Jakarta [B2B] - Usianya tak lagi muda. 60 tahun dinilainya cuma angka statistik. Pelatihan tentang Pertanian Cerdas Iklim/Climate Smart Agriculture [CSA] pada 2019 bukan sekadar, namun langsung praktik di lahan miliknya seluas satu hektar. Dia pun membuat pupuk organik dan pestisida nabati dari kotoran ternak dan sampah rumah tangga.
Dialah Netty P Doloksaribu. Wanita tani ulet dan tangguh asal Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Netty pun didaulat memimpin Kelompok Tani [Poktan] Mbuah Page di Desa Petapahan, Kecamatan Lubuk Pakam, Deli Serdang padahal mayoritas anggota Poktan adalah kaum pria.
Inovasi CSA yang diusung Kementerian Pertanian RI bersama Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] mengubah mindset dan perilaku Netty P Doloksaribu terhadap perubahan iklim.
Netty P Doloksaribu bersama anggota Poktan yang semula awam, kini paham dan piawai melakukan adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim global, yang memicu kekeringan pada air tanah maupun irigasi akibat kemarau panjang.
Tak pelak, Netty bersama Poktan Mbuah Page menjadi success story dan lesson learned dari Program SIMURP di Indonesia, yang berlangsung sejak 2019 hingga 2023 pada 24 kabupaten di 10 provinsi, termasuk Deli Serdang sehingga berhak atas SIMURP Award 2023.
Kinerja petani CSA Deli Serdang sejalan arahan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman bahwa Kementan telah menetapkan arah kebijakan pembangunan dengan mengoptimalkan sumber daya alam [SDA] maupun SDM serta memanfaatkan teknologi mutakhir, mekanisasi dan korporasi hulu ke hilir.
"Fokusnya memperkuat produksi komoditas strategis seperti pada dan jagung sesuai instruksi Presiden RI Joko Widodo. Tekan impor. Capai swasembada pangan. Kita pernah meraihnya maka harus kembali dicapai," katanya.
Upaya tersebut, kata Mentan Amran, salah satunya, dengan mematok target produksi beras pada 2024 mencapai 35 juta ton, ketimbang produksi 2023 sebanyak 31 juta ton.
Hal tersebut didukung oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi bahwa keberhasilan kebijakan Kementan memerlukan sinergi antara seluruh insan pertanian.
"Untuk itu diperlukan langkah awal dalam upaya peningkatan wawasan dan pemahaan serta penyamaan persepsi dalam upaya mencapai swasembada padi dan jagung,” katanya.
Program SIMURP
Netty P Doloksaribu merupakan kisah sukses petani CSA, yang mengaku awam pada pertanian modern, namun karena Bimbingan Teknis [Bimtek] yang diadakan SIMURP, membuat dirinya faham seluk-beluk pertanian CSA SIMURP.
"Ilmu yang saya dapat seperti pengetahuan tentang struktur biologis tanah yang dapat diukur dengan Perangkat Uji Tanah Sawah atau PUTS. Juga belajar atasi kelangkaan pupuk bersubsidi dengan pupuk organik dari kotoran hewan ternak yang difermentasi," katanya.
Netty P Doloksaribu juga belajar membuat pupuk organik padat dan cair, plant growth promoting rhizobakteria [PGPR] dan pestisida nabati. Diikuti replikasi melalui sosialisasi dan praktik pada seluruh anggota Poktan Mbuah Page dengan bahan-bahan organik sehingga bisa menekan biaya produksi.
Hasilnya? "Panen meningkat hingga 1,5 ton gabah kering panen per hektar, yang melampui hasil produksi dengan metode konvensional," katanya.
Bersama suami, Netty juga membuat peralatan teknologi sederhana seperti handspayer, pencacah bahan pupuk padat, pembersih rumput padi dan lainnya yang sangat bermanfaat dan memudahkan dalam budidaya padi.
Direktur National Project Implementation Unit [NPIU] SIMURP Bustanul Arifin Caya mengatakan Program SIMURP fokus pada upaya antisipasi dampak perubahan iklim global pada sektor pertanian.
Kegiatan CSA bertujuan meningkatkan produksi dan produktivitas, mengajarkan budidaya pertanian tahan perubahan iklim, antisipasi risiko gagal panen, mengurangi emisi Gas Rumah Kaca [GRK] dan meningkatkan pendapatan petani di khususnya di Daerah Irigasi [DI] Program SIMURP.
Project Manager SIMURP Sri Mulyani menjelaskan Program CSA SIMURP merupakan modernisasi irigasi strategis dan program rehabilitasi mendesak.
"Pengelolaannya pada lintas empat kementerian dan lembaga yaitu Bappenas, Kementan, Kementerian PUPR, dan Kemendagri," katanya.
SIMURP juga bertujuan mengurangi, bahkan meniadakan emisi Gas Rumah Kaca atau penyebab pemanasan global. Pelaksanaannya, keterlibatan wanita pada Program SIMURP juga berupaya meningkatkan kapasitas Kelompok Wanita Tani [KWT]. [timsimurpkementan]
Jakarta [B2B] - The objective of the Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] with Indonesia Agriculture Ministry is to increase production and productivity, increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reduce the effect of greenhouse gases, and increase the income of farmers in irrigated areas and swamp areas.
The target is to increase cropping intensity through irrigation rehabilitation, revitalization and modernization activities, the realization of a sustainable irrigation system through the revitalization of irrigation management, increasing institutional strengthening, as well as increasing the capacity and competence of human resources in irrigation management and increasing production and productivity.
Increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reducing the greenhouse gas effect and increasing farmers´ income in irrigated areas and swamp areas.
SIMURP locations in 13 irrigation areas and two swamp areas namely Banyuasin and Katingan Regencies and 24 districts in 10 provinces.
The main objective is to increase motivation for agricultural extension workers, agricultural extension centers, farmer groups, women farmer groups and farmer economic groups in agribusiness-oriented farming.