Kementan Serukan Petani Takalar Sebarkan Teknologi CSA ke Luar Lokasi Demplot

Indonesia Irrigation Development the Target of Government`s Grant Program

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Kementan Serukan Petani Takalar Sebarkan Teknologi CSA ke Luar Lokasi Demplot
SIMURP KEMENTAN: Rakor SIMURP 2023 digelar Kementan bersama SIMURP pada 24 kabupaten di 10 provinsi di antaranya Kabupaten Takalar, Sulsel bertujuan untuk percepatan pelaksanaan kegiatan SIMURP dengan mendorong peran aktif pemerintah daerah mendukung sukses petani CSA.

Takalar, Sulsel [B2B] - Komunikasi berantai di era teknologi informasi dapat menjadi referensi, untuk menyebarluaskan teknologi Climate Smart Agriculture [CSA] di luar lokasi Demonstration Plot [Demplot] agar CSA berkelanjutan dapat diketahui, difahami dan diterapkan di luar wilayah SIMURP.

Seruan tersebut mengemuka pada Rapat Kordinasi [Rakor] Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project 2023 [SIMURP] di Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan [Sulsel] pada awal Agustus lalu.

Rakor digelar Kementerian Pertanian RI bersama SIMURP dan Pemkab Takalar guna percepatan pelaksanaan kegiatan SIMURP TA 2023. Rakor dibuka Kepala Dinas TPHP Takalar, H Abdul Haris yang dihadiri Kasie Penyuluhan Dinas TPHP Pemprov Sulsel, Hartati dan Penyuluh Pusat Kementan, Siti Nurjanah selaku Tim Evaluasi Program SIMURP 2023.

Upaya tersebut sejalan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo yang mengaku happy pada para bupati dan gubernur yang agresif memperjuangkan kebutuhan pangan masyarakatnya.

"Saya suka bupati dan gubernur yang agresif karena kita bisa memecahkan masalah langsung di lapangan, juga harus membuktikan kerja nyata di lapangan," katanya.

Menurut Mentan Syahrul, persoalan pertanian memang harus dipecahkan bersama dengan mempererat komunikasi dan koordinasi antar lembaga/kementerian serta pimpinan daerah hingga level camat dan lurah.

"Tidak bisa hanya menteri pertanian. Sandarannya tetap ada pada kepala daerah yakni gubernur dan bupati," katanya.

Harapan senada dikemukakan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi agar pemerintah daerah mendukung program Kementan melalui SIMURP.

"Selain pengelolaan dan pengembangan irigasi partisipatif menuju modernisasi irigasi untuk masa yang akan datang, juga integrasi kebijakan nasional dan daerah," katanya.

Sinergi dan integrasi tersebut, kata Dedi Nursyamsi, akan mendukung pelaksanaan di lapangan, terutama dalam mengatur pola tanam dan rencana pengelolaan sumber daya air yang menguntungkan petani.

Menurutnya, penyuluh, mantri pengairan, aparat desa dan petugas instansi terkait lainnya dalam pemberdayaan masyarakat petani pemakai air, baik yang tergabung dalam Perkumpulan Petani Pemakai Air [P3A] maupun kelompok tani dan Gapoktan berjalan harmonis dan saling melengkapi.

Kepala Pusluhtan, Bustanul Arifin Caya berharap pada pemerintah daerah berperan aktif mengawal dan mendampingi kegiatan CSA di lokasi SIMURP.

"Pemda melakukan pengawalan peningkatan produksi, produktivitas dan IP di lokasi SIMURP serta replikasi teknologi CSA secara masif melalui sosialisasi dan media," katanya.

Rakor SIMURP
Rakor Takalar dihadiri Bapelitbangda, Kepala Balai Besar Wialayah Sungai Pompengan Je’neberang, Koordinator Tanaga Pendamping Masyarakat [KTPM] Takalar, Alumni Training of Master [TOM] Takalar, Koordinotor Balai Penyuluhan Pertanian [BPP] pada tiga kecamatan pelaksana SIMURP didampingi penyuluh dan pendamping petani, perwakilan P3A, perwakilan Poktan, Kelembagaan Ekonomi Petani [KEP] dan Kelompok Wanita Tani [KWT] yang terlibat Program SIMURP.

Kesimpulan dari sejumlah pelaksanaan teknis kegiatan di lapangan, Rakor SIMURP Takalar merekomendasi pada semua pihak terlibat agar mengupayakan penerapan CSA berkelanjutan, sehingga tersebar di luar lokasi Demplot CSA agar petani non CSA bisa dan mengerti materi CSA maupun kegiatan SIMURP yang sudah berjalan.

Penyuluh Pusat Siti Nurjanah mengatakan Rakor Takalar menyerukan petani di luar penyuluh bersama petani dan pihak terkait mendorong penyebarluasan teknologi CSA, karena terbukti mendukung peningkatan produksi usaha tani pada 2020 - 2023 pada lokasi Demplot CSA.

Komunikasi Getok Tular [Word of Mouth] layak diterapkan, berupa komunikasi berantai yang beredar dengan sendirinya pada komunitas tertentu, merujuk penyampaian informasi yang umumnya dilakukan secara lisan, informal dari seseorang kepada orang lain secara pribadi, antara dua individu atau lebih, seperti dikemukakan Rudy Harjanto dan Deddy Mulyana berjudul Komunikasi Getok Tular Pengantar Popularitas Merek yang dilansir https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/view/1131

Perkembangan teknologi memungkinkan komunikasi getok tular juga berkembang melalui internet, situs web, maupun halaman-halaman profil online, posting dalam blog-blog pribadi maupun pertukaran informasi melalui email. Mereka memperkaya isi percakapan dengan informasi pandangan, pengetahuan, dan sebagainya, secara terus-menerus.

Komunikasi getok tular tumbuh subur dalam masyarakat kolektivis, seperti di Indonesia, karena dalam masyarakat kolektivis, diri [self] tidak bersifat unik atau otonom, melainkan lebur dalam kelompok keluarga, klan, kelompok kerja, sukubangsa, bangsa, dsb].

Secara tradisional, komunikasi getok tular terjadi pada saat orang-orang sangat berminat pada topik yang diperbincangkan. Komunikasi getok tular dapat dikembangkan sebagai saluran referensi untuk mempopularkan merek [produk] karena khalayak sasaran lebih percaya pada pesan yang disampaikan oleh orang yang mereka kenal, dan mereka hargai. [timsimurpkementan]

Takalar of South Sulawesi [B2B] - The objective of the Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] with Indonesia Agriculture Ministry is to increase production and productivity, increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reduce the effect of greenhouse gases, and increase the income of farmers in irrigated areas and swamp areas.

The target is to increase cropping intensity through irrigation rehabilitation, revitalization and modernization activities, the realization of a sustainable irrigation system through the revitalization of irrigation management, increasing institutional strengthening, as well as increasing the capacity and competence of human resources in irrigation management and increasing production and productivity.

Increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reducing the greenhouse gas effect and increasing farmers´ income in irrigated areas and swamp areas.

SIMURP locations in 13 irrigation areas and two swamp areas namely Banyuasin and Katingan Regencies and 17 districts in eight provinces.

The main objective is to increase motivation for agricultural extension workers, agricultural extension centers, farmer groups, women farmer groups and farmer economic groups in agribusiness-oriented farming.