Harga Daging Melambung, Pedagang Mogok Jualan

Soaring Prices of Beef, Vendors Go on a Strike

Reporter : Roni Said
Translator : Parulian Manalu


Harga Daging Melambung, Pedagang Mogok Jualan

Jakarta (B2B) - Pemandangan tak biasa didapati di Pasar Kramat Jati, Jumat (16/11) ketika para pedagang daging memilih duduk sambil menonton televisi atau sekadar berbincang dengan pedagang lainnya. Mereka enggan berjualan karena daging saat ini mulai langka di pasaran. Kalaupun ada, harganya cukup tinggi sehingga para pedagang ini kesulitan untuk menjualnya.

Ya, harga daging di pasaran saat ini mencapat Rp 90 ribu per kilogram. Padahal, idealnya harga daging sapi ini mencapai Rp 65-75 ribu per kilogram. Kondisi tersebut mendorong mereka melakukan mogok berjualan mulai hari ini, Jumat (16/11) hingga Senin (19/11) mendatang. Aksi ini dilakukan akibat mahal dan langkanya daging sapi di pasaran yang mereka nilai merupakan permainan para pengusaha.

Seorang pedagang yang tak mau disebut namanya menyatakan dia memilih tidak berjualan karena daging yang dikirim distributor jumlahnya sedikit dan harganya mahal. "Kalau saat Lebaran harga Rp 90 ribu kita maklumi. Tapi ini kan tidak ada momen apa-apa. Sudah barangnya langka harganya pun tinggi. Kita jadi sulit menjualnya," keluh E.

Kenaikan harga daging, katanya, sudah terjadi sejak tiga hari lalu. Semula harganya hanya Rp 70 ribu per kilogram. Namun harganya naik menjadi Rp 80-85 ribu per kilogram. Bahkan hari ini menjadi Rp 90 ribu per kilogram. Kondisi ini membuat konsumen enggan membeli daging.

"Kami berharap distribusi daging ke pedagang dapat normal kembali dan harganya pun stabil. Kami meminta pengusaha tidak main-main dengan masalah ini," katanya.

Apabila kondisi ini dibiarkan, ungkapnya, tidak mustahil akan memicu keresahan di masyarakat maupun bagi kehidupan dirinya maupun pedagang lain terancam gulung tikar.

Foto: republika.co.id

Jakarta (B2B) - Uncommon scene was visible in Kramat Jati Market, on Friday (16/11) when vendors only sit down and watch TV or talk to each other. They refuse to sell beef because it is now a scarce commodity in the
market. If there is any, the price is too high hence the vendors have difficulties to sell it.

Beef price reaches Rp 90,000/kg, while the ideal price should be Rp 65-75 thousand/kg. This situation prompts them to go on a strike starting on Friday (16/11) to Monday (19/11) due to the scarcity and expensive price of beef in the market which they think of as a mere business trick.

An unknown vendor stated that he does not sell any beef because distributor only sends a small quantity of beef and the price is expensive. “In Lebaran, Rp 90,000 is a reasonable price, but this is ordinary day, it is scarcely available and is expensive, it is difficult to sell,” said E.

Beef soaring price, he said, has started since three days ago. At first, the price was Rp 70,000/kg, but it increased into Rp 80-85 thousand/kg. On Friday it even increased into Rp 90,000/kg. This only makes consumers avoid buying beef.

“We hope that beef distribution can return to normal condition and the price will be stable. We do hope that businessmen are serious about this,” he said.

If left untreated, it is possible that it will cause concerns for the people or simply for himself and that other vendors will close down their businesses.