Pertanian Cerdas Iklim, Upaya Kementan Antisipasi Dampak El Nino

Indonesia Irrigation Development the Target of Indonesia`s Grant Program

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Pertanian Cerdas Iklim, Upaya Kementan Antisipasi Dampak El Nino
PROGRAM SIMURP: Kepala Pusluhtan BPPSDMP Kementan, Bustanul Arifin Caya [berdiri] membuka Rakor ´Percepatan Kegiatan CSA SIMURP´ di Jakarta didampingi Manajer SIMURP, Sri Mulyani dan Koordinator Kelompok Program dan Kerjasama Pusluhtan, Zuroqi Mubarok [kanan]

Jakarta [B2B] - Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture [CSA] dari Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] pada Kementerian Pertanian RI difokuskan pada upaya strategis pemerintah, untuk mengantisipasi dampak negatif perubahan iklim global yang saat ini terjadi [El Nino] melalui CSA.

Komitmen Kementan pada Program SIMURP melalui CSA mengemuka Rapat Koordinasi ´Percepatan Kegiatan CSA SIMURP dan Pertemuan Pengumpulan Kuesioner End Line Survey IPDMIP 2023´ di Jakarta pada Senin [15/5].

Rakor berlangsung hibrid, dibuka oleh Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP Kementan [Pusluhtan] Bustanul Arifin Caya di Jakarta. Hadir sejumlah kepala dinas terkait tingkat provinsi dan kabupaten dari tiga provinsi yakni Sumatera Selatan, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan dan tim dari SIMURP Kementan.

Upaya tersebut sejalan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo mendorong seluruh jajarannya di Kementan untuk mengantisipasi El Nino tahun ini, yang puncaknya diperkirakan pada Agustus 2023.

"Semua pihak harus bergerak melakukan kolaborasi, adaptasi dan antisipasi terhadap berbagai tantangan yang ada. Termasuk dalam menghadapi cuaca ekstrim El Nino yang diperkirakan berlangsung hingga Agustus mendatang," katanya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi mengatakan El Nino, salah satu fenomena, dampak dari perubahan iklim global. Selain itu, ada La Nina dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman [OPT].

Menurutnya, El Nino merupakan fenomena kering dimana curah hujannya itu lebih kering dari biasanya. Sebab, rata-rata curah hujan lebih kering dibandingkan dengan rata-rata selama 25 tahun.

"Namanya kering pasti tergantung dari air, salah satu sumber air dari curah hujan, yang biasanya relatif basah kemudian kering, yang menunjukkan bahwa udara di sekitar kita, kadar uap airnya relatif rendah sehinggga tidak ada peluang uap air melakukan kondensasi, untuk terjadinya hujan," kata Dedi Nursyamsi.

Dia menambahkan El Nino terkait erat peningkatan konsentrasi kenaikan emisi Gas Rumah Kaca [GRK] yang menyebabkan suhu dipermukaan bumi hangat bahkan semakin panas.

"Pertanian perlu air sebagai salah satu faktor produksi utama, saat terjadi El Nino akan menjadi masalah besar. Suplai air terganggu akan berdampak pada produktivitas yang menurun drastis," kata Dedi Nursyamsi.

Kepala Pusluhtan Bustanul Arifin Caya saat membuka Rakor ´Percepatan Kegiatan CSA SIMURP mengingatkan bahwa Program SIMURP di Kementan akan fokus pada upaya pemerintah mengantisipasi dampak negatif perubahan iklim global melalui CSA yang bertujuan untuk meningkatkan produksi, produktivitas, indeks pertanaman [IP] dan menurunkan emisi GRK.

CSA merupakan salah satu solusi menghadapi dampak El Nino di beberapa negara, termasuk Indonesia, sebagai akibat fenomena global yang  menyebabkan kemarau panjang dan kekeringan," kata Bustanul yang hadir didampingi Koordinator Kelompok Program dan Evaluasi Pusluhtan, Zuroqi Mubarok dan Manajer SIMURP, Sri Mulyani.

Kepada pemerintah daerah yang terlibat Program SIMURP, Bustanul mengharapkan daerah agar berperan aktif dalam pengawalan dan pendampingan kegiatan CSA di lokasi SIMURP.

"Pemda melakukan pengawalan peningkatan produksi, produktivitas dan IP di lokasi SIMURP, serta mereplikasi teknologi CSA secara masif melalui sosialisasi dan media publikasi," katanya lagi.

Bustanul menambahkan, daerah dapat melakukan upaya percepatan realisasi kegiatan SIMURP 2023, mengaplikasikan hasil pertemuan sebagai upaya mendukung keberhasilan program.

"Tak kalah penting, replikasi kegiatan CSA secara luas dan berkelanjutan pasca kegiatan SIMURP berakhir pada Juni 2024, sementara kegiatan teknis yang dibiayai loan akan berakhir pada Desember 2023," katanya. [timhumassimurp]

Jakarta [B2B] - The objective of the Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] with Indonesia Agriculture Ministry is to increase production and productivity, increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reduce the effect of greenhouse gases, and increase the income of farmers in irrigated areas and swamp areas.

The target is to increase cropping intensity through irrigation rehabilitation, revitalization and modernization activities, the realization of a sustainable irrigation system through the revitalization of irrigation management, increasing institutional strengthening, as well as increasing the capacity and competence of human resources in irrigation management and increasing production and productivity.

Increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reducing the greenhouse gas effect and increasing farmers´ income in irrigated areas and swamp areas.

SIMURP locations in 13 irrigation areas and two swamp areas namely Banyuasin and Katingan Regencies and 17 districts in eight provinces.

The main objective is to increase motivation for agricultural extension workers, agricultural extension centers, farmer groups, women farmer groups and farmer economic groups in agribusiness-oriented farming.