Jagung Tongkol 4 Inovasi Widyaiswara BBPP Ketindan Diapresiasi Momon Rusmono

Indonesian Agricultural Training Center Developed the Four Corn Cobs

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Jagung Tongkol 4 Inovasi Widyaiswara BBPP Ketindan Diapresiasi Momon Rusmono
Arah jarum jam: Kunjungan Kepala BPPSDM Kementan Momon Rusmono ke lahan pemuliaan jagung BBPP Ketindan didampingi kepala balai Djajadi Gunawan (ke-2 kanan) dan berbincang dengan widyaiswara Saptini MR

Malang, Jatim (B2B) - Kunjungan Kepala Badan SDM Pertanian Kementerian Pertanian, Momon Rusmono ke lahan pemuliaan jagung di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan didampingi kepala balai Djajadi Gunawan 'berbuah manis' setelah bertemu widyaiswara Saptini Mukti Rahajeng, yang mengembangkan jagung dengan karakteristik fenotif bertongkol empat dan tinggi tanaman mencapai 2,6 meter.

Momon Rusmono mengapresiasi hasil penelitian benih jagung unggul dengan bioteknologi yang dikembangkan oleh Saptini, akrab disapa Ajeng, dan Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan akan mendukung secara maksimal agar dapat dikembangkan menjadi pakan ternak apabila tongkol yang dihasilkan lebih banyak dari satu pohon jagung.

"Perlu tambahan nutrisi tanaman agar kualitas jagung semakin baik," kata Momon Rusmono pada kunjungan kerja di Ketindan, yang didampingi Djajadi Gunawan dan pimpinan dari Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Malang dan Balai Besar Penelitian Peternakan (BBPP) Batu.

Ajeng menambahkan benih jagung yang diteliti dan dikembangkan merupakan generasi ketiga dan keempat, dan hasil kajian sementara, tongkol jagung yang dihasilkan lebih besar dan batang pun lebih banyak.

Menurutnya, ketimbang benih jagung yang dikembangkan tanpa bioteknologi, rata-rata panjang tongkol maksimal 20 cm sementara dengan bioteknologi dapat mencapai maksimal 25 meter.

"Pengembangan benih jagung dengan bioteknologi induksi mutan ini dapat mencapai ketinggian 2,7 meter, batang dan tongkol lebih banyak, bahka bisa mencapai delapan tongkol," kata Ajeng menjawab pertanyaan Momon Rusmono.

Dari hasil penelitian dan pengamatan lapangan di lahan pemuliaan jagung BBPP Ketindan, ternyata tinggi pohon induk jagung mutan yang dikembangkan tidak lebih dari 50 cm, namun dapat menghasilkan turunan dengan tinggi pohon 2,7 meter dengan bioteknologi.

"Namun untuk produktivitas rata-rata tujuh ton per hektar dengan jarak tanam antara 75 kali 15 cm, dan masa tanam kurang dari empat bulan," kata Ajeng.

Djajadi Gunawan menambahkan, BBPP Ketindan memberi kesempatan seluas-luasnya dan dukungan maksimal kepada Ajeng agar dapat menuntaskan penelitiannya, dan hasilnya dapat bermanfaat bagi peningkatan produksi jagung seperti ditargetkan oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk mewujudkan NawaCita dari Presiden Joko Widodo agar Indonesia tidak lagi tergantung jagung impor.

Djajadi menambahkan, BBPP Ketindan juga mengadakan sarasehan selama tiga hari, 24 - 26 Oktober lalu, tujuannya meningkatkan kompetensi dalam produksi benih unggul (pemuliaan tanaman) jagung, berbagi teknik pemuliaan tanaman jagung, identifikasi masalah dan kendala. Sarasehan diikuti oleh widyaiswara, dosen, peneliti, praktisi dan penangkar benih jagung.

"Juga membahas peluang di bidang perbenihan dan pemuliaan tanaman jagung, serta merumuskan rencana tindakan untuk menanganinya dan inisiasi kerja sama pengembangan benih unggul spesifik lokasi dan peningkatan kapasitas SDM Pertanian bidang pemuliaan tanaman antara Badan Litbang Pertanian dengan BPPSDMP," kata Djajadi.

Malang, East Java (B2B) - The visit of Director General of the Agricultural Extension and Development Agency, or BPPSDMP, Momon Rusmono in corn breeding field of Ketindan Agriculture Training Center accompanied by director of Ketindan Djajadi Gunawan became very important after met with Saptini Mukti Rahajeng, a teacher who developed corn with phenotive characteristics of four consecutive and plant height reached 2.6 meters.

Mr Rusmono appreciated the research result of superior corn seed with biotechnology by Rahajeng, familiarly called Ajeng, and BPPSDMP will fully support the needs of feedstock raw materials if the maize productivity is high.

"We need additional plant nutrition to improve corn quality," said Mr. Rusmono during a working visit in East Java, accompanied by Djajadi Gunawan and officials of Malang's Agriculture Extention Training Center, or STPP Malang, and Batu's Livestock Training Center, or BBPP Batu.

Ajeng said the corn seeds being studied and developed are third and fourth generation, and the results of interim study, the larger corncob produced and more stems.

According to her, instead of corn seeds developed without biotechnology, the average length of cob is  maximum 20 cm while with biotechnology can reach maximum 25 meters.

"The development of corn seed with biotechnology of mutant induction can reach a height of 2.7 meters, more stems and cobs, and even up to eight cobs," said Ajeng answer questions of Mr Rusmono.

From the results of research and field observation on corn breeding field in the BBPP Ketindan, it turns out that tree height is not more than 50 cm, but it can produce derivatives with 2.7 meters tall trees with biotechnology.

"But for the average productivity of seven tons per hectare, the planting distance of 75 and 15 cm, and the planting period is less than four months," she said.

Gunawan added, BBPP Ketindan gave wide opportunity and maximum support to Ajeng in order to finish her research, and research results beneficial to increase of corn production as targeted by Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman to realize NawaCita program of President Joko Widodo so that Indonesia is no longer dependent on imported corn.

Mr Gunawan said the BBPP Ketindan also held a meeting for three days, 24 to 26 October, the goal is to increase competence in production of superior seed (breeding), sharing techniques of corn plant breeding, problem identification and constraints. The workshop was attended by lecturers, researchers, practitioners and corn seed breeders.

"Also discussed the opportunities for seed breeding, and formulated action plans and initiatives for the development of specific site-specific seeds, and improving human resource capacity of agriculture in breeding fields with research and development agency in the ministry," Mr Gunawan said.