Santri tunarungu tidak diwajibkan membaca melainkan memukul bedug mesjid, sementara yang lumpuh menjadi kasir. "Kekurangan mereka sekaligus menjadi kelebihan." [Liene]

Bandung of West Java [B2B] - Students of Islamic Boarding School [pesantren] Al Ittifaq apparently did not only study Islamic religion and recite the Koran. Since 1993, students have been educated and fostered by KH Fuad Affandi, who combines religious activities with the agricultural sector.