Shelly dan Synta Siap Resonansi Pertanian bagi Generasi Milenial Jatim
Millennial Farmers Development the Target of Indonesia East Java`s Grant Program
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Bogor, Jabar [B2B] - Shelly Ardita, akrab disapa Shelly merupakan petani milenial Pacitan pada subsektor peternakan, utamanya kambing peranakan etawa sejak 2019. Dia peternak milenial aktif dengan omset hingga Rp10 juta per bulan, dengan target pasar Kabupaten Pacitan.
Sosok berikutnya, Synta Shofiatul Khusniah usia 22 tahun dari Kabupaten Pasuruan, petani milenial dengan komoditas bunga sedap malam. Omset per bulan Rp24 juta dari pemasaran offline store di Kabupaten Pasuruan dan Malang. Sementara pemasaran online menyasar Mojokerto, Surabaya, Bali, Yogyakarta, Bandung dan Jakarta.
Keduanya layak disebut sebagai srikandi pertanian Jawa Timur, yang berkomitmen bahwa petani bukan lagi ´pekerjaan kotor´ melainkan profesi mulia lantaran hasil produksinya dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
“Petani bukan lagi pekerjaan yang kotor, melainkan merupakan pekerjaan yang sangat mulia," kata Shelly.
Synta memastikan, "bertani adalah pilihan, maka menjadi petani sukses harus penuh perjuangan. Jangan malu jadi petani. Petani itu keren."
Kedua srikandi pertanian Jatim tersebut didapuk sebagai peserta Young Ambassador Agriculture, yang digelar Kementerian Pertanian RI bersama Program Youth Enterpreneurship and Employement Support Services [YESS] dari Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] selama 4 hari, 2 - 5 Mei 2023 di IPB Convention Bogor.
Upaya BPPSDMP bersama Program YESS sejalan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo bahwa sektor pertanian adalah subsektor ekonomi yang menjanjikan meski dihadang pandemi Covid-19.
“Pemuda dan pemudi yang berani menjadi petani milenial itu pasti hebat, keren, tidak kekurangan, dan memiliki pemikiran prospek yang kuat. Karena anak muda punya pemikiran lebih maju daripada yang tua,” katanya.
Mentan Syahrul menilai generasi milenial sekarang memiliki potensi yang besar, dan harus diarahkan serta difasilitasi agar dapat mengelola usaha pertanian dalam skala bisnis dan menghasilkan laba.
Pendapat senada dikemukakan Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi bahwa tujuan kegiatan Young Ambassador Agriculture, untuk memilih dan memberikan pelatihan kepada generasi milenial yang berkiprah pada sektor pertanian dari seluruh Indonesia menjadi Duta Program YESS.
"Tujuan kegiatan Young Ambassador Agriculture sebagai ajang untuk mempromosikan dan mengajak kaum muda terlibat secara aktif di sektor pertanian melalui resonansi," katanya.
Dedi Nursyamsi menambahkan Kementan menyiapkan petani milenial menjadi influencer pertanian melalui resonansi, agar 10 hingga 20 tahun ke depan sektor pertanian akan digenggam oleh generasi milenial.
Menurutnya, ketersediaan pangan adalah keterjaminan hidup dan kehidupan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Kementan menyiapkan ´tiga amunisi´. Pertama, Smart Farming, cara cerdas melalui inovasi teknologi pertanian untuk meningkatkan hasil produksi dan produktivitas.
"Kedua, akses permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat atau KUR untuk mengembangkan usaha pertanian. Ketiga, kolaborasi dan kerjasama yang baik untuk mengelola pertanian dari hulu hingga hilir didukung stakeholders dan membangun networking," kata Dedi Nursyamsi.
Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana menegaskan komitmen pihaknya terus berupaya memfasilitasi generasi milenial melalui pendidikan vokasi pertanian pada Politeknik Pembangunan Pertanian [Polbangtan] untuk melahirkan petani milenial terdidik.
"Kita ubah pola pikir generasi muda bahwa pertanian itu keren, hebat, dan satu-satunya subsektor ekonomi yang menjanjikan, terlebih di tengah pandemi," katanya yang mendampingi Shelly Ardita dan Synta Shofiatul Khusniah pada Grand Final Young Ambassador Agriculture 2023 yang dihadiri Kepala BPPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi.
Project Manager YESS PPIU Jatim, Acep Hariri mengatakan Shelly Ardita dan Synta Shofiatul Khusniah lolos menjadi peserta Young Ambassador Agriculture 2023 setelah berkompetisi dengan 1.051 pendaftar.
"Mereka semakin aktif menyelesaikan tugas yang diberikan hingga mengantar keduanya lolos ke 50 Besar Grand Finalis," katanya.
Menurut Acep Hariri, eleksinya meliputi administrasi, potensi, boot camp hingga penjurian. Keduanya tak gentar, justru kian semangat karena mendapat sejumlah pelatihan seperti pengembangan bisnis, kemitraan, media sosial, leadership, dan pelatihan how to be a presenter and influencer sebagai Young Ambassador Agriculture.
“Saya sangat terkesan dengan semangat finalis Young Ambassador Agriculture 2023 dari seluruh Indonesia," kata Shelly.
Synta mengakui kemampuan kompetitornya dengan segudang pengalaman, "saya makin bersemangat, karena semua peserta sedang berproses menjadi petani milenial sukses untuk melakukan resonansi di daerah asal masing-masing agar lebih banyak generasi milenial tertarik pada pertanian."
Keduanya sepakat bahwa terpilih sebagai Young Ambassador Agriculture 2023 merupakan awal perjuangan untuk menginspirasi dan kebermanfaatan bagi generasi milenial pada sektor pertanian.
Bogor of West Java [B2B] - The role of agricultural vocational education in Indonesia such as the the Agricultural Development Polytechnic or the Polbangtan to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts to produce millennial entrepreneur.
Youth Enterpreneurship And Employment Support Services Programme or the YESS, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts for the millennial entrepreneur.
Indonesian Agriculture Minister Syahrul Indonesia Yasin Limpo stated that the government´s commitment to developing agriculture, especially in the development of advanced, independent and modern agricultural human resources.
“The goal is to increase the income of farming families and ensure national food security. Farmer regeneration is a commitment that we must immediately realize," Minister Limpo said.
He reminded about the important role of vocational education, to produce millennial farmers who have an entrepreneurial spirit.
"Through vocational education, we connect campuses with industry so that Polbangtan graduates meet their needs and are ready for new things," Limpo said.
