Kementan Kawal Penyuluh CSA Lombok Tengah Ukur Emisi Gas Rumah Kaca

Indonesia Irrigation Development the Target of Government`s Grant Program

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Kementan Kawal Penyuluh CSA Lombok Tengah Ukur Emisi Gas Rumah Kaca
PROGRAM SIMURP: BPP Praya sebagai salah satu pelaksana kegiatan SIMURP di Lombok Tengah, NTB mengukur emisi GRK oleh petani dan penyuluh. Pengukuran pertama pada varietas Inpari 32 usia 30 hari sesudah tanam [HST].

Lombok Tengah, NTB [B2B] - Pengukuran emisi Gas Rumah Kaca [GRK] dengan teknologi Pertanian Cerdas Iklim/Climate Smart Agriculture [CSA] bertujuan menempa kemampuan dan ketangguhan petani terhadap perubahan iklim. Caranya? Dengan menekan emisi GRK sehingga produktivitas tanaman meningkat dan pendapatan petani pun ikut meningkat.

Upaya tersebut dilakukan oleh Kementerian Pertanian RI bersama Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] pada 24 kabupaten di 10 provinsi pelaksana SIMURP, salah satunya Kabupaten Lombok Tengah di Provinsi Nusa Tenggara Barat [NTB].

Kementan bersama SIMURP mendukung Balai Penyuluhan Pertanian [BPP] Praya, salah satu dari enam BPP pelaksana  SIMURP di Lombok Tengah, NTB pada lahan kelompok tani [Poktan] Subur Makmur pada Selasa [30/1].

Pengukuran emisi GRK melalui ´Laboratorium Lapangan´ berupa Demplot Scalling Up dengan teknologi CSA SIMURP dan lahan Non CSA di sekitarnya. Pengukuran pertama pada varietas Inpari 32 usia 30 hari sesudah tanam [HST] dan pengukuran kedua akan berlangsung untuk 60 HST.

Langkah SIMURP sejalan arahan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman bahwa menjaga lingkungan juga sangat penting dilakukan dalam aktivitas pertanian.

"Di balik produktivitas yang kita genjot, lingkungan harus diperhatikan, yang bisa kita lakukan adalah menurunkan emisi gas rumah kaca atau GRK," katanya.

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi mengatakan Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi GRK sebesar 29% dengan upaya sendiri di bawah business as usual [BAU] pada 2030, sementara dengan dukungan internasional hingga 41%.

"Kita butuh aksi adaptasi. Setiap aksi yang dilakukan, untuk mengantisipasi dampak buruk perubahan iklim serta menjaga kedaulatan pangan. Hal ini menjadi prioritas utama pembangunan pertanian," katanya.

Dedi Nursyamsi mengatakan, dibutuhkan juga aksi mitigasi, dimana setiap aksi harus bertujuan pada penurunan emisi GRK, tetapi harus mendukung upaya peningkatan produksi dan produktivitas pertanian.

"Sudah ada inovasi teknologi mitigasi GRK yang diterapkan petani seperti menerapkan pengairan berselang, penggunaan bahan organik matang, varietas padi rendah emisi metana paket teknologi Climate Smart Agriculture atau CSA." katanya.

Ada pula sistem integrasi tanaman dan ternak, kata Dedi Nursyamsi, berupa Paket CSA, penggunaan kalender tanam, olah tanah bajak dalam, pemberian bahan organik, penggunaan Perangkat uji tanah sawah [PUTS] dan Bagan Warna Daun [BWD], pemanfaatan bibit unggul bermutu, bibit usia muda, jarak tanam legowo dan pengairan intermittent.

Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP Kementan [Pusluhtan] Bustanul Arifin Caya menyebut tiga sasaran pencapaian CSA yakni peningkatan Indeks Pertanaman [IP], produktivitas dan pendapatan sektor pertanian, adaptasi dan membangun ketangguhan terhadap Dampak Perubahan Iklim (DPI), dan berupaya mengurangi hingga meniadakan emisi GRK.

Bustanul mengatakan penurunan emisi GRK rata-rata 37% di lokasi Demplot CSA SIMURP, direkomendasi oleh Balai Penerapan Standar Instrumen [BPSI] Pati.

"Budidaya padi sawah merupakan salah satu sumber emisi GRK, yakni gas metan [CH4] yang dilepas dari lahan persawahan tergantung jenis tanah, kelengasan tanah, suhu tanah dan varietas padi," katanya. [timsimurpkementan]

Central Lombok of West Nusa Tenggara [B2B] - The objective of the Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] with Indonesia Agriculture Ministry is to increase production and productivity, increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reduce the effect of greenhouse gases, and increase the income of farmers in irrigated areas and swamp areas.

The target is to increase cropping intensity through irrigation rehabilitation, revitalization and modernization activities, the realization of a sustainable irrigation system through the revitalization of irrigation management, increasing institutional strengthening, as well as increasing the capacity and competence of human resources in irrigation management and increasing production and productivity.

Increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reducing the greenhouse gas effect and increasing farmers´ income in irrigated areas and swamp areas.

SIMURP locations in 13 irrigation areas and two swamp areas namely Banyuasin and Katingan Regencies and 17 districts in eight provinces.

The main objective is to increase motivation for agricultural extension workers, agricultural extension centers, farmer groups, women farmer groups and farmer economic groups in agribusiness-oriented farming.