BERTENGGER di atas kendaraan bermotor kebanggaan mereka, para wanita yang mengenakan pakaian tradisional Maroko, termasuk abaya dan jilbab, menatap kamera dengan tatapan nyalang.
Mereka tampil impresif mengenakan kacamata hitam cerah, wanita-wanita ini dibingkai dalam warna-warna yang kaya dan bersemangat warisan Afrika mereka.
Foto-foto yang tampil sebagai bagian dari pameran bertajuk 'Kesh Angels' menampilkan budaya jalanan di Maroko khususnya tentang minat wanita muda di Marrakesh terhadap otomotif, seperti dilansir Mail Online.
Meskipun bukan bagian dari geng motor yang kerap berbuat kriminal, wanita-wanita biker ini menampilkan citra perlawanan terhadap kemapanan.
Biasanya ditemukan lukisan-lukisan tentang kekayaan Maroko di alun-alun utama Marrakesh, menampilkan citra wanita yang merupakan campuran dari budaya tradisional dan feminisme modern, berbicara dalam banyak bahasa dan bekerja penuh waktu sebagai ibu rumah tangga.
Dibuat oleh seniman kelahiran Maroko, Hassan Hajjaj yang berbasis di Inggris saat ini mengadakan pameran di Taymour Grahne Gallery di New York.
Berbicara kepada majalah Vice, kata Hassan, meskipun tersirat tentang geng motor wanita, kegairahan terhadap kendaraan bermotor roda dua begitu nyata, adalah fakta, sekaligus menjadi inspirasi seni.
'Marrakech benar-benar sebuah kota sepeda motor, semua orang mengendarainya. Wanita, anak-anak, orang tua, keluarga, semua orang. Sebagai transportasi, yang digunakan untuk bekerja. Beberapa sepeda motor dalam foto adalah motor pinjaman, tetapi sebagian besar adalah sepeda motor mereka sendiri. Faktanya, tidak ada geng motor di sana," katanya.
'Maroko memiliki rasa yang kuat tradisi dan kami adalah bangsa yang sangat beragam. Tapi saya merancang pakaian tersebut: ini djabellas tradisional Maroko dan abaya dan Babouche dengan cetakan tradisional dan beberapa bahan kain diperoleh dari pasar di London dan Marrakesh.
"Saya juga membangun frame untuk foto menggunakan produk atau benda-benda yang saya temukan di pasar: kaleng Fanta, kaleng kecil, atau kotak kaldu ayam. Ini datang dari ketika saya tumbuh dewasa di Maroko karena banyak hal-hal yang didaur ulang untuk digunakan kembali, dan hal ini entah bagaimana datang ke kantor saya. '
Serta kebisingan kota, Hassan dimotivasi oleh aksi para wanita di atas sepeda motor.
"Saya terkesan dengan kekuatan mereka dan benar-benar bertujuan untuk menunjukkan kemerdekaan mereka sebagai wanita."
'Satu hal yang saya tahu merupakan inspirasi untuk seri foto ini, adalah Karima, ia mengenakan jilbab dan abaya karya tekstil benar-benar menakjubkan dan djabellas dan juga mengendarai sepeda untuk bekerja, dia wanita normal yang bekerja delapan atau sepuluh jam sehari. Dia mampu berbicara sekitar empat atau lima bahasa, adalah seorang ibu rumah tangga dengan dua anak, [dan] membangun rumah sendiri. '
PERCHED atop their trusty and in some cases fairly serious motorbikes, women in traditional Moroccan dress, including abayas and hijabs, face the camera with steely stares.
Many displaying an impressive attitude and wearing bright sunglasses, the women are framed by the rich and vibrant colours of their African heritage.
Photographed as part of an exhibition named 'Kesh Angels these striking images capture the vibrant street culture of Morocco and pay tribute to the biker culture of the young women of Marrakesh.
Though not part of the problem gangs that do exist in the city and perpetuate crime, these women still possess a fierce attitude and a formidable presence.
Usually found painting henna on tourists in Marrakesh’s main square, the women represent the blending of traditional cultures and modern feminism, with many speaking numerous languages and working full time alongside being a mother.
Created by Moroccan- born, UK-based artist Hassan Hajjaj the exhibition is currently on display in the Taymour Grahne Gallery in New York.
Speaking to Vice magazine, Hassan says that though the concept of a biker gang is imagined, the cities passion for motorcycles is very much a reality, and his inspiration for the series.
‘Marrakech is really a bike city; everyone rides them. Women, kids, old men, families, everybody. It's transportation; it's really used for work. A few of the bikes in the photos are from friends of mine we borrowed, but most are their own bikes. There are no real bike gangs,’ he explains.
‘Moroccans have a strong sense of tradition and we are a very colorful nation. But I design the outfits: These traditional Moroccan djabellas and abayas and babouche with traditional prints and knock-off brand-name fabrics from markets in London and Marrakesh.
‘I also build the frames for the photographs using products or objects I find in markets: cans of Fanta, tins, or boxes of chicken stock. This came from when I was growing up in Morocco as many things are recycled to be re-used, and this has somehow come into my work.’
As well as the buzz of city, Hassan was motivated by the women themselves.
'I'm impressed with their strength and really aim to show their independence as normal.
‘One I know was an inspiration for this series, Karima, she wears a veil and these really amazing textile abayas and djabellas and also rides a bike to work and back, she's a normal woman who works eight or ten hours a day. She speaks about four or five languages, is a housewife to two kids, [and] built her own house.'