Produk Olahan CSA, Kementan Kawal KWT di Takalar Sulsel Tangkal Stunting
Indonesia Irrigation Development the Target of Government`s Grant Program
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Takalar, Sulsel [B2B] - Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture berupaya mengembangkan produk hulu pada budidaya [on farm] hingga pengolahan pasca panen di hilir, Kementerian Pertanian RI mendorong dan mengawal usaha produktif skala rumah tangga bagi kesejahteraan keluarga petani, meningkatkan ekonomi masyarakat dan menangkal stunting.
Upaya tersebut dikembangkan Kementan bersama Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] melalui pemberdayaan Kelompok Wanita Tani [KWT] pada 24 kabupaten di 10 provinsi wilayah kerja SIMURP seperti halnya di Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Sejumlah wanita tani anggota KWT Mujur Bersama di Kelurahan Bulukunyi, Kecamatan Polongbangkeng Selatan [Polsel] antusias mengikuti Bimbingan Teknis [Bimtek] CSA bertajuk ´Pengembangan dan pembinaan KWT´ yang dibuka oleh Kepala Bidang Penyuluhan Pertanian Pemkab Takalar, Muhammad Amin pada Rabu pekan lalu [26/7].
Kegiatan Bimtek tersebut sejalan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo menuntut hadirnya wanita tani yang mandiri, aktif dan kreatif untuk bersaing di tengah tantangan sektor pertanian ke depan.
"Kementan tiada henti mendorong wanita tani untuk kreatif dan inovatif dalam menghadapi tantangan global. Terkait ketahanan pangan nasional, dengan menggagas ide besar, menciptakan peluang baru di sektor pertanian," katanya.
Diversifikasi pangan lokal, kata Mentan, adalah kekayaan dan budaya bangsa. Bukan hanya beras yang kita miliki. Kita juga memiliki aneka pangan pokok. Ada ubi-ubian, jagung, sorgum, sagu, kentang, labu dan lainnya.
"Upaya sekecil apa pun akan menjadi langkah untuk turut memperkuat ketahanan bangsa yang artinya kita memiliki kekuatan dan kemampuan bersama," katanya.
Kepala Badan Penyuluh dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi mendukung penuh diversifikasi pangan lokal untuk ketahanan pangan nasional.
Dia pun memberi kiat dan trik tentang cara menghadapi krisis pangan global, yakni mengganti produk pangan supaya tidak terjadi krisis berkepanjangan.
Wanita tani melalui KWT harus menyikapi hal itu, kata Dedi Nursyamsi, harus memiliki visi dan kreatif mencari alternatif pangan substitusi untuk mulai dikenalkan dan dikonsumsi oleh masyarakat.
"Ganti beras dan gandum dengan ubi, singkong, jagung. Jangan mau dikalahkan krisis. Wanita tani kreatif akan selalu punya cara agar produk olahan tetap berproduksi dengan pangan alternatif," katanya lagi.
Sementara Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP Kementan [Pusluhtan] Bustanul Arifin Caya menegaskan komitmen pemerintah pada upaya mengantisipasi dampak negatif perubahan iklim global melalui CSA.
"Tujuannya, meningkatkan produksi, produktivitas, indeks pertanaman atau dan menurunkan emisi Gas Rumah Kaca disingkat GRK," katanya.
Tangkal Stunting
Kabid Penyuluhan Pertanian Pemkab Takalar, Muhammad Amin mengatakan bahwa Takalar memiliki keanekaragaman hayati tanaman sumber karbohidrat termasuk ubi-ubian seperti singkong, ubi jalar dan talas.
"Keberadaan KWT Mujur Bersama juga dapat membantu mengatasi ketersediaan gizi terutama penanganan stunting," katanya.
Kegiatan Bimtek dihadiri penyuluh Distan Takalar, Hj Mulia; Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian [BPP] Polsel, Wardana Tika; Lurah Bulukunyi, Nasaruddin Daud; para penyuluh BPP Polsel; dan Ketua KWT Mujur Bersama.
Muhammad Amin berharap KWT Mujur Bersama dan KWT lain di Takalar dapat membantu ketersediaan gizi untuk mengatasi stunting guna mendukung upaya pemerintah pusat dan daerah menekan angka stunting melalui sosialisasi kemasyarakatan, dengan aktif berpartisipasi pada pengembangan, penyediaan dan konsumsi pangan.
"Aktif sosialisasikan pada masyarakat, dengan mengajak untuk memanfatkan pekarangan rumahnya untuk ditanami komoditas tanaman sayuran maupun tanaman lainnya," katanya.
Pasalnya, kata Muhammad Amin, pangan alternatif sumber karbohidrat tersedia dan tumbuh subur di Takalar dapat diolah menjadi kuliner tradisional maupun modern untuk dikonsumsi sebagai penganan sehat dan bergizi.
“Agar pemanfaatan lebih maksimal maka bahan pangan alternatif diolah, diproses menjadi berbagai jenis produk olahan yang sudah di kemasan baik berbentuk kue, serta makanan lainnya untuk peningkatkan ekonomi,” katanya.
Dia menambahkan proses pengolahan pangan lokal menjadi sumber karbohidrat alternatif tidak terlepas dari peran dan kemampuan para anggota KWT sesuai potensi pangan lokal yang dikembangkan di masing-masing wilayah kelompok tani.
Sementara penyuluh Distan Takalar, Hj Muhlia mengurai materi dengan mempraktikkan cara membuat olahan makanan kepada anggota KWT seperti keripik terbuat singkong, keripik pisang dan jamu serta produk lainnya. [timsimurpkementan]
Takalar of South Sulawesi [B2B] - The objective of the Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] with Indonesia Agriculture Ministry is to increase production and productivity, increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reduce the effect of greenhouse gases, and increase the income of farmers in irrigated areas and swamp areas.
The target is to increase cropping intensity through irrigation rehabilitation, revitalization and modernization activities, the realization of a sustainable irrigation system through the revitalization of irrigation management, increasing institutional strengthening, as well as increasing the capacity and competence of human resources in irrigation management and increasing production and productivity.
Increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reducing the greenhouse gas effect and increasing farmers´ income in irrigated areas and swamp areas.
SIMURP locations in 13 irrigation areas and two swamp areas namely Banyuasin and Katingan Regencies and 17 districts in eight provinces.
The main objective is to increase motivation for agricultural extension workers, agricultural extension centers, farmer groups, women farmer groups and farmer economic groups in agribusiness-oriented farming.
