Kopi akan Disertifikasi, Penuhi Tuntutan Pasar Internasional
Meet the Demands of the International Market, Coffee must be Certified

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Kamis, 29 Agustus 2013
Kepala Balitbang Pertanian, Haryono (tengah) didampingi Kepala Puslitbanghorti, M Prama Yufdy (kiri) dan Kepala Puslitbangbun, M Syakir (Foto: B2B/Mya)

Jakarta (B2B) - Agribisnis kopi akan diarahkan pada ´Green Economy´ untuk memenuhi tuntutan pasar internasional yang mensyaratkan adanya keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan keberlanjutan fungsi lingkungan. Agribisnis kopi akan diarahkan pada pemberlakuan sertifikasi kopi berkelanjutan melalui ´Green Economy´.

"Negara-negara yang menjadi pasar utama kopi menginginkan kualitas kopi yang sesuai dengan tuntutan konsumen seperti keamanan pangan, pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan petani," kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian M Syakir di Jakarta.

Pendekatan Green Economy, menurut Syakir, menjamin terpeliharanya hubungan timbal balik antara pembangunan ekonomi dan keberlanjutan fungsi lingkungan dalam mendukung terwujudnya pembangunan pertanian yang berkelanjutan.

"Dengan demikian, adopsi konsep tersebut dalam agribisnis kopi selain menjaga keberlanjutan dan meningkatkan daya saing agribisnis kopi di Indonesia juga merupakan jawaban atas tuntutan konsumen," ungkapnya lagi.

Menurut M Syakir, Indonesia saat ini merupakan negara penghasil kopi terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Vietnam.

Sementara itu produksi kopi nasional pada 2012 mencapai ton 657.138 atau naik 2,8 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 638.647 ton.


Jakarta (B2B) - Coffee as agribusiness subsector will lead to the concept of ´Green Economy´ to meet the demands of the international market, which requires a balance between economic development and environmental sustainability function. coffee agribusiness development will lead to the implementation of sustainable coffee certification through the ´Green Economy´.

"Countries that became the main coffee Indonesian market wants quality coffee, as demanded by consumers such as food security, environmental sustainability, and improving the welfare of farmers," said the Head of Research and Development of Indonesian Agency for Agricultural Research and Development Ministry of Agriculture (IAARD), M Syakir in Jakarta.

Green Economy approach, according to Syakir, ensure the maintenance of a reciprocal relationship between economic development and environmental sustainability function in supporting the realization of sustainable agricultural development.

"Thus, the adoption of the concept in coffee agribusiness, in addition to sustaining and improving the competitiveness of agribusiness coffee in Indonesia is also a response to consumer demand," he said again.

According M Syakir, Indonesia is now a largest coffee producing country in Southeast Asia and the third largest in the world after Brazil and Vietnam.

While the national coffee production in 2012 reached 657,138 tons, up 2.8 percent from the previous year of 638,647 tonnes.

TERKAIT - RELATED