Jakarta (B2B) - Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) di Indonesia merupakan bentuk dari praktik 'dusta berjamaah' karena banyak praktik kecurangan yang dilakukan secara bersamaan dan terang-terangan, mulai dari kepala dinas pendidikan, guru hingga siswa sekolah.
Pengamat pendidikan Henry Alexis Rudolf Tilaar mengatakan pemerintah melalui Ujian Nasional mendorong berdusta berjamaah dengan menerapkan kebiasaan buruk seperti mencontek, mencuri dan berbohong semata-mata untuk mendapat nilai tinggi dari Ujian Nasional.
"Indonesia seharusnya meniru Finlandia yang tidak menerapkan ujian nasional sehingga tidak membuat siswa menjadi barang produksi," kata Rudolf Tilaar, suami Marta Tilaar, yang juga Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia di kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, Rabu (15/5).
Negara maju seperti Finlandia, ungkap Rudolf Tilaar, menekankan kepada guru dan bukan pada kurikulum untuk mendidik siswa menjadi manusia yang berwawasan luas dan berpikiran maju dan bukan sekadar mengejar nilai lulus tertinggi.
"Finlandia tidak menerapkan sistem kompetisi tapi mengutamakan siswa untuk survival menghadapi tantangan masa depan," tambah Rudolf Tilaar.
Jakarta (B2B) - Implementation of National Examination (UN) in Indonesia is a form of practice 'lie congregation' because many fraudulent practices are carried out simultaneously and openly, from the head of the education department, teachers to students.
Education observer Alexis Henry Rudolf Tilaar said the government through the National Exam push 'lie congregation' by adopting bad habits such as cheating, stealing and lying solely to get high marks from the National Exam.
"Indonesia should emulate Finland, do not apply the national exam so as not to make students into goods production," said Rudolf Tilaar, Marta Tilaar husband, who is also Member of the Academy of Sciences at the University of Indonesia Indonesia (UI) in Depok, on Wednesday (15/5).
Developed countries such as Finland, said Rudolf Tilaar, stressing to teachers and not on the curriculum to educate students to be human insightful and forward-thinking and not simply pursuing the highest passing grade.
"Finland does not implement a system of competition, but prioritizes students to survive the challenges of the future," added Rudolf Tilaar.