Medan, Sumut (B2B) - Inovasi menjadi bagian penting dalam akselerasi pembangunan pertanian dalam mewujudkan swasembada pangan. Kementerian Pertanian RI (Kementan) terus berupaya mengajak generasi muda terlibat langsung menciptakan, menerapkan dan diseminasi teknologi kepada pelaku pertanian.
Berbagai upaya tersebut ditempuh, di antaranya melalui Seminar Nasional dalam rangka Dies Natalis Polbangtan Medan ketujuh tahun 2025 bertajuk ´Inovasi Teknologi Pertanian dalam mewujudkan Swasembada Pangan Berkelanjutan´.
Kegiatan Seminar Nasional berlangsung secara hybrid dimana kegiatan offline berlangsung di Aula Polbangtan Medan, Sabtu (09/08).
Seminar akan merumuskan sejumlah rekomendasi kebijakan dan strategi implementasi inovasi pertanian yang kontekstual dan aplikatif dalam mendukung program swasembada pangan nasional.
Diharapkan melalui seminar dapat mendorong sinergi antara bidang-bidang ilmu seperti adaptasi perubahan iklim, teknologi dan budidaya, agribisnis, serta komunikasi pertanian, sehingga pengembangan pertanian Indonesia dapat menjawab tantangan zaman secara komprehensif.
Dihadiri ratusan partisipan dari berbagai stakeholder dan akademisi secara hybrid, seminar tersebut menjadi wadah penting mempertemukan dunia akademik, industri, dan masyarakat dalam satu forum ilmiah.
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, secara konsisten menggalakkan program modernisasi pertanian di Indonesia. Ia bahkan menargetkan agar penerapan teknologi pertanian di tanah air dapat menyamai standar negara-negara maju seperti Amerika Serikat.
"Kita ingin menciptakan petani modern. Bukan tradisional, seperti yang bapak lihat di desa-desa. Kita sejajarkan teknologinya dengan negara maju Amerika," ujar Mentan.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, menekankan pentingnya kesiapan SDM dalam menggerakkan sistem pertanian modern.
“SDM pertanian adalah kunci. Kami terus mendorong pelatihan teknologi tepat guna, pelibatan petani milenial, dan penguatan kelembagaan seperti Brigade Pangan,” ujarnya.
“Petani harus mampu mengoperasikan alsintan seperti traktor, transplanter, drone seeder dan sprayer, agar manfaat mekanisasi betul-betul dirasakan dalam produktivitas dan efisiensi,” tambahnya.
Sementara itu hadir dilokasi Staf Khusus Menteri, Sam Herodian dalam sambutannya menyampaikan krisis pangan dunia menjadi pemicu konflik sosial dan politik yang mengakibatkan terjadinya harga pangan dan bahan baku naik, harga beras naik, demand pangan naik, inflasi pangan tinggi di Argentina (285%) Turki (68%), India (9,36%), Laos (22%), kekeringan tanaman, perdagangan dunia turun 3,26%, negara produsen stop ekspor beras (India, Pakistan, Vietnam, Thailand, Kamboja dll) dan negara kelaparan: Kongo, Afghanistan, Yaman, Sri Lanka dan lain-lain.
“Transformasi pertanian tradisional ke modern akan menekan biaya produksi hingga 50% dan meningkatkan produksi hingga 100%. Dengan menggunakan solusi inovatif, teknik adaptif dan alat digital dapat meningkatkan ketertarikan anak muda ke bidang pertanian,” kata Herodian.
Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Muhammad Amin menyampaikan bahwa Inovasi teknologi menjadi kunci dalam mewujudkan swasembada pangan berkelanjutan. Maka dari itu kita perlu memperkenalkan inovasi teknologi pertanian terbaru mendorong adopsi teknologi oleh petani dan pelaku usaha dan memperkuat kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta.
“Dampak positif menerapkan inovasi teknologi pertanian adalah meningkatkan produktivitas dan efisiensi, mengurangi ketergantungan impor pangan, menekan biaya produksi dan penggunaan sumber daya dan menjaga keberlanjutan lingkungan”, kata Amin.
Hadir Bupati Serdang Bedagai, Darma Wijaya dalam sambutannya menyampaikan bahwa tantangan implementasi teknologi didaerah, pemerintah telah mendorong digitalisasi pertanian melalui kebijakan dan program, petani masih menghadapi tantangan, beberapa tantangan daerah dalam implementasi teknologi pertanian seperti modal awal yang besar, pendidikan petani umumnya masih rendah, krisis regenerasi petani, perubahan iklim, keterbatasan infrastruktur dan literasi digital masih rendah.
“Perlu dilakukan rencana strategis pertanian berkelanjutan seperti penambahan luas areal tanam baru dan penerapan perda LP2B, pembangunan/rehab jaringan irigasi, pintu air dan rumah pompa air, penyediaan dan optimalisasi alsintan, pembinaan penangkar benih menuju mandiri benih dan penggunan varietas unggul baru, intensifikasi pemantauan dan pengendalian hama terpadu dan giat demonstrasi plot dan praktek untuk peningkatan sumber daya manusia penyuluh dan petani,” kata Darma.
Polbangtan Medan
Direktur Polbangtan Medan, Nurliana Harahap mengatakan bahwa Polbangtan Medan sebagai pendidikan tinggi vokasi dibawah Kementan mempunyai visi menjadi Polbangtan Medan yang unggul menyiapkan lulusan profesional, mandiri dan berdaya saing untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani tahun 2028 dengan jumlah saat ini 860 orang.
