Bentuk Korporasi, Kementan Perkuat Kapasitas Petani Milenial Kakao Malang

Millennial Farmers are the Target of Indonesia East Java`s Grant Program

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Bentuk Korporasi, Kementan Perkuat Kapasitas Petani Milenial Kakao Malang
PROGRAM YESS JATIM: Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana [kanan] didampingi Project Manager PPIU YESS Jatim, Acep Hariri membuka FGD di BPP Sumawe guna mendukung pengembangan korporasi bagi petani kakao Malang.

Malang, Jatim [B2B] - Kapasitas dan kompetensi petani milenial senantiasa ditingkatkan oleh Kementerian Pertanian RI untuk mengelola pertanian dari hulu sampai hilir, mengakses modal perbankan, menguasai rantai distribusi dan pemasaran hingga menembus pasar domestik dan global melalui pengembangan korporasi, yang berorientasi laba bagi badan usaha dan kesejahteraan petani.

Upaya tersebut ditempuh Kementan melalui Politeknik Pembangunan Pertanian [Polbangtan] khususnya Polbangtan Malang selaku Provincial Project Implementation Unit [PPIU] atau Pelaksana Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services [YESS] di Provinsi Jawa Timur.

Pengembangan korporasi bagi petani milenial kakao menjadi orientasi PPIU YESS Jatim mengacu pada potensi 500 hektar lahan kakao dan kolaborasi dengan PT Cargill Indonesia yang diinisiasi oleh Polbangtan Malang, belum lama ini, yang direalisasikan dengan pendistribusian lebih 200 kg kakao kepada PT Cargill Indonesia pada November mendatang.

Guna mendukung pembentukan dan penguatan kluster komoditas kakao di Kabupaten Malang, PPIU YESS Jatim mengadakan Focus Group Discussion [FGD] pada Sabtu [14/10] di Balai Penyuluhan Pertanian [BPP] Sumawe di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, selaku Business Development Service Provider [BDSP] Program YESS.

Kegiatan FGD di BPP Sumawe dibuka Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana didampingi Project Manager PPIU Jatim, Acep Hariri yang menekankan tentang komitmen Kementan mendukung terbentuknya 320 ribu petani muda di pedesaan hingga 2025.

Langkah PPIU YESS sejalan kebijakan Kementan bahwa regenerasi petani menjadi fokus Kementan untuk menjamin keberlanjutan pembangunan pertanian maju, mandiri dan modern yang dimotori oleh petani milenial.

Kementan bersama International Fund for Agricultural Development [IFAD] berupaya menciptakan wirausahawan milenial tangguh dan berkualitas melalui Program YESS di antaranya Jawa Timur.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi menegaskan bahwa syarat utama penguatan kapasitas pertanian dengan penetapan model bisnis, membangun lembaga bisnis pertanian serta menjalankan proses bisnis.

"Selanjutnya, output kegiatan pertanian adalah promosi mencakup kemitraan, modal dan investasi sehingga hasil dalam ekosistem tersebut dapat mendukung akses petani ke pasar," katanya.

Dedi Nursyamsi menambahkan, peningkatan nilai tambah hasil produksi menjadi produk olahan, bukan lagi menjual bahan mentah, yang selama ini belum maksimal memberikan laba bagi petani.

FGD Kakao
Saat membuka FGD, Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana mengingat tentang pentingnya dukungan pemerintahan desa, untuk menunjang petani kluster komoditas kakao mengembangkan budidaya hingga distribusi dan pemasaran.

Para peserta FGD sepakat bahwa pemerintah desa memiliki peran kunci dalam memberikan dukungan infrastruktur, pelatihan, dan akses pasar kepada petani milenial.

"Tak kalah penting, Surat Keputusan [SK] dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Pemkab Malang untuk memperkuat lembaga korporasi petani," kata Udrayana yang akrab disapa Uud.

Dokumen resmi tersebut, katanya, diharapkan dapat memberikan landasan hukum bagi keberlangsungan korporasi, mengingat potensi kakao di Kabupaten Malang lebih 500 hektar harus didukung komitmen petani milenial.

"Keberadaam korporasi dapat menjadi solusi untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan dan meningkatkan hasil produksi kakao," kata Uud.

Dalam upaya meningkatkan kapasitas petani kakao Jatim,  Polbangtan Malang akan menjalin kerjasama dengan Dinas Perkebunan Pemprov Jatim. Kolaborasi trsebut diharapkan dapat memberikan pengetahuan, pelatihan dan dukungan teknis yang dibutuhkan oleh petani milenial kakao.

Sementara Project Manager PPIU Jatim, Acep Hariri menyoroti tentang langkah penting yang harus diperhatikan adalah ´pemanfaatan akses pasar´ melalui kerjasama yang telah dibangun Program YESS dengan PT Cargill Indonesia,
"Sebuah langkah strategis untuk membuka peluang akses pasar lebih luas bagi petani milenial Jatim," katanya.

Acep Hariri menambahkan bahwa Program YESS Jatim telah menyediakan pasar yang dijamin dan harga yang stabil, untuk memberikan kepastian pada petani dalam penjualan hasil kakao mereka.

Dia berharap pada November akan segera direalisasikan pengiriman kakao oleh petani milenial Malang kepada PT Cargill Indonesia, untuk memasok lebih 200 kg biji kakao.
 
"Dengan langkah-langkah konkrit ini, petani milenial kakao Jatim diharapkan merasakan dampak positifnya pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka, dengan menjadikan kakao sebagai pilar ekonomi," kata Acep Hariri. [didit/timhumasyessjatim]

Malang of East Java [B2B] - The role of agricultural vocational education in Indonesia such as the the Agricultural Development Polytechnic or the Polbangtan, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts to produce millennial entrepreneur.

Youth Enterpreneurship And Employment Support Services Programme or the YESS, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts for the millennial entrepreneur.

Indonesian Agriculture Ministry stated that the government´s commitment to developing agriculture, especially in the development of advanced, independent and modern agricultural human resources.

“The goal is to increase the income of farming families and ensure national food security. Farmer regeneration is a commitment that we must immediately realize," Minister Limpo said.

He reminded about the important role of vocational education, to produce millennial farmers who have an entrepreneurial spirit.

"Through vocational education, we connect campuses with industry so that Polbangtan graduates meet their needs and are ready for new things," Limpo said.