Klitschko, Mantan Juara Tinju Kelas Berat di Tengah Krisis Ukraina

Klitschko`s, Now Installed as Ukraine`s Figurehead for Change

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Klitschko, Mantan Juara Tinju Kelas Berat di Tengah Krisis Ukraina
Mampukah Klitschko memberi pukulan mematikan kepada pemerintah Ukraina seperti aksinya dulu di tengah ring? (Foto2: Mail Online)

PERISTIWA di Kiev bagai membawa Ukraina menuju kiamat perpecahan. Asap hitam bercampur debu mewarnai aksi lempar batu dari pihak yang bertikai. Api membakar apa saja di dekatnya seperti sungai lava dari letusan gunung berapi.

Suasana mencekam di sekitar Monumen Kemerdekaan Ukraina ketika semua orang berlarian mencari selamat di tengah ambang kehancuran sebuah negara di Eropa.

Kedua belah pihak yang bertikai membentuk batas pemisah antara para pengunjuk rasa dengan polisi anti huru hara yang mengubah dinginnya udara di Ukraina menjadi panas mencekam - akibat kemarahan kemarahan dalam mencari harapan terakhir untuk menjatuhkan Presiden Viktor Yanukovych, yang didukung Rusia, seperti dilansir Mail Online.

Pasukan pemerintah setia menjaga keamanan dengan perisai dilengkapi tabung gas air mata, yang berusaha menahan gelombang perubahan di negara pecahan Uni Soviet tersebut.

Revolusi Ukraina berubah menjadi aksi berdarah pekan ini karena rakyat membenci Yanukovych yang melancarkan tindakan represif brutal - sekitar 27 pengunjuk rasa  tewas - salah satu dari korban tewas dipenggal kepalanya - dan ratusan terluka.

Polisi tanpa seragam membidik para demonstran dari atap bangunan megah yang mengitari alun-alun di jantung kota Kiev - satu orang pengunjuk rasa ditembak kepalanya oleh seorang penembak jitu, korban lainnya ditembak di dada.

Di pusat kegiatan unjuk rasa, polisi anti huru dipersenjatai Kalashnikov dengan peluru tajam dan granat kejut untuk menghalau aksi pelemparn bom molotov oleh demonstran yang tiada henti mengusung perlawanan untuk menggulingkan pemerintah.

Konflik berdarah ini sebanding dengan bentrokan yang berujung maut dari peluru tajam yang ditembakkan polisi di Trafalgar Square atau Piccadilly Circus.

Di tengah konflik politik tersebut, ikon olahraga nasional menghadapi pertarungan terberat dalam hidupnya.

Sebagai mantan juara kelas berat dunia, mantan petinju Vitali Klitschko terus merangsek melawan pemerintah, dan, kini menjadi tokoh penting reformasi di Ukraina, kehadirannya memberi semangat bagi para demonstran untuk terus melawan.
Sebagai anggota parlemen Ukraina sejak Desember 2012, Klitschko, 42, juga pemimpin partai oposisi Aliansi Demokrat untuk reformasi politik sekaligus lawan politik Yanukovych.

Sebagai politisi moderat, dengan dukungan sebagian anggota parlemen, pernyataan Klitschko mencerminkan eskalasi protes sejak Januari setelah jatuhnya korban tewas pertama di Independence Square.

"Besok kami akan maju bersama-sama," katanya. "Dan jika harus tertembak di dahi, kami siap mati menghadapinya."

Seperti kejadian minggu ini, Klitschko memilih berani mati. Dia bakal menjadi target mudah bagi penembak jitu yang mengincarnya di tengah api membara dan hujan gas air mata.

Ukraina mengalami krisis politik pada November ketika Yanukovych menolak menandatangani kesepakatan perdagangan penting dengan Uni Eropa di bawah tekanan kuat dari Presiden Rusia Vladimir Putin.

Negara itu selama beberapa dekade menjadi jajahan Uni Soviet, dan setelah berjuang keras untuk mencapai kemerdekaan dan diakui dunia, rakyatnya lebih suka bekerja sama dengan Uni Eropa ketimbang bermitra dengan Rusia.

Jadi, ketika Yanukovych bertemu Putin dan mendapat tawaran bantuan 10 miliar poundsterling hanya beberapa minggu setelah didekati Uni Eropa, pilihan tersebut memicu krisis politik.

