Kelompok Tani CSA Kebumen Gandeng Petani Muda Rintis Korporasi Petani via KEP
Indonesia Irrigation Development the Target of Government`s Loan Program
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Kebumen, Jateng [B2B] - Keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia, salah satunya dicirikan dalam penerapan teknologi pertanian di tingkat petani. Kendati demikian, kapasitas SDM pertanian harus senantiasa ditingkatkan dalam penerapan teknologi maju.
Terlebih, adanya dampak perubahan iklim saat ini, dicirikan dengan meningkatnya suhu udara, naiknya permukaan air laut dan perubahan pola musim hujan dan kemarau dapat mempengaruhi kegiatan budidaya tanaman. Apabila tidak segera diantisipasi akan memicu penurunan produktivitas, produksi dan mutu hasil pertanian. Hal ini dapat berpengaruh dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Sugeng Haryadi, penyuluh berkualifikasi CSA pada Balai Penyuluhan Pertanian [BPP] Kecamatan Ayah di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah melaporkan tentang pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani [KEP] Sumber Berkah di Desa Kedungweru, Kecamatan Ayah.
KEP Sumber Barokah didukung inovasi Pertanian Cerdas Iklim/Climate Smart Agriculture [CSA] yang diusung Kementerian Pertanian RI bersama Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] berupaya mendukung upaya SIMURP.
"Pengurus dan anggota KEP Sumber Barokah beserta petani milenial telah mengikuti Bimbingan Teknis atau Bimtek terkait KEP di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Ayah dengan materi tentang pembuatan pupuk, organik, perizinan usaha dan pemasaran," katanya.
Sugeng Haryadi yang juga Koordinator BPP Ayah mengatakan pihaknya berupaya menumbuhkembangkan kelembagaan petani berbasis skala usaha ekonomi, menjadi perintis awal untuk menggerakkan petani sekitarnya membentuk KEP dan mitra pemasaran yang menguntungkan.
Upaya SIMURP bagi eksistensi KEP CSA sejalan arahan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman mendorong, mendukung dan mengawal petani mengembangkan hilirisasi produk seperti dinistruksikan Presiden RI Joko Widodo, agar petani membentuk KEP sebagai cikal bakal korporasi petani.
"Penumbuhan KEP dimulai dari identifikasi dan menemukan pengusaha atau petani maju lokal yang mau dan mampu menjadi penggerak para petani di sekitarnya, membentuk kelembagaan ekonomi dan menjadi mitra usaha," katanya.
Plt Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi mengingatkan petani untuk mengembangkan produk olahan dari hasil pertanian, sehingga tidak lagi menjual produk mentah [raw product].
"Petani jangan lagi berfikir tanam, petik lalu jual. Bukan lagi jamannya, petani bekerja sendiri-sendiri. Harus berjamaah seperti pada KEP dan KWT [Kelompok Wanita Tani] didampingi penyuluh CSA," katanya.
Dedi Nursyamsi menambahkan, untuk membangun dan mengembangkan KEP sebagai cikal bakal korporasi harus didampingi penyuluh dengan melibatkan stakeholder terkait.
"Awali dari kelompok tani untuk membentuk korporasi petani. Sahamnya dari petani. Dukung dengan inovasi dan mekanisasi, agar petani mampu menguasai pertanian dari hulu ke hilir sebagai bisnis, bukan sekadar bertani," katanya.
Direktur NPIU SIMURP Kementan, Bustanul Arifin Caya mengatakan KEP dikembangkan SIMURP mengingat keberadaan Poktan maupun Gapoktan, yang belum memiliki kekuatan hukum kerapkali menjadi tidak berdaya apabila menghadapi permasalahan yang terkait pengembangan usaha, karena dianggap tidak memiliki kekuatan hukum," katanya.
Langkah awal pembentukan KEP cikal bakal korporasi petani dilakukan melalui transformasi manajemen kelembagaan petani, baik Poktan, Gapoktan maupun unit-unit usaha yang telah terbentuk, agar kelembagaan tersebut lebih terarah dalam berusahatani berorientasi agribisnis guna peningkatan pendapatan, nilai tambah, dan kesejahteraan petani.
Sementara Project Manager SIMURP, Sri Mulyani mengajak Poktan maupun Gapoktan yang berhasil mengembangkan usaha tani secara berkelompok, Poktan atau Gapoktan maupun sebagian dari anggota kelembagaan petani tersebut yang memenuhi persyaratan, berpeluang ditingkatkan kemampuannya untuk membentuk KEP. [timsimurpkementan]
Kebumen of Central Java [B2B] - The objective of the Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] with Indonesia Agriculture Ministry is to increase production and productivity, increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reduce the effect of greenhouse gases, and increase the income of farmers in irrigated areas and swamp areas.
The target is to increase cropping intensity through irrigation rehabilitation, revitalization and modernization activities, the realization of a sustainable irrigation system through the revitalization of irrigation management, increasing institutional strengthening, as well as increasing the capacity and competence of human resources in irrigation management and increasing production and productivity.
Increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reducing the greenhouse gas effect and increasing farmers´ income in irrigated areas and swamp areas.
SIMURP locations in 13 irrigation areas and two swamp areas namely Banyuasin and Katingan Regencies and 24 districts in 10 provinces.
The main objective is to increase motivation for agricultural extension workers, agricultural extension centers, farmer groups, women farmer groups and farmer economic groups in agribusiness-oriented farming.
