Berantas Tikus, Petani CSA Buayan Kebumen Andalkan Rumah Burung Hantu

Indonesia Irrigation Development the Target of Government`s Loan Program

Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Berantas Tikus, Petani CSA Buayan Kebumen Andalkan Rumah Burung Hantu
PROGRAM SIMURP: Penempatan Rumah Burung Hantu [Rubuha] memberi banyak manfaat antara lain menekan biaya pengeluaran per hektar sekitar Rp1 juta dan meniadakan kawat setrum yang berbahaya bagi petani.

Kebumen, Jateng [B2B] - Pertanian Cerdas Iklim/Climate Smart Agriculture [CSA] mendorong pengembangan Rumah Burung Hantu [Rubuha] melalui pemanfaatan burung hantu [tyto alba] sebagai predator pengendalian hama tikus yang merupakan organisme pengganggu tanaman disingkat OPT.

Pengembangan Rubuha didorong dan didukung oleh inovasi CSA yang diusung Kementerian Pertanian RI bersama  Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] pada 24 kabupaten di 10 provinsi di antaranya di Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.

Program SIMURP melaksanakan pembelajaran bagi para petani, dengan penerapan teknologi CSA yakni penggunaan pupuk kompos dan pestisida nabati serta pertanaman dengan sistem hambur kemudian dibuat lorong dan pemanfaatan predator burung hantu.

Kebumen merupakan salah satu lokasi kegiatan Program SIMURP yang dialokasikan pada 20 kecamatan melalui Balai Penyuluhan Pertanian [BPP] salah satuya adalah BPP Bayan. Diketahui, Kabupaten Kebumen di Jawa Tengah merupakan lokasi intervensi terluas dari Program SIMURP di Indonesia.

Upaya SIMURP sejalan arahan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman untuk meningkatkan produktivitas pertanian, dengan mengendalikan OPT melalui Pengendalian Hama Terpadu [PHT] salah satunya dengan Rubuha.

"Tujuan pembangunan pertanian adalah peningkatan produksi, peningkatan kualitas, meningkatkan intensitas pertanaman, serta budidaya yang ramah lingkungan melalui pengelolaan hama terpadu," katanya.

Hal senada dikemukakan Pelaksana Tugas [Plt] Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi bahwa petani Indonesia tidak boleh tertinggal, karena banyak inovasi teknologi dan mekanisasi dibuat untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

"Hama dan penyakit memicu kerusakan tanaman. Akibatnya, produktivitas menurun hingga gagal panen, maka dari itu, hama dan penyakit perlu dikendalikan apabila populasinya melampaui ambang ekonomi," katanya.

Salah satu upaya Kementan, kata Dedi Nursyamsi, dalam mendesiminasikan pertanian ramah lingkungan melalui Program SIMURP, yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku petani, sehingga dapat mewujudkan pertanian yang maju, mandiri dan modern.

Direktur National Project Implementation Unit [NPIU] SIMURP, Bustanul Arifin Caya mengatakan Program SIMURP di Kementan merekomendasikan burung hantu sebagai penangkal hama tikus.

Hal itu mengacu pada penelitian bahwa burung hantu memiliki kemampuan memakan tikus per malam minimal tiga ekor dan tetap memburunya jika dilihat meski tidak dimakan.

Project Manager SIMURP, Sri Mulyani mengatakan kemampuan utama burung hantu pada pengelihatan tajam pada intensitas cahaya minim dan pendengaran peka mampu mendengar tikus cicit sekitar 500 meter.

"Ketepatan menyambar sangat tinggi tanpa didengar mangsanya, dengan kepakan sayap tanpa suara karena bulunya halus," katanya.

Penempatan Rubuha di areal persawahan juga memberi banyak manfaat bagi petani CSA yakni menekan pengeluaran biaya per hektar senilai Rp1 juta; mengurangi pemasangan kawat setrum yang bisa mengakibatkan bahaya bagi pemasangnya atau petani lain; mencegah risiko gagal panen [puso] akibat hama tikus. [timsimurpkementan]

Kebumen of Central Java [B2B] - The objective of the Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] with Indonesia Agriculture Ministry is to increase production and productivity, increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reduce the effect of greenhouse gases, and increase the income of farmers in irrigated areas and swamp areas.

The target is to increase cropping intensity through irrigation rehabilitation, revitalization and modernization activities, the realization of a sustainable irrigation system through the revitalization of irrigation management, increasing institutional strengthening, as well as increasing the capacity and competence of human resources in irrigation management and increasing production and productivity.

Increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reducing the greenhouse gas effect and increasing farmers´ income in irrigated areas and swamp areas.

SIMURP locations in 13 irrigation areas and two swamp areas namely Banyuasin and Katingan Regencies and 24 districts in 10 provinces.

The main objective is to increase motivation for agricultural extension workers, agricultural extension centers, farmer groups, women farmer groups and farmer economic groups in agribusiness-oriented farming.