Unjuk rasa meledak di Kiev, aksi unjuk rasa dipusatkan di Independence Square. Ribuan orang berkumpul di tengah suhu beku musim dingin dan setiap hari, agresif, melawan pemerintahan yang sah yang cenderung memilih kembali ke era komunis Soviet.

Pilihan politik Yanukovych ditentang rakyatnya, mencoba menerapkan aksi represif terhadap para pengunjuk rasa dan berharap untuk menjatuhkan mental mereka melalui kebrutalan polisi dan, sekarang tampaknya, memicu krisis politik berlarut.

Dia didukung Putin yang menjanjikan bantuan ekonomi 1.3 miliar poundsterling dari Moskow, diikuti tindakan represif berdarah. Akibatnya, badan investasi Uni Eropa menghentikan kegiatannya di Ukraina, yang membuat gusar rakyat lantaran hengkangnya investasi asing.

Bagi pembangunan nasionalnya, pilihan sulit antara bergerak maju dengan Uni Eropa, yang telah berjanji investasi di bidang infrastruktur seperti Metro Kiev, atau kembali mundur di bawah kekuasaan Rusia.

Mampukah Klitschko memberi pukulan mematikan kepada pemerintah Ukraina seperti aksinya dulu di tengah ring?

THE scenes are apocalyptic. Thick black smoke billows from a mountain of debris - concrete, timber, bricks. Flames burn across the epic wasteland like the rivers of molten lava seen after volcanic eruptions.

It's only when you study the dramatic panoramas of Kiev's Independence Square more closely that you notice the people - the human element - scurrying around amid the destruction like ants.

But it's the ubiquitous thick line of riot police that has become the symbol of the Ukraine's winter of discontent - the focus of a nation's anger and the last hope for embattled pro-Russian President Viktor Yanukovych.

They are always there, pictured with shields and tear gas canisters trying to hold back the tide of change in a country tearing itself apart.

Ukraine's Revolution took a bloody turn this week as the hated Yanukovych launched a brutal counter offensive - at least 27 protesters have been killed - one of them decapitated - and hundreds have been injured.

Police were licensed to target protesters from the rooftops of the grand buildings that line the square in the heart of Kiev - one man was shot through the eye by a sniper, other were hit in the chest.

On the ground, riot police have taken up Kalashnikovs with live ammunition and stun grenades to repel the hail of missiles pelted by demonstrators who will stop at nothing to overthrow the government.

To put this into perspective, it is comparable to deadly clashes and live rounds being fired in Trafalgar Square or Piccadilly Circus.

And in the heat of battle a national sporting icon facing the toughest fight of his life.

As a former heavyweight champion of the world, the former boxer Vitali Klitschko has never shirked a challenge and, now installed as Ukraine's figurehead for change, he is very much the public face of the uprising.

A member of the Ukrainian parliament since December 2012, Klitschko, 42, is also leader of the opposition Democratic Alliance for Reform party and the de facto main challenger to Yanukovych.

A political moderate, with allies across the parliamentary spectrum, Klitschko's words reflected an escalation in the protests back in January following the first deaths in Independence Square.

'Tomorrow we will go forward together,' he said. 'And if it's a bullet in the forehead, then it's a bullet in the forehead.'

As this week has shown, Klitschko is not using a graphic metaphor. He would be a prime target for the snipers should he try and pick his way through the smouldering barrels and tear gas.

Ukraine plunged into crisis in November when Yanukovych refused to sign a ground-breaking trade deal with the European Union under intense pressure from Russian President Vladimir Putin.

The country was for decades subsumed by the Soviet Union and, having fought hard for their independence and an identity on the world stage, it's people would understandably rather look West than back East.

So when Yanukovych met with Putin and was offered a £10billion bail-out just a few weeks after snubbing the EU, it was a dangerous move.

Kiev exploded in protest, with Independence Square the main focus. Thousands of people have defied freezing winter temperatures and daily, often aggressive, clampdowns by the authorities to take a stand against what they see as a slippery slope back to a Communist era.

But Yanukovych was unsympathetic, trying to play the long game with the protesters and hoping to grind down their resolve through police brutality and, now it seems, summary shootings.

He has Putin's backing and, emboldened by a £1.3billion pledge from Moscow on Monday, launched the bloody crackdown. As a result, the EU's European Investment Arm froze its activities in Ukraine, pushing the people's objectives a little further out of reach.

For many on the ground, it is a choice between moving forward with the EU, who have promised investment in infrastructure such as the Kiev Metro, or sliding backwards under the yolk of Russia.

So can Klitschko land the decisive blows?