Prediksi FAO, Kementan Picu Semangat Petani Penyuluh Antisipasi Krisis Pangan

FAO Recognized Indonesia`s Commitment to Support Food Security

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Prediksi FAO, Kementan Picu Semangat Petani Penyuluh Antisipasi Krisis Pangan
VIDEOCONFERENCE: Kepala BPPSDMP Prof Dedi Nursyamsi memimpin kegiatan MSPP mewakili Mentan Syahrul Yasin Limpo, untuk menyapa petani dan penyuluh setiap Jumat melalui kegiatan Mentan Sapa Penyuluh dan Petani [MSPP].

Jakarta [B2B] - Petani dan penyuluh pertanian di seluruh Indonesia didorong oleh Kementerian Pertanian RI untuk meningkatkan sinergi dan kerja keras meningkatkan produksi pertanian, khususnya pangan pokok. Pasalnya, Badan Pangan Dunia [FAO] memprediksi kekeringan di Asia termasuk Indonesia di tengah pandemi Covid-19 sehingga Indonesia harus mengantisipasi hal itu sejak dini.

Seruan tersebut dikemukakan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] Prof Dedi Nursyamsi melalui videconference di Agriculture War Room [AWR] pada kegiatan rutin tiap hari Jumat bertajuk Mentan Sapa Penyuluh dan Petani [MSPP] di Jakarta [5/6].

Mewakili Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo pada kegiatan MSPP, Prof Dedi Nursyamsi mengingatkan petani dan penyuluh untuk melakukan berbagai upaya dalam menjamin ketersediaan pangan seperti diinstruksikan Mentan Syahrul. Pandemi Covid-19 berdampak ke sektor kehidupan termasuk ekonomi di antaranya pertanian. Sistem produksi, pengolahan hasil panen dan distribusi terganggu, yang semakin diperburuk lantaran prediksi FAO akan terjadi kekeringan di Asia, termasuk Indonesia.

“Berarti ada potensi gagal panen, ada potensi krisis pangan. Indonesia diprediksi termasuk negara yang mengalami krisis pangan. Kita harus segera antisipasi kekeringan dengan berbagai upaya dan cara. Kalau kita antisipasi, bisa beradaptasi, inshaa Allah tidak ada krisis pangan di Indonesia,” kata Dedi Nursyamsi.

Mentan Syahrul berulangkali mengingatkan dalam berbagai kesempatan bahwa ketersediaan pangan tidak boleh bersoal. “Pangan tidak boleh bermasalah. Pangan tidak boleh bersoal. Pertanian tidak boleh berhenti. Petani harus terus turun ke sawah, turun ke kebun dan genjot produksi di lahan. Penyuluh harus terus lakukan pendampingan kepada petani agar produktivitas terjaga.”

Dedi Nursyamsi pada kegiatan MSPP tersebut kembali menguraikan tentang peran penting pertanian bagi sebuah bangsa, karena setiap rakyatnya membutuhkan pangan yang hanya bisa dipenuhi oleh pertanian untuk menghasilkan kebutuhan pangan dan stabilitas nasional.

“Kalau suatu bangsa bisa menyediakan pangan, bangsa tersebut bisa eksis. Sebaliknya, jika tidak mampu maka akan terjadi distabilitas, disintegrasi, dan dampak buruk lainnya. Krisis di suatu negara umumnya diawal dari krisis pangan. Kalau kita mampu menyediakan pangan secara stabil dan utuh, NKRI pasti tetap stabil tetap utuh,” kata Kabadan.

Sektor pertanian tidak boleh berhenti. Pangan harus selalu tersedia. Syaratnya, petani harus tetap bekerja, penyuluh dan insan pertanian harus selalu bekerja. Langkah antisipasinya antara lain penyesuaian protokol produksi bahan baku, olahan pangan bagi jaminan kualitas dan keamanan pangan.

“Jangan sampai rantai pasok pangan terganggu. Harus lebih efisien dengan menggunakan segmentasi pasar modern dan pasar online. Pola transaksi juga harus berubah, gunakan penyediaan pangan berbasis platform internet of thing," kata Dedi Nursyamsi.

Diversifikasi Pangan Lokal
Diversifikasi pangan lokal juga menjadi kunci sukses mengatasi krisis pangan diikuti langkah pengendalian harga pangan untuk mengantisipasi inflasi pada komoditas yang volatile seperti beras, jagung, kedelai, cabe dan bawang. Saat ini komoditas pangan utama dipastikan aman khususnya beras, cabe, bawang merah, daging ayam, jagung dan minyak goreng.

"Apalagi April sampai Juni ini sejumlah daerah panen raya, tapi mulai sekarang kita tidak bisa mengandalkan pangan impor. Kita harus kembali konsumsi pangan lokal dan harus genjot seluruh produksi pangan lokal,” katanya.

Menurutnya, gerakan percepatan tanam musim kedua dapat menjadi solusi mengantisipasi krisi pangan. Setelah panen raya periode April - Juni, petani harus sebar benih, olah tanah, dan tanam lagi, dalam kurun waktu dua minggu setelah panen. Lakukan gerakan percepatan tanam, pastikan air ada, optimalkan alat mesin pertanian [Alsintan] untuk mempercepat proses produksi pangan.

“Petani dan penyuluh harus pastikan kesiapan cadangan beras di kecamatan, kabupaten, bahkan provinsi. Lakukan gerakan diversifikasi pangan lokal dengan slogan “indah, bahagia dangan makanan lokal”. Namun untuk saat ini bisa dipastikan secara nasional beras aman hingga Agustus,” tegasnya.

Prof Dedi Nursyamsi juga sempat dialog dengan penyuluh asal Ngawi, Jawa Timur, yang sedang bersiap mendampingi petani melakukan panen raya padi menggunakan mesin panen combine harvester.

“Dapat kami laporkan bahwan saat ini kami sedang bersiap melakukan kegiatan panen raya padi varietas Inpari 32. Panen raya ini kami lakukan menggunakan bantuan alsintan berupa combine harvester dan menghasilkan 8.4 ton per hektar”, kata tutur sang penyuluh. [Cha]

Jakarta [B2B] - The Food and Agriculture Organization of the United Nations [FAO] recognizes Indonesia´s commitment to strengthen food security. The first objective of food policy is to make the people enough food. Secondly, reducing poverty because of the food problem is a major contribution to poverty. Third, make farmers prosperous, then also make domestic food producers the greater its share support the fulfillment of food needs. Fourth, to make the state budget more effectively for the welfare of the people.