Testimoni Petani Demak, Teknologi CSA Scalling Up Tingkatkan Produktivitas
Indonesia Irrigation Development the Target of Government`s Grant Program
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Demak, Jateng [B2B] - Sejumlah petani Demak memberi testimoni tentang penerapan teknologi Pertanian Cerdas Iklim [Climate Smart Agriculture/CSA] dengan Scalling Up pada lokasi sampel penyuluhan berupa Demonstration Plot [Demplot] dari CSA meningkatkan produksi dan menekan hama penyakit pada lahan di Desa Poncoharjo, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah.
Testimoni tersebut dikemukakan perwakilan petani demonstrator dari Poktan Sumber Makmur, Rahmadi dari perwakilan Perkumpulan Petani Pemakai Air [P3A] dan Koordinator Penyuluh Pendamping BPP Bonang, Muhammad Hanif pada Farmer Field Day [FFD] yang dihadiri Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak, yang diwakili oleh Kabid Sarana Prasarana dan Penyuluhan, Sri Sulistyowati.
Testimoni tentang CSA mengemuka pada FFD Scalling Up penerapan teknologi CSA dari kegiatan Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] oleh Kementerian Pertanian RI yang dilangsungkan oleh BPP Bonang di bawah koordinasi Dinas Pertanian dan Pangan Pemerintah Kabupaten [Pemkab] Demak, medio Juni lalu.
Langkah SIMURP sejalan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo bahwa menjaga lingkungan juga sangat penting dilakukan dalam aktivitas pertanian.
"Kegiatan CSA sangat penting untuk mendukung pertanian berkelanjutan agar produktivitas padi semakin meningkat, petani sejahtera dan tidak merusak lingkungan," katanya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa CSA merupakan suatu pendekatan yang mengubah dan reorientasi sistem produksi pertanian dan rantai nilai pangan.
"Keduanya mendukung pertanian berkelanjutan yang dapat memastikan ketahanan pangan dalam kondisi perubahan iklim," katanya.
Dedi Nursyamsi menambahkan adapun tujuan CSA yakni peningkatan intensitas pertanaman, penguatan adaptasi, mitigasi dan menghilangkan emisi gas rumah kaca.
"Juga teknologi hemat air seperti pemberian air secara terputus-putus, penggunaan pupuk organik serta pestisida nabati juga merupakan tujuan CSA," katanya.
Pernyataan senada dikemukakan Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP Kementan [Pusluhtan] Bustanul Arifin Caya menegaskan komitmen pemerintah pada upaya mengantisipasi dampak negatif perubahan iklim global melalui CSA.
"Tujuannya, meningkatkan produksi, produktivitas, indeks pertanaman [IP] dan menurunkan emisi Gas Rumah Kaca disingkat GRK," katanya.
Farmer Field Day
Koordinator Penyuluh Pendamping BPP Bonang, Muhammad Hanif mengatakan Scaling Up berarti pula sebagai penerapan teknologi di lapangan secara langsung berupa Demplot yang biasanya memiliki lahan uji coba seluas satu hektar.
"Namun di Desa Poncoharjo, demplot yang diterapkan tak biasa yakni seluas 50 hektar. Tujuan Demplot untuk meningkatkan produktivitas padi lewat perlakuan khusus sebelumnya," katanya.
Kabid Sarana Prasarana dan Penyuluhan pada Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak, Sri Sulistyowati mengatakan bahwa Poncoharjo adalah Desa paling luas di antara Desa lain. Harapannya, Program Scalling Up ini diterapkan pada kelompok tani lainnya.
"Mohon kelompok tani yang mengikuti program tersebut diprioritaskan," katanya.
Menurut Sri Sulistyowati, pihaknya tengah menyiapkan beberapa Alsintan untuk mendukung kegiatan para petani setempat.
Perwakilan P3A Rahmadi mengatakan dalam pengelolaan sebenarnya butuh air, namun telah bekerja sama dengan pengelola P3A. "Sistem pengairan aman. Kendalanya dari infrastruktur pengelolaan air.”
Muhammad Hanif, Koordinator Penyuluh Pendamping menjelaskan bahwa Scaling Up memang melibatkan Poktan Sumber Makmur karena berdekatan serta memiliki satu aliran air juga tergabung dalam P3A.
"Dulu kelompok tani kurang menerapkan teknologi CSA dalam pengendalian hama terpadu. Dengan karakter petani dan dinamika lapangan, Alhamdulillah, kini terbuka lebar mengenai teknologi," katanya.
Kendala selanjutnya di lapangan, aku Hanif, petani kurang menerapkan pupuk organik, sehingga penerapan teknologi CSA-nya dengan pupuk organik dan pemupukan berimbang.
“Terkendala jarak tanam antara yang biasa dilakukan petani dengan alat penabur benih. Ketika kolaborasi kita bisa setting, sehingga jarak tanam bisa berkurang. Kalau tidak dibantu combine harvester, tenaga kerja buat panen terkendala karena butuh banyak orang,” katanya. [timsimurpkementan]
Demak of Central Java [B2B] - The objective of the Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] with Indonesia Agriculture Ministry is to increase production and productivity, increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reduce the effect of greenhouse gases, and increase the income of farmers in irrigated areas and swamp areas.
The target is to increase cropping intensity through irrigation rehabilitation, revitalization and modernization activities, the realization of a sustainable irrigation system through the revitalization of irrigation management, increasing institutional strengthening, as well as increasing the capacity and competence of human resources in irrigation management and increasing production and productivity.
Increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reducing the greenhouse gas effect and increasing farmers´ income in irrigated areas and swamp areas.
SIMURP locations in 13 irrigation areas and two swamp areas namely Banyuasin and Katingan Regencies and 17 districts in eight provinces.
The main objective is to increase motivation for agricultural extension workers, agricultural extension centers, farmer groups, women farmer groups and farmer economic groups in agribusiness-oriented farming.
