Sukabumi (B2B) - Pemerintah melalui Kementerian Pertanian dan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan untuk memanfaatkan lahan bekas tambang untuk mengembangkan tanaman sumber bahan baku biofuel yakni kemiri sunan, yang sekaligus berfungsi untuk reklamasi dan konservasi alam.
Wakil Menteri ESDM, Susilo Siswoutomo mengatakan sesuai hasil penelitian dan pengembangan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian, kemiri sunan diputuskan sebagai komoditas potensial yang menonjol kualitas tanaman maupun hasil produksinya untuk memproduksi biodiesel.
"Pemerintah akan membudidayakan kemiri sunan dengan memanfaatkan lahan bekas tambang, sekaligus untuk reklamasi dan konservasi bekas pertambangan yang akan menghasilkan biodiesel dengan bahan baku yang tidak berkompetisi dengan pangan," ungkap Susilo Siswoutomo pada Temu Lapangan bertema ´Pemanfaatan Kemiri Sunan sebagai Bahan Bakar Nabati pada Lahan Bekas Tambang, di Sukabumi, Sabtu (14/12).
Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan menambahkan, kemiri sunan atau reutealis trisperma (blanco) airy shaw adalah tanaman yang berasal dari Filipina yang saat ini banyak tumbuh di Indonesia yang tersebar di daerah dataran rendah hingga sedang, baik di hutan maupun ditanam di sekitar perkotaan.
"Tanaman kemiri sunan memiliki habitus dengan tajuk yang rindang, batang yang kokoh, dan sistem perakaran yang dalam sehingga memberikan harapan baik sebagai tanaman yang berfungsi ganda di samping sebagai tanaman konservasi untuk merehabilitasi lahan-lahan kritis juga dapat menghasilkan minyak dari bijinya sebagai bahan baku biodiesel yang potensial," ungkap Rusman Heriawan.
Susilo Siswoutomo menambahkan, sebagai tanaman untuk konservasi lahan kritis dan bekas lahan tambang, tanaman ini mampu menahan benturan air hujan yang pada gilirannya dapat mencegah kerusakan tanah akibat erosi.
Pengembangan Kemiri Sunan di wilayah reklamasi pertambangan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana konservasi lahan untuk menghutankan kembali lahan-lahan kritis dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Sumber pasokan diversifikasi bahan baku untuk menghasilkan minyak biodiesel yang ramah lingkungan dengan rasio satu hektar lahan dengan 100-150 pohon kemiri sunan dapat menghasilkan 6-8 ton biodiesel per tahun) sebagai pengganti bahan bakar minyak dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar minyak.
"Peningkatan perekonomian masyarakat dengan terciptanya lapangan kerja dan pengembangan usaha, investasi di dalam negeri, pengembangan sektor industri hilir pertanian, serta peningkatan nilai tambah produk dalam negeri," ungkap Rusman Heriawan.
Manfaat lain, Susilo Siswoutomo menambahkan, peningkatan kualitas lingkungan dengan pengurangan emisi gas rumah kaca, pengurangan tingkat polusi udara, serta membaiknya kualitas udara, kesehatan umum, dan kesejahteraan masyarakat.
Dia menambahkan, Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konseravasi Energi maupun Kementerian Pertanian akan senantiasa berperan aktif dan berkomitmen dalam upaya pengembangan kemiri sunan di daerah bekas reklamasi pertambangan sebagai salah satu penghasil bahan bakar nabati untuk memenuhi kebutuhan energi nasional dan target sesuai tahapan mandatori BBN.
Sukabumi (B2B) - The Indonesian government through the Ministry of Agriculture and Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) decided to utilize mined lands to developing sunan pecan as raw material for biodiesel, as well to reclamation and natural conservation.
Susilo Siswoutomo, Deputy Minister of Energy and Mineral Resources said that according to the results of research and development by the Indonesian Agency for Agricultural Research and Development Ministry of Agriculture (IAARD), sunan pecan decided that stands out as a potential commodity plants quality and production results for the production of biodiesel.
"The Indonesian government will cultivating pecan sunan by utilizing the mined land, at once to reclamation and conservation of natural conservation in mined lands," Susilo Siswoutomo said at field survey entitled ´Sunan Pecan Utilization as Biofuel on Mined Lands´ in Sukabumi, Saturday (14/12).
Rusman Heriawan, Deputy Minister of Agriculture added, sunan pecan or reutealis trisperma (blanco) airy shaw is a plant from the Philippines, which is currently grown in lowland areas to medium.
"Habitus sunan pecan with a shady canopy, sturdy stems, and roots deep that doubles as a conservation plants for rehabilitation of critical lands, and productive plants producing oil from the seeds as a biodiesel raw materials," Rusman Heriawan said.
Susilo Siswoutomo added, as a plant for the conservation of critical areas and former mining areas, the plant is able to withstand the impact of rain water which in turn can prevent damage due to soil erosion.
Sunan Pecan development is expected to be plants conservation to reforest critical lands and improve environmental quality. Diversification of supply sources that are environmentally friendly biodiesel, with 100-150 trees in one hectare produces 6-8 tonnes of biodiesel per year as a replacement for diesel oil, and reduce dependence on oil imports.
"Economic society through employment and increases business development, domestic investment, the development of the downstream sector of the agricultural industry, as well as increased domestic value-added products," Heriawan said.
"Economic society through employment and increases business development, domestic investment, the development of the downstream sector of the agricultural industry, as well as increased domestic value-added products," said Rusman Heriawan.
Other benefits, Susilo Siswoutomo added, increases environmental quality through the reduction of greenhouse gas emissions, reduce air pollution, improve environmental quality, public health and welfare of people.
He added that the Ministry of Energy and Mineral Resources through the directorate general of renewable energy and energy conservation with the Ministry of Agriculture will continue to support the development of sunan pecan on mined land, as a producer of biofuels to meet national energy needs.