Perhepi ke-52, Kementan Perkuat KostraTani sebagai Hub Pemberdayaan Petani

Indonesian Govt Deploy Agriculture Extension Support the Farmers

Editor : Kemal A Praghotsa
Translator : Dhelia Gani


Perhepi ke-52, Kementan Perkuat KostraTani sebagai Hub Pemberdayaan Petani
TEKNOLOGI INFORMASI: Kostratani menghubungkan implementasi kebijakan dan program lebih sederhana, juga mengembangkan sistem jaringan kelembagaan petani untuk peningkatan kapasitas petani [Foto: BPPSDMP]

Jakarta [B2B] - Fungsi Komando Strategis Pembangunan Pertanian [KostraTani] dimaksimalkan oleh Kementerian Pertanian RI sebagai Hub [penghubung] pemberdayaan petani dengan memanfaatkan teknologi informasi [IT] untuk optimalisasi tugas, fungsi dan peran Balai Penyuluhan Pertanian [BPP] di tingkat kecamatan sebagai locust pembangunan pertanian.

Komitmen Kementan dielaborasi melalui Webinar Nasional pada peringatan HUT ke-52 Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia [Perhepi] di Jakarta, Sabtu [13/2]. Hadir Kepala BPPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi sebagai keynote speaker dan Ketua Umum Perhepi, Hermanto Siregar.

Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo menegaskan peran vital penyuluh pada pembangunan pertanian selaku garda terdepan mendampingi dan mengawal petani mendukung peningkatan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani.

"Penyuluh adalah garda terdepan pertanian. Peran penyuluh akan semakin kita perkuat pada Kostratani, intinya memperkuat peran BPP dalam pembangunan pertanian," kata Mentan Syahrul.

Dedi Nursyamsi selaku Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] mengatakan sebagai hub pemberdayaan petani, Kostratani bertugas menghubungkan implementasi kebijakan dan program lebih sederhana agar mudah dimengerti di lapangan. Juga mengembangkan sistem jaringan kelembagaan petani untuk peningkatan kapasitas dan pemberdayaan petani menuju korporasi petani.

Kostratani juga mempercepat laju dan arus pertukaran informasi pertanian berbasis digital atau Agricultural Knowledge and Innovation System [AKIS],  mengembangkan implementasi pertanian berkelanjutan untuk menghasilkan pangan berkualitas dan ramah lingkungan.

"Kostratani Juga integrasikan pengembangan kawasan dengan kesisteman rantai nilai pangan atau regional food hub serta fasilitasi perluasan dan akses pasar komoditas ertanian dalam berbagai platform," kata Dedi Nursyamsi.

Hermanto Siregar menambahkan bahwa Perhepi mendukung perubahan paradigma dalam pertanian melalui penyuluhan adalah sebuah keniscayaan, melalui Kostratani.

"Saatnya mengimplementasikan Kostratani sebagai paradigma perubahan pertanian dengan mengoptimalkan BPP sebagai kelembagaan di tingkat grassroot, sehingga pertanian bisa efektif dan sesuai," katanya.

Dedi Nursyamsi menambahkan tantangan utama KostraTani adalah keterbatasan SDM, kuantitas dan kualitas. Idealnya, satu penyuluh satu desa. Saat ini jumlah total penyuluh sekitar 38.000 berbanding jumlah desa sekitar 82.000, namun desa yang memiliki potensi pertanian sekitar 75.000.

"Artinya, jauh dari ideal. Bahkan ada satu penyuluh harus memegang lima sampai enam desa," kata Dedi.

Kementan menempuh strategi 5 Cara Bertindak [CB] yakni CB1 peningkatan kapasitas produksi, CB2 diversifikasi pangan lokal, CB3 penguatan cadangan dan sistem logistik pangan, CB4 pengembangan pertanian modern dan CB5 mendorong gerakan tiga kali ekspor.

Menurutnya, KostraTani didukung pemerintah pusat untuk sarana prasarana IT, daerah mendukung dengan APBD dan infrastruktur serta dukungan pihak swasta untuk pemberdayaan petani seperti sekolah lapang.

"Pertanian bukan hanya tanam dan panen, juga bisnis maka dikembangkan food estate berbasis korporasi petani. KostraTani membangun agro entrepreneur melalui fasilitasi agroinput, pendampingan teknologi dan inovasi, inkubator agribisnis, pembiayaan pertanian, fasilitasi pemasaran dan perlindungan hak petani," katanya. [Cha]

Jakarta [B2B] - Indonesian government in the next five years prioritizes the development of human resources that are ready to face globalization in the era of industrialization 4.0, carry out its role to develop millennial farmers who understand information and communication technology, according to the senior official of the agriculture ministry.