Kapal Ternak yang Pertama Kali Implementasikan Tol Laut Gagasan Presiden Jokowi
Cattle Ships Implement the Concept of Sea Toll by Indonesian President
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Jakarta (B2B) - Presiden RI Joko Widodo menggagas konsep Tol Laut untuk mendukung pengembangan infrastruktur dengan memanfaatkan laut sebagai sarana transportasi, dan konsep tersebut pertama kali diimplementasikan oleh Kementerian Pertanian RI dengan melepas pengiriman ternak sapi dari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada akhir November lalu, setelah keenam kapal ternak diresmikan oleh Presiden Jokowi pada 10 November 2015 di Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
"Saya sudah melapor kepada Presiden Joko Widodo tentang pengiriman ternak sapi dari Kupang di NTT dengan kapal ternak yang dijadwalkan tiba Jumat nanti, tanggal 11 Desember 2015 di Tanjung Priok. Alhamdulillah Presiden menyambut baik implementasi dari konsep Tol Laut dengan kapal ternak, dan insya Allah beliau akan hadir saat kapal ternak tiba," kata Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman kepada pers saat makan siang bersama pada Senin siang (7/12) usai meluncurkan Gerakan Tanam Serentak di Tangerang, Banten.
Dia menambahkan, tujuan utama pengangkutan ternak sapi dari di Kupang, NTT untuk memangkas panjangnya rantai distribusi sapi dari sentra-sentra produksi, yang disebutnya sebagai ´middleman´ alias perantara.
Mentan Amran Sulaiman tidak menampik tudingan miring tentang pengadaan sapi dengan kapal ternak, namun hal itu dianggapnya sebagai tantangan sekaligus ´passion´ untuk meningkatkan keuntungan peternak dan memenuhi kebutuhan rakyat akan daging sapi berkualitas dengan harga terjangkau.
Mentan pun memaparkan tentang surat kesepakatan yang ditekennya dengan para peternak dan stakeholders terkait, disaksikan oleh Gubernur NTT Frans Leburaya dan Kepala Staf Kodam IX/Udayana, Brigjen TNI Hadi Kusnan pada Rabu (18/11) di Hotel Aston Kupang.
Kesepakatan menyebutkan, masa karantina di Instalasi Karantina Hewan diperpendek waktunya dari satu hingga dua minggu menujadi satu atau dua hari, penerbitan surat desa dari Rp30.000 menjadi Rp10.000 per ekor sapi, penerbitan surat izin kabupaten hanya satu hari padahal sebelumnya hingga dua minggu, meniadakan pungutan pada pos di jalur distribusi ternak, pungutan lain-lain tidak ada dari sebelumnya Rp100.000 per ekor.
"Nah ini yang penting, biaya angkut sapi sebelumnya Rp1,8 juta menjadi Rp320 ribu per ekor, dan dengan kapal ternak tidak terjadi penyusutan bobot sapi yang biasanya hingga 30 persen dan kini hanya 10% sehingga menghemat enam ribu rupiah per kg bobot hidup, sehingga perkiraan harga daging sapi di Jakarta maksimal Rp75 ribu per kg," kata Mentan sambil memaparkan isi surat kesepakatan tersebut.
Untuk membuktikan transparansi dan akuntabilitas dari kesepatakan tersebut, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Kementan, Marihot H Panggabean berinisiatif menggandakan surat tersebut dan membagikannya kepada wartawan seperti tampak pada foto inset di atas.
Mentan menambahkan, harga break event point (BEP) daging sapi di NTT sebesar Rp80.000 per kg menjadi Rp62.000 per kg, sementara biaya pengiriman daging sapi dari NTT ke Jakarta menjadi Rp1.000 per kg dari sebelumnya rp3.500 per kg.
Jakarta (B2B) - Indonesian President Joko Widodo initiated the concept of sea toll to support the development of infrastructure by utilizing the sea as a means of transportation, and the concept was first implemented by the Agriculture Ministry to launched shipments of cattle from Kupang, East Nusa Tenggara (NTT) at the end of November, after six cattle ships was inaugurated by President Widodo on 10 November 2015 in Bangkalan, Madura of East Java province.
"I have report to President Widodo about shipments of cattle from Kupang in NTT utilizes cattle ships that were scheduled to arrive on Friday, December 11, 2015 in Port of Tanjung Priok. Thank God, President welcomed the implementation of the toll sea concept by ship cattle, and God willing he will attend when cattle ships arrived in Jakarta," Agriculture Minister, Andi Amran Sulaiman told the press at lunch together on Monday afternoon (7/12) after launched National Planting Movement in Tangerang, Banten.
He added that the main purpose of transporting cattle from Kupang, NTT to cut the chain of distribution of cattle production centers, which he termed as a middleman or brokers.
Minister Sulaiman acknowledges the negative view of the procurement of cattle with cattle ships, but it was considered as a challenge and passion, to increase the profits of farmers and meet the people´s need for quality beef and affordable.
He explained about the letter of agreement that he signed with farmers and stakeholders, witnessed by NTT Governor Frans Leburaya and Chief of Staff of Bali Military Command, Brigadier General Hadi Kusnan on Wednesday (18/11) at Kupang´s Aston Hotel.
The agreement states, the period of quarantine at the Animal Quarantine Installation shortened the time from one to two weeks to one or two days, the release of a letter from the village chief becomes 10,000 rupiahs and before 30,000 rupiahs per head of cattle, the issuance of a permit from the district whereas only one day prior to two week, negating the levy on the post in the distribution channels cattle, and no other levies but previously 100,000 rupiahs per head of cattle.
To prove the transparency and accountability of the letter agreement, the Head of Public Relations at the ministry, Marihot H Panggabean initiative doubling the letter, and distributed them to reporters as shown in inset photo above.
Minister Sulaiman added, the price of beef break event point in Kupang is 80,000 rupiahs per kg to 62,000 rupiahs per kg, while the cost of shipping beef from Kupang to Jakarta to 1,000 rupiahs per kg, from previously 3,500 rupiahs per kg.
