Kemiri Sunan Produksi 6 - 8 Ton Biodiesel per Hektar per Tahun
Sunan Pecan Can Produce 6-8 Tons of Biodiesel per Hectare per Year

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Sabtu, 14 Desember 2013
Kepala Balitbang Kementan, Haryono (kedua kiri) menandatangani kerja sama dengan Kementerian ESDM disaksikan Wamentan Rusman Heriawan (kiri) dan Wamentan ESDM Susilo Siswoutomo (kanan) Foto2: B2B/Mya

Sukabumi (B2B) - Dalam pengembangan tanaman penghasil bioenergi, Kementerian Pertanian menetapkan tanaman bahan bakar nabati (BBN) potensial yang tidak bersaing dengan komoditas pangan. Fokus pengembangan pada penciptaan varietas unggul, peningkatan produktivitas dan kadar minyak yang tinggi, efisien, dan dapat dikembangkan di lahan sub optimal seperti lahan bekas pertambangan. Namun pengembangan komoditasnya menuntut dukungan kepastian harga dan pangsa pasar.

"Saat ini komoditas potensial yang paling menonjol adalah kemiri sunan. Tanaman ini mulai berproduksi pada usia empat tahun, pada umur delapan tahun produksi biji mencapai 15 ton atau ekuivalen dengan enam sampai delapan ton biodiesel per hektar per tahun," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian, Haryono pada Temu Lapangan bertema ´Pemanfaatan Kemiri Sunan sebagai Bahan Bakar Nabati pada Lahan Bekas Tambang, di Sukabumi, Sabtu (14/12).

Temu lapangan tersebut dihadiri oleh Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan dan Wakil Menteri ESDM, Susilo Siswoutomo dan sejumlah pejabat eselon satu di kedua kementerian. Kegiatan temu lapangan dipusatkan di Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar Kementerian Pertanian di Jl Raya Pakuan, Parungkuda, Sukabumi, Jawa Barat.

Haryono menambahkan, kemiri sunan dapat dikembangkan di lahan sub optimal maupun sebagai tanaman konservasi dan reklamasi lahan bekas tambang. "Namun, pengembangan komoditas ini perlu dukungan kepastian harga dan pangsa pasar."

Kebijakan pemanfaatan biomassa limbah pertanian menjadi bahan baku BBN jangka panjang, kata Haryono, pengembangan pertanian yang berkelanjutan tetap memerlukan biomassa limbah pertanian, baik untuk pelestarian lingkungan pertanian maupun untuk manfaat ekonominya.

Amankan Devisa
Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan di tempat yang sama mengatakan, pemerintah telah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi, khususnya mengurangi impor solar hingga 100 ribu barel per hari dengan menyediakan biofuel (BBN) sebagai substitusi sebanyak 5,6 juta kilo liter per tahun.

"Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 1/2006, Kementerian Pertanian berkewajiban menyediakan tanaman sebagai bahan baku BBN. Mulai dari penyediaan benih dan bibit tanaman, pengembangan benih dan bibit dan mengintegrasikan kegiatan pengembangan hingga kegiatan pasca panen tanaman BBN," kata Rusman Heriawan.

Wakil Menteri ESDM, Susilo Siswoutomo menambahkan pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 25 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga BBN (Biofuel), yang mewajibkan peningkatan pemanfaatan biodiesel di sektor transportasi, industri, komersial dan pembangkit listrik. Kewajiban yang mulai dilaksanakan September 2013 ini, hingga akhir tahun, ditargetkan dapat menghemat impor BBM jenis Solar sebesar 1,3 juta kilo liter dan tahun 2014 sebesar 4,4 juta kilo liter.

“Pemerintah mengharapkan dalam satu tahun ke depan terjadi penurunan impor BBM jenis solar sebesar 5,6 juta kilo liter atau menghemat devisa sebesar lebih empat juta dolar AS,” kata Susilo Siswoutomo


Sukabumi (B2B) - Indonesia´s agriculture ministry set a raw materials for biodiesel is productive plants which does not compete with food commodities. Focus on developing superior varieties, high productivity, high oil content, efficient, and can be developed at sub-optimal land on mined lands. However, the development of commodity demands certainty and market prices.

"Commodities are most precise is Sunan pecan. Having planted four years to start producing, after eight years of grains production reached 15 tons or the equivalent of six to eight tons of biodiesel per hectare per year," Haryono, Head of Indonesian Agency for Agricultural Research and Development Ministry of Agriculture (IAARD) on field survey entitled ´Snan Pecan Utilization as Biofuel on Mined Lands´ in Sukabumi, Saturday (14/12).

Field survey was attended by Rusman Heriawan, Deputy Minister of Agriculture, and Susilo Siswoutomo, Deputy Minister of Energy and Mineral Resources and a number of senior officials in both ministries.  Activities focused at industrial plant research center of agricultural ministry in  Sukabumi, West Java.

Haryono added, Sunan pecan development on land suboptimal, as plants conservation, and reclamation of mined land. "However, its development requires the certainty of price and market share."

Policies utilization of agricultural waste biomass into a biofuel raw materials long term, said Haryono, sustainable development still require agricultural waste biomass, both for environmental conservation and economic benefits.

Save Foreign Exchange
Rusman Heriawan, Deputy Minister of Agriculture stated  the Indonesian government released a package of economic policies, in particular to reduce imports of diesel to 100 thousand barrels per day by providing biofuels (BBN) as a substitute as much as 5.6 million kilo liters per year.

"According to the Presidential Instruction No. 1/2006, the agriculture ministry is obliged to provide the plants as biofuel raw materials. Starting provision of seeds, development and integration activities to the development of post-harvest plants for biofuel," Rusman Heriawan said.

Susilo Siswoutomo, Deputy Minister of Energy and Mineral Resources added, Indonesian government issued Decree Number 25 Year 2013 of ESDM on the Amendment to the Minister of of ESDM Regulation No. 32/2008 on the provision, utilization and trade system BBN (Biofuel), which requires an increase in the use of biodiesel in the transport sector, industrial, commercial and power plant electricity. The obligation was valid from September 2013 until the end of 2013, the target for reducing diesel oil imports by 1.3 million kilo liters and increased to 4.4 million kiloliters in 2014.

"Indonesian government expects diesel oil imports will decline 5.6 million kilo liters to save foreign exchange over four million dollars," Susilo Siswoutomo said who attended in Sukabumi with several senior officials in the ministry of of ESDM.

TERKAIT - RELATED