“Dalam rangka meningkatkan kompetensi para lulusan, para mahasiswa selama mengikuti studi sudah dibekali dengan sertifikasi kompetensi Penyuluh Pertanian, Sertifikasi Pertanian Organik, Sertifikasi Asisten Kebun.
Guna mendukung sebagai wirausaha (entrepreneur) kami membekali mahasiswa dengan berbagai kompetensi khsususnya di bidang pertanian seperti pelatihan dan sertifikasi Hidroponik, Barista, Kewirausahaan, Pemakaian Drone, Digital Marketing dan Desain Grafis,” kata Nurliana.
“Untuk menjamin kualitas dalam penyelenggaraan pendidikan di Polbangtan Medan kami telah menerapkan ISO 21001 : 2018 tentang Sistem Managamen Organisasi Pendidikan dan ISO 37001 : 2016 tentang Sistim Managemen Anti Penyuapan (SMAP). Dalam mencetak lulusan yang Profesional, mandiri dan berdaya saing. Selain menerapkan kurikulum akademik, kami juga menerapkan kurikulum karakter yang mencakup unsur Religius, Leadership, Entrepreneur dan Inovatif,” tambahnya.
Nurliana menjelaskan terdapat sejumlah momentum positif yang patut kita apresiasi. Stok cadangan beras pemerintah (CBP), misalnya, pada bulan Juni 2025 telah mencapai 4,2 juta ton, melampaui rekor periode swasembada pada tahun 1984, meskipun jumlah penduduk saat ini hampir dua kali lipat dibandingkan masa tersebut.
Capaian tersebut menjadi catatan besar dalam sejarah bangsa ini atas capaian yang sudah diraih. Data dari Badan Pangan Nasional juga menunjukkan bahwa stok beras nasional meningkat signifikan, dari 8,4 juta ton di awal tahun menjadi 14,8 juta ton pada akhir Mei 2025.
Bahkan, produksi jagung dan daging ayam juga mengalami peningkatan yang substansial, memberikan sinyal optimisme menuju swasembada pangan.
Mengakhiri sambutannya, Nurliana menyebutkan ketergantungan impor pangan masih tergolong tinggi. Indonesia masih mengimpor beras, gula, terigu, dan kedelai dengan total volume mencapai sekitar 30 juta ton, setara dengan produksi beras nasional.
Sistem Pangan
Kondisi ini menunjukkan bahwa transformasi sistem pangan nasional menjadi keharusan yang tidak dapat ditunda. Selain itu, berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Global (Global Food Security Index/GFSI), skor Indonesia masih relatif rendah, khususnya pada aspek ketersediaan pangan yang berada di peringkat 84 dunia.
Rendahnya investasi riset, terbatasnya kualitas dan keragaman pangan, serta belum optimalnya kesiapan menghadapi dampak perubahan iklim juga menjadi faktor yang perlu segera diatasi.
Inilah mengapa inovasi teknologi pertanian menjadi sangat penting. Inovasi yang tepat dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan keberlanjutan produksi pertanian.
Teknologi irigasi cerdas, varietas unggul tahan iklim, mekanisasi panen, pertanian presisi berbasis digital, hingga pengembangan sistem pascapanen modern adalah contoh nyata yang dapat memperkuat ketahanan pangan nasional sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor.
“Melalui forum seminar nasional ini, saya berharap terjadi pertukaran pengetahuan, gagasan, dan pengalaman antara akademisi, peneliti, pelaku usaha, pemerintah, dan mahasiswa. Kolaborasi lintas sektor ini diharapkan dapat melahirkan terobosan-terobosan baru yang aplikatif, berbasis riset, dan relevan dengan kebutuhan lapangan,” pesan Nurliana.
Hadir sebagai narasumber Direktur SDM dan TI PT Perkebunan Nusantara IV, Suhendri, Ketua Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia, Giyatmi dan Chairman ILCAN , Kiman Siregar. Kegiatan ini dimoderatori oleh Dosen Agroteknologi USU, Amelia Zuliyanti Siregar. Selain sesi seminar, dilakukan Call for paper (parallel session) dan di akhir acara, panitia mengumumkan para pemenang bestpaper dan bestpresenter. [yenni/risma/ira/timhumas polbangtanmedan]
Medan of North Sumatera [B2B] - The role of agricultural vocational education in Indonesia such as the the Agricultural Development Polytechnic or the Polbangtan/SMKPPN to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts to produce millennial entrepreneur.
The objective of the Indonesia Agriculture Ministry is to increase production and productivity, increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reduce the effect of greenhouse gases, and increase the income of farmers in irrigated areas and swamp areas.
Indonesian Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman stated that the government´s commitment to developing agriculture, especially in the development of advanced, independent and modern agricultural human resources.
“The goal is to increase the income of farming families and ensure national food security. Farmer regeneration is a commitment that we must immediately realize," Minister Sulaiman said.
He stated that increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reducing the greenhouse gas effect and increasing farmers´ income in irrigated areas and swamp areas.
He reminded about the important role of vocational education, to produce millennial farmers who have an entrepreneurial spirit.
"Through vocational education, we connect campuses with industry so that Polbangtan graduates meet their needs and are ready for new things," Sulaiman said.