Bimtek CSA, Kementan Dorong Wanita Tani Banjarnegara Diversifikasi Pangan Lokal

Indonesia Irrigation Development the Target of Government`s Grant Program

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Bimtek CSA, Kementan Dorong Wanita Tani Banjarnegara Diversifikasi Pangan Lokal
SIMURP KEMENTAN: Kementan bersama Program SIMURP mendorong dan mendukung Kelompok Wanita Tani [KWT] mengembangkan hilirisasi produk hasil pertanian seperti dilakukan KWT Dewi Sri di Desa Kandangwangi, Kecamatan Wanadadi, Kabupaten Banjarnegara, Jateng.

Banjarnegara, Jateng [B2B] - Ketahanan pangan tuntut hadirnya wanita tani yang mandiri, aktif dan kreatif untuk bersaing di tengah tantangan sektor pertanian ke depan. Tuntutan tersebut mendorong Kementerian Pertanian RI meningkatkan kapasitas dan kompetensi Kelompok Wanita Tani [KWT] mengembangkan produk hilir hasil pertanian.

Upaya tersebut dilakukan Kementan melalui Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture [CSA] bersama Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] menggelar Bimbingan Teknis [Bimtek] bagi Kelompok Wanita Tani [KWT] di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah selama dua hari pada medio Juni lalu.

Bimtek CSA bertajuk ´Olahan Pangan Berbasis Dasar Singkong´ diikuti KWT Dewi Sri di Desa Kandangwangi, Kecamatan Wanadadi, Kabupaten Banjarnegara, Jateng yang dihadiri Subagyo, perwakilan dari Dinas Pertanian dan Peternakan Pemkab Banjarnegara, mengingatkan bahwa produk olahan singkong nilai jualnya tinggi.

Tujuan Bimtek, untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan anggota KWT Dewi Sri dalam mengolah singkong menjadi aneka macam produk bernutrisi, dengan nilai jual tinggi.

Upaya Kementan bersama CSA dari SIMURP sejalan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo tiada henti mendorong wanita tani untuk kreatif dan inovatif dalam menghadapi tantangan global.

"Terkait ketahanan pangan nasional dengan mampu menggagas ide besar dalam menciptakan peluang baru di sektor pertanian," katanya.

Diversifikasi pangan lokal, kata Mentan, adalah kekayaan dan budaya bangsa. Bukan hanya beras yang kita miliki. Kita juga memiliki aneka pangan pokok. Ada ubi-ubian, jagung, sorgum, sagu, kentang, labu dan lainnya.

"Upaya sekecil apa pun akan menjadi langkah untuk turut memperkuat ketahanan bangsa yang artinya kita memiliki kekuatan dan kemampuan bersama," katanya.

Kepala Badan Penyuluh dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi mendukung penuh diversifikasi pangan lokal untuk ketahanan pangan nasional.

Dia pun memberi kiat dan trik tentang cara menghadapi krisis pangan global, yakni mengganti produk pangan supaya tidak terjadi krisis berkepanjangan.

Wanita tani melalui KWT harus menyikapi hal itu, kata Dedi Nursyamsi, harus memiliki visi dan kreatif mencari alternatif pangan substitusi untuk mulai dikenalkan dan dikonsumsi oleh masyarakat.

"Ganti beras dan gandum dengan ubi, singkong, jagung. Jangan mau dikalahkan krisis. Wanita tani kreatif akan selalu punya cara agar produk olahan tetap berproduksi dengan pangan alternatif," katanya lagi.

Sementara Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP Kementan [Pusluhtan] Bustanul Arifin Caya menegaskan komitmen pemerintah pada upaya mengantisipasi dampak negatif perubahan iklim global melalui CSA.

"Tujuannya, meningkatkan produksi, produktivitas, indeks pertanaman atau dan menurunkan emisi Gas Rumah Kaca disingkat GRK," katanya.

Subagyo, perwakilan dari Dinas Pertanian dan Peternakan Pemkab Banjarnegara mengatakan bahwa singkong memiliki potensi sebagai pangan pokok alternatif.

"Kandungan karbohiratnya tinggi menyerupai karbohidrat pada beras. Pemanfaatan singkong saat ini, sebagian besar masih dipasarkan dalam bentuk segar," katanya.

Menurut Subagyo, inovasi pengolahan produk singkong menjadi tepung mocaf [modified cassava flour] yang menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dengan minim limbah, memberikan nilai tambah lebih besar sehingga berpotensi meningkatkan pendapatan petani. [timsimurpkementan]

Banjarnegara of Central Java [B2B] - The objective of the Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] with Indonesia Agriculture Ministry is to increase production and productivity, increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reduce the effect of greenhouse gases, and increase the income of farmers in irrigated areas and swamp areas.

The target is to increase cropping intensity through irrigation rehabilitation, revitalization and modernization activities, the realization of a sustainable irrigation system through the revitalization of irrigation management, increasing institutional strengthening, as well as increasing the capacity and competence of human resources in irrigation management and increasing production and productivity.

Increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reducing the greenhouse gas effect and increasing farmers´ income in irrigated areas and swamp areas.

SIMURP locations in 13 irrigation areas and two swamp areas namely Banyuasin and Katingan Regencies and 17 districts in eight provinces.

The main objective is to increase motivation for agricultural extension workers, agricultural extension centers, farmer groups, women farmer groups and farmer economic groups in agribusiness-oriented farming.