Webinar MAF, Kementan Ajak Petani Milenial Dukung Usaha Tani Sehat & Aman

Millennial Farmers Development are the Target of Indonesia`s Polbangtan Medan

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Webinar MAF, Kementan Ajak Petani Milenial Dukung  Usaha Tani Sehat & Aman
POLBANGTAN MEDAN: Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi [kanan atas] di Kota Gorontalo via online didampingi Kapusdik Idha Widi Arsanti membuka Webinar MAF volume 4 edisi 21 yang dihadiri Direktur Polbangtan Medan, Yuliana Kansrini selaku host MAF di Kota Medan.

Medan, Sumut [B2B] - Petani milenial dan wirausahawan muda pertanian diajak dan didorong untuk mendukung Gerakan Tani Pro Organik [Genta Organik]. Tujuannya, menjaga ketahanan pangan nasional. Kendati demikian bukan berarti ´mengharamkan´ apalagi anti pupuk kimia, asalkan sesuai takaran dan kondisi tanah melalui pemupukan berimbang.

Seruan tersebut mengemuka pada Millenial Agriculture Forum [MAF] volume 4 edisi 21, yang dipusatkan pada Polbangtan Medan, Sabtu [28/1] selaku host MAF bertajuk ´Tantangan dan Strategi Petani dalam Usaha menuju Pertanian Organik´.

Webinar MAF dibuka oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian - Kementerian Pertanian RI [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi via daring di Kota Gorontalo didampingi Kepala Pusat Pendidikan Pertanian BPPSDMP [Pusdiktan] Idha Widi Arsanti. 

Sementara Direktur Polbangtan Medan, Yuliana Kansrini hadir di Medan selaku host MAF bersama Yusuf Kurniawan founder Toboponik, penggiat produk hortikultura yang sehat dan aman dikonsumsi; dan petani milenial Fahmul Hidayat Hasibuan selaku penggiat agroforestry [kegiatan pengelolaan hutan atau pohon kayu-kayuan] dengan penanaman komoditas pertanian; dan duta petani milenial Sumut, Baginda Siregar hadir selaku moderator MAF volume 4 edisi 21 tersebut.

Kegiatan Webinar MAF yang digelar Pusdiktan sejalan instruksi Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo bahwa sudah saatnya petani kembali pada pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah sekaligus sebagai ´solusi´ mahalnya harga pupuk.

"Jika cost produksi bisa ditekan maka keuntungan petani bisa meningkat, di sinilah Genta Organik berperan. Petani dan lahan pertanian menunggu langkah-langkah perbaikan, yang mampu menyelamatkan pertanian Indonesia," katanya.

Kabadan Dedi Nursyamsi menambahkan Genta Organik mendorong pelaku utama dan pelaku usaha pertanian untuk menggunakan pupuk organik, sekaligus mengajak mereka memproduksi pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah secara mandiri.

"Genta organik tidak berarti mengharamkan penggunaan pupuk anorganik. Boleh menggunakan pupuk kimia, tapi dengan ketentuan tidak berlebihan atau mengikuti konsep pemupukan berimbang," katanya.

Adapun tujuan Genta Organik, kata Dedi Nursyamsi, menyuburkan tanah Indonesia untuk meningkatkan produksi pertanian di saat harga pupuk mahal, menerapkan pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan, menekan biaya produksi pertanian dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia.

Dia menambahkan, tanah mengandung semua unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Kendati begitu, jumlahnya jumlahnya terbatas dan membutuhkan waktu cukup lama agar tersedia kembali secara alami. Pada lahan budidaya pertanian dan perkebunan, laju penyerapan unsur hara dari tanah lebih tinggi ketimbang laju penyediaan unsur hara secara alami. 

"Sejumlah fakta di lapangan menunjukkan, alam tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan tanaman akan unsur hara, karena itu, diperlukan input berupa pupuk untuk membantu memenuhi kebutuhan tanaman sesuai kebutuhan jumlah unsur hara," kata Dedi Nursyamsi.

Menurutnya, pupuk merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam tanah atau media tanam untuk menyediakan unsur-unsur esesial. Pemberian pupuk merupakan tindakan mempertahankan pertumbuhan tanaman agar tetap normal. Penambahan unsur hara melalui pupuk bertujuan tercapainya keseimbangan unsur hara.

"Jenis pupuk yang digunakan harus sesuai kebutuhan, sehingga dibutuhkan metode yang tepat agar unsur hara yang ditambah sesuai kebutuhan tanaman lantaran kurang tersedia di dalam tanah," kata Dedi Nursyamsi.

Kapusdik BPPSDM Kementan, Idha Widi Arsanti via online di Kota Gorontalo mengurai tentang tantangan dan potensi petani milenial bagi Indonesia. Jumlah rumah tangga petani 10 tahun terakhir [2003 - 2013] berkurang lima juta, dari jumlah tersebut sekitar 61% berusia di atas 45 tahun, sementara generasi milenial menganggap profesi petani tidak menjanjikan bagi masa depannya.

"Kondisi tersebut merupakan ancaman bagi pertanian Indonesia, maka diperlukan generasi muda sebagai penerus pembangunan pertanian dari Bonus Demografi. Potensi ke depan, kemajuan teknologi pertanian di era 4.0 menuntut SDM yang siap bersaing dan profesional," katanya.

Direktur Polbangtan Medan, Yuliana Kansrini menyatakan komitmen jajarannya untuk mendorong mahasiswa dan petani milenial maupun wirausahawan muda pertanian di Sumatera bagian utara, untuk memanfaatkan pupuk organik melalui kegiatan kampus, bimbingan teknis [Bimtek], praktik kerja lapangan [PKL] maupun magang.

"Upaya dan langkah Polbangtan Medan untuk mendorong petani milenial berinovasi dan memiliki gagasan kreatif sekaligus mengajak petani memanfaatkan pupuk organik sebagai syarat kelangsungan pertanian berkelanjutan," katanya. [ira/timhumaspolbangtanmedan]

Medan of North Sumatera [B2B] - The role of agricultural vocational education in Indonesia such as the the Agricultural Development Polytechnic or the Polbangtan, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts to produce millennial entrepreneur.

Youth Enterpreneurship And Employment Support Services Program or the YESS, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts for the millennial entrepreneur.

Indonesian Agriculture Minister Syahrul Indonesia Yasin Limpo stated that the government´s commitment to developing agriculture, especially in the development of advanced, independent and modern agricultural human resources.

“The goal is to increase the income of farming families and ensure national food security. Farmer regeneration is a commitment that we must immediately realize," Minister Limpo said.

He reminded about the important role of vocational education, to produce millennial farmers who have an entrepreneurial spirit.

"Through vocational education, we connect campuses with industry so that Polbangtan graduates meet their needs and are ready for new things," Limpo said.