Polbangtan Malang Gencarkan Genta Organik di Jatim melalui Sekolah Lapang

Millennial Farmers Development are the Target of Indonesia`s Polbangtan Malang

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Polbangtan Malang Gencarkan Genta Organik di Jatim melalui Sekolah Lapang
POLBANGTAN MALANG: Direktur Setya Budhi Udrayana mendorong petani di Jawa Timur melalui Sekolah Lapang, yang didampingi penyuluh untuk memproduksi dan memanfaatkan pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah sebagai solusi mengatasi melambungnya harga pupuk anorganik.

Trenggalek, Jatim [B2B] - Krisis pangan merupakan kondisi ketika bahaya pangan akut dan malnutrisi meningkat tajam. Ketahanan pangan dinilai tidak aman ketika ketersediaan pangan lebih kecil dibandingkan permintaan pangan oleh masyarakat.

Kondisi tersebut akan memicu kondisi ekonomi menjadi tidak stabil. Krisis pangan dapat terjadi karena latar belakang alami akibat kelangkaan dan kenaikan bahan pangan.

Penyebab lain krisis pangan karena iklim tidak mendukung produksi yang disebabkan terjadinya intrusi air laut, fenomena El Nino dan La Nina, serangan organisme pengganggu tanaman [OPT], pandemi dan situasi geopolitik.

Dalam menyikapi kondisi krisis pangan tersebut produktivitas hasil pertanian harus tetap terjaga. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas hasil pertanian di Indonesia adalah ketersediaan dan kecukupan pupuk anorganik (pupuk kimia).

Guna memenuhi ketersediaan dan kecukupan pupuk anorganik tersebut yang beberapa bahan bakunya masih tergantung impor dari negara lain seperti phospat dan kalium klorida yang menyebabkan harga pupuk menjadi sangat mahal.

Menyikapi mahalnya harga pupuk anorganik tersebut, Kementerian Pertanian RI melakukan antisipasi agar ketersediaan pangan aman, yang dilakukan dengan mendorong petani menggunakan pupuk organik secara masif.

Terkait hal tersebut Kementan meluncurkan Gerakan Tani Pro-Organik disingkat Genta Organik, yang merupakan suatu gerakan yang mendorong pemanfaatan pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah sebagai solusi terhadap masalah pupuk mahal. Gerakan yang mendorong petani memproduksinya secara mandiri.

Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa salah satu cara untuk memperbaiki kesuburan tanah, dengan mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan terus meningkatkan penggunaan pupuk organik yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil pertanian.

"Salah satu cara memperbaiki kesuburan tanah adalah mengurangi penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan pupuk organik. Dengan demikian, produksi pertanian dapat ditingkatkan dan pencemaran lingkungan bisa ditekan," katanya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan dari berbagai hasil riset dan pengalaman petani, yang menyuburkan tanah bukan hanya pupuk kimia saja, juga pupuk organik, pupuk hayati, mikroorganisme lokal dan pembenah tanah.

"Pupuk organik, hayati dan pembenah tanah petani mampu membuat sendiri, asalkan mau. Tidak ada alasan untuk tidak menyuburkan tanah di saat pupuk mahal," ujar Dedi.

Politeknik Pembangunan Pertanian [Polbangtan] khususnya Polbangtan Malang selaku Unit Pelaksana Teknis dari BPPSDMP Kementan melakukan pengawalan dan pendampingan pada kegiatan Sekolah Lapang [SL] yang berlangsung Selasa [29/3].

SL mengusung tema ´Pupuk Hayati Cair, Pupuk Organik dan Pestisida Nabati´ berlangsung di Balai Penyuluhan Pertanian [BPP] Tugu di Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur [Jatim].

Kegiatan SL dihadiri Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana yang diwakili oleh Staf Unit Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat [UPPM] Polbangtan Malang sekaligus menjadi pemateri yakni Yendri Junaidi dan Lisa Navitasari.

Hadir pula Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek, Didik Susanto dan 100 orang peserta dari perwakilan 10 kelompok tani dari wilayah kerja BPP Tugu.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek, Didik Santoso mengatakan bahwa pendapatan Kabupaten Trenggalek diisi oleh sektor pertanian sejumlah 60%, sehingga dengan kelangkaan pupuk kimia, Trenggalek menjadi salah satu kabupaten yang terimbas dampaknya.

“Dengan adanya Sekolah Lapang, kami berharap mampu menjadi solusi dalam menghadapi masalah pupuk kimia ini," katanya.

Pupuk organik, pupuk hayati dan pestisida nabati menjadi solusi yang sangat baik, dikarenakan kita diarahkan untuk kembali menggunakan kearifan lokal, yang lebih ekonomis dan mudah didapatkan.

"Harapan kami dengan antusiasme para petani sejumlah 100 orang, mampu mendorong peningkatan produksi padi di Kabupaten Trenggalek pada masa mendatang,” katanya.

Kabid Penyuluhan Dinas Pertanian Pemprov Jatim mengatakan bahwa kegiatan SL Genta Organik di Jatim berlangsung di lima kabupaten, salah satunya di Kabupaten Trenggalek.

Kabupaten Trenggalek menunjukan progress yang sangat signifikan, karena sudah melakukan sosialisasi, rembug tani dan kali ini adalah materi terkait “Pupuk Hayati, Pupuk Organik dan Pestisida Nabati”.

"Dinas berharap materi yang disampaikan dapat menjadi bekal dalam menerapkan pertanian yang tidak bergantung lagi terhadap pupuk kimia," katanya.

Pemateri Yendri Junaidi menerangkan bahwa kegiatan SL Genta Organik adalah bentuk kepedulian nyata dari pemerintah pusat dalam hal ini adalah Kementan.

“Kementan mendukung kegiatan Genta Organik dengan melibatkan semua sektor pertanian mulai dari eselon satu, dinas pertanian provinsi dan kabupaten.

Materi SL Genta Organik kali ini merupakan materi yang sangat teknis dan aplikatif bagi bapak ibu petani yang mana materi terkait dengan ´Pupuk Hayati, Pupuk Organik dan Pestisida Nabati´.

Pemateri kedua, Lisa Navitasari, menambahkan bahwa istilah pupuk hayati merujuk pada inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman. Tersedianya hara ini dapat berlangsung melalui peningkatan akses tanaman terhadap hara.

“Pupuk hayati itu penting dalam kesehatan tanah sebab, mikroba yang dikandung pupuk hayati dianalogikan sebagai koki/juru masak di dalam tanah," katanya lagi.

Sebagai koki, mikroba tersebut menjalankan berbagai siklus hara di dalam tanah sehingga tanaman dapat menyerap hara lebih efisien dan keberlangsungan tanah sebagai media tumbuh tanaman dapat lestari,” imbuh Lisa. [didit/timhumaspolbangtanmalang]

Trenggalek of East Java [B2B] - The role of agricultural vocational education in Indonesia such as the the Agricultural Development Polytechnic or the PEPI Serpong, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts to produce millennial entrepreneur.

Youth Enterpreneurship And Employment Support Services Program or the YESS, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts for the millennial entrepreneur.

Indonesian Agriculture Minister Syahrul Indonesia Yasin Limpo stated that the government´s commitment to developing agriculture, especially in the development of advanced, independent and modern agricultural human resources.

“The goal is to increase the income of farming families and ensure national food security. Farmer regeneration is a commitment that we must immediately realize," Minister Limpo said.

He reminded about the important role of vocational education, to produce millennial farmers who have an entrepreneurial spirit.

"Through vocational education, we connect campuses with industry so that Polbangtan graduates meet their needs and are ready for new things," Limpo said.