Diklat Tematik Petani Bawang Demak, BBPP Ketindan Kampanyekan Agroekosistem

Indonesian`s Ketindan Agriculture Training Center Held Thematic Training

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Diklat Tematik Petani Bawang Demak, BBPP Ketindan Kampanyekan Agroekosistem
DIKLAT TEMATIK BAWANG MERAH: BBPP Ketindan menggelar pelatihan tematik bawang merah di Kabupaten Demak, Jateng (Foto: BBPP Ketindan/Nunung Nurhadi)

KEMENTERIAN Pertanian RI berupaya mengubah kebiasaan petani bawang merah yang mengandalkan pestisida untuk mengatasi masalah organisme pengganggu tanaman (OPT), menyikapi hal itu Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan - Malang, Jatim mengadakan pelatihan tematik di Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, dengan memperkenalkan budidaya tanaman sehat sebagai sarana untuk menghalau OPT atau praktik pengamatan agroekosistem.

Pelatihan tematik berlangsung tiga hari (17 - 20 Oktober) atas kerjasama BBPP Ketindan dengan Dinas Pertanian Kabupaten, yang berlangsung di Balai Desa Pasir, Kecamatan Mijen.

"Proses identifikasi masalah mengerucut pada OPT bawang merah seperti trotol, moler dan ulat grayak. OPT merupakan masalah utama khususnya pada musim tanam ke depan yang merupakan off season, yaitu musim hujan sebagai waktu bertanam yang tidak tepat untuk tanaman hortikultura seperti bawang merah," kata Kepala BBPP Ketindan, Djajadi Gunawan melalui pernyataan tertulis.

Saat musim hujan, OPT kerap muncul dan serangannya cepat meluas sehingga merugikan petani bawang merah. Pestisida kimia sintetis yang selama ini diandalkan oleh petani bukanlah solusi terbaik. Diklat tematik yang diikuti para petani bawang merah di Desa Pasir memperkenalkan budidaya tanaman sehat secara komprehensif, intinya budidaya tanaman sehat merupakan sarana pencegahan yang ampuh menghalau OPT. 

"Budidaya tanaman sehat dimulai dari pemilihan bibit sampai panen, khusus kepada petani yang menggunakan hasil panen sendiri, perlu dilakukan perbaikan paska panen benih dengan pemberian pupuk kapur selama penyimpanan," kata Widyaiswara BBPP Ketindan, Nunung Nurhadi.

Penghalau hama gudang secara alami menggunakan bahan yang bersifat repellent atau penghalau hama gudang seperti daun cengkeh dan sere wangi yang ditebar di sekitar tempat penyimpanan, merupakan kiat murah dan efektif untuk menghalau hama gudang. 

Pada saat benih akan ditanam, untuk menghindari penyakit tanaman yang notabene tidak dapat dilihat secara kasat mata seperti fusarium penyebab moler, perlu dilakukan langkah antisipasi dengan perendaman menggunakan PGPR atau trichoderma cair dengan rumus 15/15, "artinya perendaman benih bawang merah pada konsentrasi 15ml per liter selama 15 menit."

Pupuk Organik

Apabila sebelumnya petani menggunakan petroganik atau pupuk organik lain perlu di -inokulasi- kan trichoderma dengan membuat larutan dengan konsentrasi 10-15ml/liter dan disemprotkan pada pupuk organik dan di inokulasi minimal tiga hari pada suhu sekitar 300C. 

"Jumlah pupuk organik yang biasanya digunakan petani Desa Pasir adalah sekitar dua ton per hektar disarankan untuk meningkatkan penggunaannya secara bertahap minimal lima sampai 10 ton per hektar mengingat kondisi tanah mempunyai pH 4,5 - 5.5," kata Hisam, penyuluh pertanian Kabupaten Demak.

Berdasarkan keterangan petani, penggunaan dolomit di Desa Pasir malah menambah kerasnya tanah sehingga bahan organik menjadi solusi meningkatkan pH tanah, karena bahan organik bersifat buffer. Bahan organik juga merupakan penyumbang unsur mikro lengkap yang tidak dapat disumbangkan pupuk buatan, dan untuk mengurangi penggunaan pupuk cair sintetis.

BBPP Ketindan juga menyampaikan manfaat alat pengendalian OPT raamah lingkungan sederhana aeperti sistem perangkap lampu atau perangkap warna, juga pembuatan pestisida nabati dari bahan yang mudah didapatkan di sekitar lahan pertanian seperti daun mimba dan daun cengkeh.

"Jika terpaksa menggunakan bahan kimia sintetis, maka penggunaannya harus wajar sesuai dosis anjuran dan mengikuti aturan pakai," kata Hisam.

INDONESIAN Agriculture Ministry change the habits of shallot farmers who rely on pesticides to overcome the problem of plant pest organism, responding to the condition Malang´s Ketindan Agriculture Training Center - called the BBPP Ketindan - held the thematic training in Mijen sub-district, Demak district of Central Java province, by introducing the cultivation of healthy plants to dispel plant pests or agro-ecosystem observation practices.

The thematic training took place three days, 17 - 20 October 2017, collaboration of BBPP Ketindan and Demak agriculture office, which took place in Pasir village hall of Pasir of Mijen sub-district.

"Identification of problems conical to pest of shallots such as trotol, moler and caterpillar. Plant pests are a major problem in the rainy season which is off season for horticulture such as shallot," said Director of BBPP Ketindan, Djajadi Gunawan.

During the rainy season, plant pests appear causing losses to farmers. Synthetic chemical pesticides used by farmers are not a solution. The thematic training for farmers in Pasir village introduces healthy cultivation of plants to prevent plant pests.

The cultivation of healthy plants starts from selection of seeds, especially to farmers who use the seeds from their own crops, it is necessary to improve post-harvest seeds with application of lime fertilizer during storage," said Nunung Nurhadi of the BBPP Ketindan.

Warehouse barrier pines naturally use repellent materials such as clove leaves and perfumes stocked around storage areas, which are relatively cheap and effective to dispel warehouse pests.

At the time the seeds will be planted, to avoid invisible plant diseases such as the fusarium causing the mole, can be anticipated by immersion using liquid trichoderma with the formula 15/15, meaning soaking the ahallot seeds at a concentration of 15ml per liter for 15 minutes.

Organic Fertilizer

Previously, farmers using other organic fertilizers needed trichoderma inoculation at concentrations of 10 to 15 ml per liter, and sprayed on organic fertilizer and inoculated at least three days at a temperature of about 300 degrees Celsius.

The amount of organic fertilizer commonly used by Pasir farmers is about two tons per hectare is recommended to increase its use gradually at least five to 10 tons per hectare given the soil PH conditions 4.5 to 5.5, "said Hisam, agricultural extension of Demak Regency.

Based on information of farmers, the use of dolomite in Pasir Village even increase the hardness of soil so that organic matter becomes solution to increase soil pH, because the oryganic material is buffer. Organic matter is also a contributor of complete micro elements, which can not be donated artificial fertilizers, and to reduce the use of synthetic liquid fertilizers.

The BBPP Ketindan also discussed benefits of simple environmental control such as light trap or color trap systems, as well as the manufacture of vegetable pesticides from natural ingredients around agricultural land such as mimba leaves and clove leaves.

"If using synthetic chemicals then the usage should be reasonable according to dosage and usage rules," Hisam said.