Hama Belalang, Kepala BPPSDMP Ajak Petani Milenial Sumba Manfaatkan Peluang
Millennial Farmers Development are the Target of Indonesia`s Grant Program

Editor : Kemal A Praghotsa
Translator : Dhelia Gani
Sabtu, 28 Mei 2022
FOOD ESTATE: Kepala BPPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi [kanan] mengamati serangga belalang kembara alias locusta migratoria yang menyerang sekitar 30 hektar lahan pertanian di kawasan Food Estate Sumba Tengah.

Sumba, NTT [B2B] - Kementerian Pertanian RI tengah menyusun program perluasan kawasan Food Estate Sumba Tengah di Provinsi Nusa Tenggara Timur [NTT] yang dijadwalkan berlangsung hingga 2024.

Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo menegaskan bahwa Food Estate adalah implementasi arahan Presiden RI Joko Widodo sebagai lumbung pangan baru di luar Jawa, untuk mendukung ketersediaan pangan bagi 273 juta rakyat Indonesia.

Kawasan Food Estate Sumba Tengah diresmikan  Presiden Jokowi pada Februari 2021 didukung luas lahan 11 ribu hektar, terdiri atas lahan yang telah ditanami padi seluas 5.400 hektar sementara 5.600 hektar ditanami jagung dan palawija.

"Dengan segala upaya, kita bersama yakinkan bahwa Sumba Tengah dan NTT tidak main-main mengubah kehidupan dan peradaban. Saya datang menangkap keseriusan. Sumba Tengah jangan mau kalah dengan daerah lain, apalagi dengan sesama daerah di NTT," kata Mentan Syahrul.

Saat mendampingi kunjungan kerja Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi pada Kamis [26/5] di Kepulauan Sumba, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemerintah [Pemkab] Sumba Tengah, Umbu Kalikut Pari melaporkan bahwa hasil panen dari kawasan food estate sangat menggembirakan.

Umbu KP menambahkan bahwa kehadiran Food Estate berdampak positif terhadap pembangunan sektor pertanian, karena meningkatkan produktivitas dan menambah frekuensi panen tanaman pangan menjadi dua kali dalam setahun.

"Petani di Sumba Tengah sudah memanen jagung dan sedang mempersiapkan lahan untuk menanam padi dan palawija," kata Umbu.

Dia mengapresiasi kinerja petani dan penyuluh serta kehadiran mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian [Polbangtan] Gowa yang mendampingi petani dalam pengembangan kawasan Food Estate Sumba Tengah.

Hama Serangga
Dalam kesempatan tersebut, Kadistan Umbu KP melaporkan tentang tantangan yang dihadapi petani saat ini adalah hadirnya belalang kembara [locusta migratoria] yang menyerang sekitar 30 hektar lahan pertanian di Sumba Tengah.

Belalang tersebut dikenal sebagai jenis yang persebarannya paling luas di dunia. Panjang tubuh  antara 3,5 hingga 5,5 cm. Sayapnya berwarna kusam. Warna tubuh secara keseluruhan bervariasi. Ada hijau, cokelat, hijau kekuning-kuningan dan atau abu-abu.

Serangga pemakan rumput ini berada banyak tempat, mulai dari sungai, stepa, lingkungan danau, hingga gurun. Apabila menyerang suatu wilayah, maka tanaman di wilayah tersebut akan terancam.

Belalang bisa membahayakan sawah padi, kapas, gandum, gandum hitam, jelai, oat, sorgum, hop, kedelai, kentang, tembakau, kubis, timun, semangka, melon, bunga matahari, hingga buah-buahan.

Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi mengaku sangat prihatin atas kondisi tersebut, dengan meninjau langsung salah satu lahan persawahan di Desa Wailawa, Kecamatan Katikutana Selatan.

"Hewan ini bisa dimakan manusia. Belalang biasa dimakan di Gunung Kidul, Yogyakarta. Selain itu, hama ini tinggi proteinnya, sehingga sangat cocok untuk pakan ternak seperti bebek, itik, ayam," katanya.

Dia pun mengurai kajian nutrisinya, dalam 100 gram belalang kering mengandung protein kasar 2%; lemak kasar 0,8%; karbohidrat 0,74%; serat kasar 1,7% sehingga dapat disimpulkan belalang kembara, nutrisinya tinggi".

Dedi Nursyamsi mengingatkan, saat terjadi serangan  belalang seperti saat ini maka mustahil untuk memakan belalang itu semuanya, karena populasinya datang terlalu banyak maka perlu antisipasi lebih awal.

Strategi Pengendalian
Kementan, menurutnya, telah memiliki Gugus Tugas Pengendalian Belalang atas  bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor [IPB], Universitas Gadjah Mada [UGM] dan Universitas Udayana Denpasar [Undana] serta beberapa perguruan tinggi mitra lainnya.

"Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk mengatasi hama belalang ini, antara lain melakukan biocontrol dengan menyemprotkan penyakit (patogen insect) pada serangga di lahan yang terserang hama," kata Dedi Nursyamsi.

Dia kembali mengingatkan untuk mengenali karekteristik lahan diikuti langkah monitoring dan evaluasi [Monev] secara ketat, sehingga daerah yang belum terdampak akan aman. Langkah konkrit yang mudah dilakukan adalah mengolah belalang sebagai sumber protein yang dapat dikonsumsi masyarakat selain untuk pakan ternak.

Selaku Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi menyatakan akan mengerahkan penyuluh pertanian, petani dan Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan [POPT] dan mahasiswa Polbangtan untuk bersama-sama masyarakat mengatasi masalah ini.

Dia pun mengajak seluruh insan pertanian di Kepulauan Sumba untuk  mengambil peluang dari wabah ini dengan menjadikan belalang sebagai peluang usaha.

"Ini peluang usaha. Petani dapat memanfaatkan untuk menjadi ladang penghasilan. Libatkan petani milenial untuk memanfaatkan peluang ini," ajak Dedi di hadapan Kadistan Umbu KP. [YESS]


Sumba of East Nusa Tenggara [B2B] - The role of agricultural vocational education in Indonesia such as the Youth Enterpreneurship And Employment Support Services Program or the YESS, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts to produce millennial entrepreneur.

Indonesian Agriculture Minister Syahrul Indonesia Yasin Limpo stated that the government´s commitment to developing agriculture, especially in the development of advanced, independent and modern agricultural human resources.

“The goal is to increase the income of farming families and ensure national food security. Farmer regeneration is a commitment that we must immediately realize," Minister Limpo said.

He reminded about the important role of vocational education, to produce millennial farmers who have an entrepreneurial spirit.

"Through vocational education, we connect campuses with industry so that Polbangtan graduates meet their needs and are ready for new things," Limpo said.

TERKAIT - RELATED