MAF VI BPPSDMP
Milenial Tuntut `Role Model` dan Jaminan Laba

Minggu, 19 Juli 2020

 

M. ACHSAN ATJO
Wartawan


RAYNDRA Syahdan Mahmudin menjadi figur sentral pada diskusi online bertajuk Milennial Agriculture Forum ke-VI [MAF] pada Jumat [7/7]. Sederet pembicara hadir pada kegiatan MAF yang dibuka oleh Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi didampingi Kepala Pusat Pendidikan Pertanian [Pusdiktan] Idha Widi Arsanti selaku moderator MAF.

Rayndra Syahdan Mahmudin, layak dikedepankan pada focus group discussion [FGD] yang digelar Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] setiap pekan dengan trade mark MAF.

Alumni PWMP 2016 dari Polbangtan YoMa, berhasil mengembangkan modal PWMP sebesar Rp45 juta menjadi Rp2 miliar sebagai aset dari kegiatan wirausaha di bidang pangan.

Tayangan online membuktikan video bermakna lebih semiliar kata - meruntuhkan mantra lawas tentang foto ´lebih sejuta kata´ - kehadiran Rayndra pun ´bungkam ribuan dogma dan wejangan di balik makalah´ tentang bagaimana kaum milenial mengembangkan potensi sebagai harapan bangsa dan negara.

Angka Rp45 juta menjadi Rp2 miliar adalah ´jampi-jampi´ mujarab. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebutnya kepastian. Berikan kaum milenial jaminan laba berlipat ganda untuk back to agriculture. "Kalau tidak, mereka lebih memilih menjadi YouTuber."

Kaum milenial tidak butuh ´teladan apalagi pahlawan´, mereka hanya butuh role model yang bisa dilihat tiap saat kisah suksesnya melalui media sosial. Mereka juga tidak suka bicara, "cukup generasi baby boomer yang menganggap bicara adalah bekerja'. Mereka pun ogah menjadi Sisifos, pembangkang dalam mitologi Yunani. Dihukum Zeus mengangkat batu besar ke atas bukit, setelah di puncak, batu menggelinding lagi ke bawah.

Terbukti, seorang peserta MAF VI menyatakan tertarik dan berharap ada yang membimbing agar dapat menekuni wirausaha di bidang pertanian. Dia kepincut pada keuletan Rayndra meruntuhkan tembok tengkulak, pengepul dan pedagang yang bikin ribet rantai pasok.

Mentan Syahrul mengaku akan mengajak jutaan milenial ke sektor pertanian. “Saya makin percaya anak muda yang mau terjun dibidang pertanian bisa punya peluang kehidupan dan ekonomi yang lebih baik."

Kegiatan FGD yang digelar Kementerian Pertanian RI, khususnya oleh BPPSDMP kali ini membuka cakrawala baru bagi pengembangan petani milenial, khususnya tiga faktor pengungkit produktifitas pertanian, seperti disebut Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi yakni inovasi teknologi, sarana dan prasarana serta SDM pertanian.

“Saat ini inovasi pertanian luar biasa, dengan inovasi produktivitas bisa ditingkatkan. Ketiga faktor pengungkit akan menyelamatkan masa depan pertanian Indonesia," kata Dedi Nursyamsi.

Dia pun mengurai fakta tentang kondisi petani Indonesia, hanya 29% berusia kurang dari 40 tahun, disebutnya petani milenial, tapi sebagian besar di atas 40 tahun, digolongkan sebagai petani kolotnial.

"Jadi diperkirakan 10 tahun mendatang, kita akan mengalami krisis, dan ini masalah bagi kita, maka harus kita tangkal sejak dini dengan melibatkan kalangan milenial," kata Dedi.

Kapusdik Idha WA menggarisbawahi hal itu, bahwa sebagai negara agraris, Indonesia akan menghadapi Bonus Demografi, yang bermata dua. Anugerah sekaligus petaka, salah satu solusinya adalah mendorong generasi muda berkecimpung di pertanian. "Ketahanan pangan harus kita dorong bersama apalagi di masa pandemi ini, generasi muda inilah yang sangat adaptif terhadap teknologi."

Praktisi pertanian Wayan Supadmo, dikenal sebagai Pak Tani memberikan kiat sukses bertani adalah inovatif. Problematika saat ini, banyak petani alih profesi. Anak muda enggan bertani dan hasil riset belum membumi.

"Adik-adik generasi milenial harus terus inovatif. Kalau ingin sukses harus jalan, inovasi. Tanpa inovasi pasti mati,” kata Wayan.

Caranya? Pertama, harus gemar hidup kreatif, Kedua, jemput bola hasil inovasi. Ketiga, konsisten inovatif dan melakukan kaji ulang sebagai bekal menyempurnakan langkah berikutnya.

Pembimbing PWMP Iwan Prihantoro memaparkan hasil risetnya tentang wirausahawan milenial. Bukti suksesnya, ya Rayndra SM.

Strategi awal adalah mengubah stigma pertanian, bukan hanya budidaya tanaman padi di sawah, juga meliputi pengembangan sektor agribisnis dari subsistem hulu ke hilir yang membuka peluang kerja dan peluang usaha.

"Strategi berikutnya adalah menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan di bidang pertanian agar para lulusan perguruan tinggi dari fakultas pertanian lebih menjadi pencipta lapangan kerja," kata Iwan P.

Muhammad Khudori dari PT Horti Agro Makro mengaku inilah saatnya mengajak kaum milenial untuk ´move on´, karena bisnis pertanian semakin dilirik oleh milenial. Paparan ´serupa tapi tak sama´ juga dielaborasi Urip Pambudi Sujarnoko dari PT Agro Apis Palacio tentang usahanya yang kini beromset miliaran rupiah.


Keterangan Foto: Rayndra Syahdan Mahmudin [kanan] melayani pelanggannya di kebun hidroponik [Foto: Antara]

 


TERKAIT - RELATED